Cerpen yang berjudul "Yang Lebih Penting dari Aku" menceritakan tentang ketegangan keluarga di rumah sakit. Tampak kecemasan dan kekhawatiran di wajah mereka. Mereka menunggu kakek yang sedang di operasi.
Si tokoh "Aku" merasa bosan karena di sana sampai tengah malam. Si "Aku" memilih membaca buku. Tapi terdengar suara-suara sepupunya  yang membicarakannya. Mereka membicarakannya karena tidak mau mengobrol bersama. Si tokoh merasa kesal dan menghampiri mereka. Suasana pun menjadi semakin tegang.
Si "Aku" dan sepupunya bersitegang dan hampir bertengkar. Karena dokter yang keluar dari ruangan operasi membawa kabar bahagia. Kakek mereka berhasil dioperasi. Semuanya mengucapkan syukur. Wajah yang sebelumnya tegang menjadi lega. Si "Aku" dan para sepupunya yang hampir bertengkar pun saling bermaafan.
Pada cerpen "Yang Lebih Penting dari Aku", aku menyukai cerita pada paragraf 10. Karena menurutku itu bagian bahagianya. Letak ide pokoknya di akhir paragraf. Ide pokoknya yaitu seruan syukur. Ide pendukungnya adalah Ayah bangkit dan mengusap matanya, para om dan tante lega, sepupu-sepupu yang tertidur jadi terbangun, Kakek terlepas dari bahaya.
Perasaanku ketika membaca cerita di atas, awalnya tegang saat si "Aku" tidak tahan lagi menahan amarahnya yang terdapat di paragraf 1 sampai 3. Tokoh pun mendekati saudaranya dan mulai berseteru yang dijelaskan pada paragraf 5. Di paragraf 7 mereka hampir bertengkar saat Bahar bilang "kamu tidak mau bergabung dan itu mengganggu". Di paragraf 9, ku kira si aku akan bertengkar karena di kalimatnya si aku siap meledak. Saat membaca paragraf 10 aku menjadi lega sekaligus senang karena kakeknya berhasil dioperasi. Si "Aku" dan para saudaranya pun juga saling memaafkan di paragraf 11.
Menurutku, tokoh "Aku" pada cerita "Yang Lebih Penting dari Aku" adalah laki-laki". Di paragraf 5, ia juga menyebut bahwa dirinya seumuran dengan edo dan tidak cocok. Di paragraf 7 dijelaskan juga si Bahar mencondongakan bahu ke "Aku" dan di paragraf 11 hampir terjadi baku hantam di antara mereka.
Kalimat "Suasana sunyi mengantarkan setiap bunyi dengan setia" di paragraf 1 memiliki arti suasana yang sunyi membuat setiap bunyi terdengar jelas. Seperti yang dijelaskan paragraf 1 tersebut saat "Aku" membaca buku. Telinganya mendengar semua. Walaupun mereka berbicara dengan suara rendah.
Aku paham dan sadar kalau peristiwa ini terjadi di rumah sakit pada paragraf 9. Pada kalimat dokternya "operasi berhasil, pasien ada di ruang pemulihan". Sebenarnya aku juga sudah mengira di paragraf 2 itu kejadian ini di rumah sakit. Karena kalimat wajah-wajah gundah dan lelah serta orang mondar-mandir.
Perasaan tokoh ketika berkata "...mereka semua terikat darah denganku". Menurutku perasaan si tokoh kesal. Karena di paragraf 3 ada kalimat "Jika aku mengangkat wajah, salah satu atau beberapa orang sedang melirikku. Aku tidak suka, tetapi mau bagaimana lagi?". Jadi pasti si tokoh kesal dan ingin marah tapi tidak bisa.
Di paragraf 7, saat Bahar berkata "Kamu tidak mau bergabung, dan itu mengganggu". Maksudnya Bahar tidak suka "Aku" tidak mau bergabung dan berbincang bersama-sama. Di paragraf 6 "Aku" berkata "maaf kalau aku tidak bisa bergabung". "Aku" memilih baca buku karena ingin tenang itulah sebab Bahar tidak suka "Aku".
Perasaan tokoh pada paragraf 9 gembira. Di jelaskan di paragraf itu ayahnya lega dan yang lain bahagia sekaligus gembira.