Mohon tunggu...
Muhammad AuliaRahman
Muhammad AuliaRahman Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

hanya untuk sekedar sharing

Selanjutnya

Tutup

Financial

PHK Besar-Besaran: Berakhirnya Era Bakar Uang pada Start-up

17 Desember 2022   16:00 Diperbarui: 17 Desember 2022   16:05 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : https://www.tajuk24.com/

Beberapa bulan terakhir ini, media dihebohkan dengan berita pemutusan hubungan kerja (PHK) di beberapa Start-up  Indonesia. Seperti Start-up edukasi Zenius yang melakukan PHK  200 pegawainya . Disusul GOTO yang melakukan pemangkasan sebanyak 1.300 pegawai atau sekitar 12 persen dari total karyawan tetap grup Goto. Ada juga  Shopee Indonesia yang melakukan PHK sekitar 3 persen dari total karyawannya atau kurang lebih 186 orang pada September 2022.

Lalu apakah alasan dari terjadinya PHK besar-besaran pada Start-up tersebut, bukankah GOTO ataupun Shopee masih merajai Start-up dalam bidang Market Place di Indonesia, Jangan lupa Zenius merupakan pionir dalam bidang edukasi. Dari beberapa sumber, ada beberapa alasan kenapa terjadinya dilakukan PHK besar-besaran tersebut. Pertama, para Investor yang menyuntikan dananya kepada Start-up lebih fokus dalam mecapai profit atau keuntungan.

Coba kalian ingat saat awal-awal aplikasi Shopee boming, dari Blackpink sampai pemain bola terkenal Cristiano Ronaldo menjadi Brand ambassador, ditambah lagi iklan yang sering bermunculan di media-media "Shopee COD, Shopee COD" ya lanjutkan sendiri liriknya hehe, jujur saja itu sangat terngiang di kepala saya. Jangan lupa Tokopedia yang sudah merger dengan Gojek pernah menjadikan BTS sebagai Brand Ambassador mereka, pastinya para cewe-cewe di Indonesia banyak yang mengidolakan mereka.

Saya pernah menanyakan teman saya seperti ini " kenapa kamu download aplikasi ini?". Jawabnya "Soalnya yang jadi brand ambassador Lee Min Ho, ganteng banget, aku ngefans." Alasan Kedua yaitu pemangkasan biaya operasional. Kalian liat beberapa tahun lalu, aplikasi diatas mengadakan campain gila-gilaan. Mulai dari gratis ongkir, potongan harga jika berbelanja menggunakan aplikasi mereka, sampai cashback yang sangat besar, hal tersebut ditunjukkan untuk menggaet masyarakat untuk mendownload dan menggunakan aplikasi mereka. Ya cara ini berhasil sampai membuat beberapa Start-up berkembang sangat pesat dalam waktu yang singkat. Tapi di sinilah letak masalahnya.

Yang menjadi pertanyaan, sampai kapan mereka melakukan campaian promosi gila-gilaan seperti itu.  Uang investor yang sudah menipis karena budget promo yang gila-gilaan tersebut, karyawan yang banyak, mau tidak mau, mulai diberhentikannya promo tersebut guna meminimalisir dana yang keluar. Terbukti dari beberapa komentar  yang saya baca " Ia cashbacak Tokopedia gak sebanyak dulu", " kok sekarang Ojol mahal ya". "Aduh kok Shopee sekarang gratis ongkirnya gak full ditambah ada harga transaksi 1000 Rupiah lagi."

Untuk membuktikannya mari kita liat laporan keuangannya. Di kuartal II Tahun 2022, induk Shopee menanggung rugi bersih senilai US$ 931 juta atau setara dengan Rp 13,97 triliun. Membengkak 115% dibandingkan kuartal II 2021. Disusul GOTO membengkak 75,49% years of years (YoY)  menjadi Rp 20,32 triliun di akhir kuartal ketiga 2022. Sebelumnya rugi GOTO di akhir kuartal ketiga 2021 besar mencapai Rp 11,57 triliun. Walaupun dari data ini keuntungan dari mereka meningkat setiap tahunnya dan jumlah masyarakat yang melakukan transaksi di aplikasi mereka meningkat pesat, tapi ingat semua itu tidak berguna kalo semisal tidak menghasilkan profit atau keuntungan 

GOTO, dengan dilakukannya PHK kepada karyawannya dapat menghemat antara Rp 915 miliar hingga Rp 965 miliar per tahun, dan dapat melakukan penghematan berkelanjutan sebesar 14 persen. Ada juga shoppe yang menggaji karyawan dari angka Rp2,8 jutaan sampai Rp62 jutaan, tergantung level pekerjaan. Dan yang dilakukan kedua Start-up ini bisa mengehemat beban operasional pada perusahaan 

Sudah saatnya Start-up melakukan pembenahan bagaimana keluar dari permasalahan ini, bagaiamana tetap mempertahankan para penggunanya jika suatu saat promo-promo sudah tidak tersedia lagi. Sehingga para konsumen yang menggunakan layanan mereka menggunakan karena nilai atau value  yang diberikan, bukan semata hanya ada promo gila-gilaan. Ya walaupun ini sangat susah karena behaviour masyarakat tertarik karena ada promonya saja hehehe.

Saya selalu mendoakan semoga para Start-up bisa bangkit dari keterpurukan ini. Karena harus kita akui mereka sudah banyak membuka pekerjaan, dari kurir, mitra-mitra UMKM, staff yang bekerja disana samapai penjual yang menggunakan layanan mereka, berapa banyak perputaran ekonomi dan berapa banyak yang bergantung pada mereka. Akhir kata semoga bisa terus berkembang dan bermanfaat bagi Negara Indonesia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun