Mohon tunggu...
Aulia yunianti Putri
Aulia yunianti Putri Mohon Tunggu... Relawan - mahasiswa

jangan lupa follow ig a@auliaaaa.yp dan subcribe,like,comment channel youtube aku ( aulia yunianti putri )

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sebuah Jurnal Pendakian 5cm

31 Januari 2020   16:35 Diperbarui: 31 Januari 2020   16:35 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Buku 5 cm ini menceritakan tentang persahabatan lima orang anak muda yang menjalin persahabatan selama tujuh tahun, mereka diantaranya  bernama Arial, Riani, Zafran, Ian, dan Genta.

Mereka adalah sahabat yang kompak, memiliki obsesi dan impian masing-masing, mereka selalu pergi bersama dan ketemu setiap saat. Karena bosan bertemu setiap hari, akhirnya mereka menemukan titik jenuh dengan aktivitas yang selalu mereka lakukan bersama dan mereka memutuskan untuk tidak saling berkomunikasi selama tiga bulan.

Selama tiga bulan berpisah itulah terjadi banyak hal yang membuat hati mereka semua merasakan kerinduan arti sahabat. Pertemuan setelah tiga bulan yang penuh dengan rasa kangen akhirnya terjadi dan dirayakan dengan sebuah perjalanan 'reuni' mereka dengan mendaki gunung tertinggi di Pulau Jawa, Mahameru.

Pada saat melakukan pendakian terjadi banyak hal. Seperti hal tidak di sangkat terjadi letusan batu batu lava yang keluar dari mulut gunung mahameru itu. Tragedi tragedi yang tidak di ingkan datang menimpa mereka seperti ia yang kepala terkena benturan batu sampai pingsan menyebabkan kepanikan mereka semakin mendalam. Namun dengan kekuatan arti sahabat ian dapat bangkit kembali u tuk mendaki mahameru dengan ketinggian 3067 mdpl.

Setelah sampai puncak mereka berlima begitu bahagia berpelukan memberikan selamat satu sama lain. Dan mengucapkan sumpah jari di atas kening yang dinamakan 5cm.

"Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kamu, cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas. Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya serta mulut yang akan selalu berdoa. percaya pada 5 centimeter di depan kening kamu"

Kelebihan dari novel 5cm Kelebihan buku ini adalah ceritanya yang menarik, penuh semangat dan petualangan. Penulis menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, dan alur cerita yang tidak membosankan sehingga pembaca ingin membaca buku ini hingga halaman terakhir. Dalam buku ini, banyak kata-kata yang membuat kita terinspirasi. Dalam ceritanya, diselipkan lagu-lagu yang sesuai dengan suasana yang sedang terjadi, sehingga membuat kita semakin terhanyut dalam cerita.

Ditambah lagi dengan penggambaran setting waktu dan tempat yang sangat detail tetapi tidak berlebihan seakan membuat seolah kita ikut terlibat di dalamnya, seperti perjalanan mereka dari Jakarta (stasiun Senen) sampai ke atas puncak Mahameru. Pembaca bagaikan berada di sana, merasakan dinginnya Ranu Pane, indahnya Ranu Kumbolo, mistisnya Kalimati, dan menakjubkannya puncak Mahameru. Pesan moral yang disampaikan pun sangat baik sehingga memotivasi pembaca agar bisa mengejar impian mereka dan membuat jadi nyata.

Dari novel ini juga zaman sekarang banyak yang melakukan sebuah tapak tilas atau jurnal pendakian. Sehingga dari film atau pun novel ini bisa menginspirasi orang lain. Memang benar mendaki cape tapi ingat akan ada keindahan dari jerih payah kita.

Pasti dalam sebuah karya itu jikalau ada kelebihan pasti ada kekurangan karena di dunia ini tidak ada yang sempurna kecuali Allah SWT. Nah kekurangan dari novel 5 cm itu adalah Cerita akhir novel ini walaupun berakhir dengan happy ending, tetapi masih sedikit menggantung dan terasa begitu dipaksakan dengan pembentukan keluarga antara sahabat-sahabat tersebut ditambah dengan keturunan mereka yang begitu sama mewarisi sifat-sifat orangtuanya dan semuanya sebaya/seumuran. Hal tersebut membuat pembaca sulit membedakan mana yang menjadi anak dan mana yang menjadi bapak, mana yang pemuda dan mana pula yang anak-anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun