Oleh,
Baiti Khairin 3301421008
Aprilia dwi riyanti 3301421014
Adelya Ainur Fatimah 3301421018
Salsa Bila Febialfiana 3301421028
Aulia Yuri Rahmawati 3301421032
Rahma Cahyani 3301421090
PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk sosial, yang mana manusia harus mampu untuk hidup bermasyarakat serta berinteraksi dengan manusia lain. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia pasti berkaitan dengan aspek politik. Pada proses implementasinya, hal ini dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung dengan praktik politik. Dalam ilmu politik terdapat istilah "political socialization" atau bisa disebut dengan sosialisasi politik (Haryanto, 2018 : 6). Sosialisasi politik menjadi salah satu fungsi yang melekat pada suatu sistem politik.
Jika bertanya kepada beberapa orang bagaimana mereka masuk ke dunia politik, mereka akan memberikan jawaban yang beragam. Bisa ditebak, ada banyak jawaban yang berbeda. Beberapa orang akan mengatakan, mungkin tanpa berpikir panjang, bahwa mereka diperkenalkan dengan politik melalui sekolah. Bagi mereka, sekolah adalah salah satu institusi yang bertanggung jawab atas proses pembelajaran politik bagi masyarakat awam. Pembelajaran politik ditularkan secara langsung atau tidak langsung kepada individu sejak kecil. Seperti diketahui, guru-guru mengajarkan murid-muridnya sejak sekolah dasar dan seterusnya, misalnya, dasar-dasar negara, simbol-simbol negara, lagu kebangsaan, dan bendera nasional.Â
Di pendidikan menengah dan tinggi, guru memperkenalkan siswa pada model-model sistem kenegaraan, lembaga-lembaga negara/pemerintah dan lembaga-lembaga politik seperti partai politik. Berbeda dengan mereka yang memulai sebagai orang dewasa, pembelajaran politik dapat dikatakan datang langsung dari pengalaman berpartisipasi dalam proses politik. Mereka terlibat aktif dalam organisasi partai politik, sehingga pengalaman mereka berguna untuk menambah wawasan politik mereka. Namun, aktivitas mereka dalam politik praktis bisa jadi tidak merata.