Mohon tunggu...
Aulia SabrinaAnwar
Aulia SabrinaAnwar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

perkenalkan saya Aulia Sabrina Anwar. Menyukai hobi membaca, gym, berenang, bulu tangkis. Terimakasih semua salam kenal.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Game Online Menyebabkan Kehilangan Tujuan Pada Usia Remaja

29 November 2024   11:05 Diperbarui: 29 November 2024   11:05 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Generasi milenial atau generasi remaja rentan terhadap hal baru. Remaja yaitu sekelompok usia 10-18 tahun terbanyak yang mengalami dampak permasalahan penggunaan game online. Perkembangan teknologi yang semakin canggih dan sudah tersebar di wilayah Indonesia yang cukup pesat. Dulunya untuk bermain game saja tidak selalu dengan gawai, tetapi anak-anak jaman dahulu bermain kelereng, petak umpet, benteng-bentengan, tebak angka dan sebagainya. Pola pikir seperti itu harus diterapkan pada usia remaja agar tidak kecanduan dengan teknologi. Permasalahan terkait itu umumnya sangat sulit untuk diberhentikan karena sudah biasa.


Dalam aspek kesehatan dengan melihat gawai pastinya tidak baik untuk fisik, mental anak-anak dan para remaja saat ini pada masa yang akan datang. Tubuh yang lemah, mata merah, pikiran yang mudah marah, menyebabkan remaja kehilangan arah tujuan mereka. Alam bawah sadar mereka sudah perlahan-lahan menurun dan mengakibatkan tidak bisa keluar dari zona nyaman. kecanduan game online membuat konsentrasi di akademik berantakan dan hanya memikirkan game mereka saja. Menyelesaikan misi lebih sering dimainkan di waktu istirahat. Tidak bermain di lapangan atau berbaur bersama teman-teman yang lainnya, melainkan bermain gadget kembali. Hal ini diperkuat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 anak usia 0-18 tahun mendominasi game online dengan persentase yang tinggi yaitu 46,2%. Banyak sekali dampak game online di usia remaja.


Orang tua memiliki peran penting untuk melihat anak remaja yang sering kali bermain game online. Orangtua memberikan pemantauan yang aktif terhadap kebiasaan anak yang bermain permainan online. Memberikan arahan untuk anaknya dengan membantu bersih-bersih rumah atau memberikan anak bermain game dengan batasan waktu, contoh hanya satu jam saja dalam sehari. Adanya komunikasi bersama anak yang baik akan memberikan manfaat risiko terjadinya kecanduan dalam bermain game online. Adanya komunikasi tersebut membantu menaikkan imun dan konsentrasi pada anak dalam suatu hubungan terhadap orangtua, serta memiliki tujuan hidup yang signifikan.


Game online mempunyai banyak pilihan dalam beberapa genre. Biasa banyak dimainkan seperti game bergenre perkelahian. Anak-anak pastinya belum ada di mana fase berpikir yang luas, tidak tau dampaknya seperti apa. Sering kali game perkelahian memicu berkelahi dengan teman sebaya maupun yang lebih dewasa. Memiliki risiko kesehatan dan metabolisme tubuh. Sakit kepala, kaku leher, serta otot, tetapi anak-anak hanya memikirkan game saja untuk menaikkan tingkat level mereka dari pada aktivitas utama untuk tidur yang cukup. Rutinitas yang sudah dibilang menjadi pecandu game online memiliki dampak negatif yaitu lupa untuk minum air mineral. Dehidrasi, kurus dan obesitas menyebabkan kerusakan pada tubuh. Bermain game berjam-jam memiliki efek negatif pada kesehatan mata. Mata menjadi merah dan radiasi handphone maupun laptop menjadikan salah satu mengakibatkan kanker dan menurunnya kualitas tidur. Mata mudah lelah, letih, serta lusuh saat bermain game efek negatif timbulnya radiasi tersebut. Memakai headset dapat menurunkan kualitas para  pemain dan itu menyebabkan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran itu sendiri mempunyai ciri-ciri infeksi pada telinga dan rusaknya alat pendengaran. Hal itu menyebabkan peningkatan kelembaban dalam telinga, serta saat berkendara mengakibatkan tidak terdengarnya aktivitas yang ada di jalan.

Dibalik banyaknya efek samping yang negatif, bermain game online juga mempunyai sisi positif. Pertama adanya hobi baru pada anak-anak, mencari passion, dan itu justru susah karena harus ada niat untuk terjun di dunia tersebut. Keinginan dan mencoba hal baru akan mendapat perhatian semangat pada anak dan mempunyai pola pikir yang cerdik, serta cerdas. Banyaknya hobi yang bisa di cari contohnya karate,sepak bola dan berenang. Tidak lupa dengan pengawasan orang tua untuk mendampingi anak agar tetap berhati-hati dalam melakukan hobi tersebut agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Inti dari permasalahan tersebut menunjukkan, bahwa game online mempunyai sisi positif dan negatif di usia anak-anak hingga remaja. Permasalahan ini lebih cenderung negatif. Melakukan aktivitas game online harus ada yang menjaga. Anak-anak harus tahu, bahwa waktu adalah emas. Mencoba hal baru dan menjelajahi passion sangat asik  dan cenderung membantu proses pikiran logis dan etis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun