Mohon tunggu...
Aulia Rohmi 28
Aulia Rohmi 28 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas airlangga

hobisaya menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Pemerintah dan Dinas Kesehatan dalam Pencegahan dan Penanganan Penyakit MPOX

30 September 2024   08:29 Diperbarui: 30 September 2024   08:40 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyebaran penyakit menular merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Mpox, penyakit dengan gejala mirip cacar air, menarik perhatian sebagai potensi risiko serius. Meskipun bukan penyakit baru, mpox mendapat sorotan karena potensi penularannya yang berdampak signifikan. Mpox (disebut juga dengan cacar monyet), adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus mpox. Virus ini merupakan anggota genus Orthopoxvirus dalam keluarga Poxviridae.  Mpox pertama kali dideteksi pada tahun 1958 pada spesies monyet di Copenhagen.  Setelah penemuan tersebut, ditemukan pula beberapa kasus yang sama pada spesies hewan yang berbeda. Pada bulan September 1970 di Republik Kongo, ditemukan infeksi mpox pada seorang anak usia 9 bulan dengan riwayat belum pernah mendapat vaksinasi smallpox. Di antara tahun 1970 hingga 1979, 47 kasus mpox pada manusia ditemui di beberapa negara berbeda di Afrika. Gejala pada penderita cacar monyet meliputi demam, ruam dan lesi kulit. Gejala tersebut dianggap sebagai ciri khas dari penderita cacar monyet. Perubahan lesi kulit ini dapat diamati di leher, selangkangan dan area submandibular.

Penanganan utama dari infeksi mpox adalah pemberian terapi supportive. Tujuan dari terapi supportive adalah untuk mempercepat penyembuhan lesi, mencegah demam, mengurangi kehilangan cairan, mengurangi nyeri, dan mencegah timbulnya jaringan parut. Secara keseluruhan, infeksi mpox pada manusia tergolong ringan hingga sedang dan dapat sembuh dengan sendirinya (swasirna / self-limiting). Penyakit ini biasanya sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung dari 14 hingga 21 hari. Kasus dengan gejala yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak dan pasien dengan immunocompromise terkait dengan paparan virus, status kesehatan pasien dan tingkat keparahan komplikasi. Selain itu penanganan super infeksi bakteri pada lesi kulit juga dapat  digunakan bila terdapat indikasi. Penanganan lain yang perlu diperhatikan pada infeksi mpox adalah penanganan infeksi maupun komplikasi pada mata, terutama terbentuknya parut pada kornea dan/atau hilangnya visus. Hal ini dapat ditempuh dengan melibatkan konsultasi dengan ahli spesialis oftalmologi, pemberian lubrikan, antibiotik topikal dan antivirus tipikal seperti trifluridine. Para ilmuwan mengembangkan vaksin cacar sebagai vaksin pertama melawan penyakit menular. Respons imun terhadap satu orthopoxvirus dapat mengenali orthopoxvirus lain dan menghasilkan berbagai tingkat perlindungan tergantung pada seberapa dekat hubungan orthopoxvirus yang berbeda. Pencegahan melalui vaksinasi menjadi prioritas bagi mereka yang memiliki defisiensi imun yang parah. Perilaku memanfaatkan fasilitas kesehatan masyarakat melalui kesediaan ikut serta dalam program suntik vaksin Cacar Monyet menjadi bagian dari promosi kesehatan dalam bidang kesehatan lingkungan dalam mendukung pemutusan rantai penyebaran Cacar Monyet, yang diketahui sebagai perilaku kesehatan yang memberikan manfaat dalam pencegahan kejadian penyakit ini.

Kesimpulannya, mpox pertama kali dideteksi pada tahun 1958 pada spesies monyet di Copenhagen. Setelah penemuan tersebut, ditemukan pula beberapa kasus yang sama pada spesies hewan yang berbeda. Pada bulan September 1970 di Republik Kongo, ditemukan infeksi mpox pada seorang anak usia 9 bulan dengan riwayat belum pernah mendapat vaksinasi smallpox. Di antara tahun 1970 hingga 1979, 47 kasus mpox pada manusia ditemui di beberapa negara berbeda di Afrika. Gejala pada penderita cacar monyet meliputi demam, ruam dan lesi kulit. Secara keseluruhan, infeksi mpox pada manusia tergolong ringan hingga sedang dan dapat sembuh dengan sendirinya . Kasus dengan gejala yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak dan pasien dengan imunokompromais terkait dengan paparan virus, status kesehatan pasien dan tingkat keparahan komplikasi. Selain itu penanganan superinfeksi bakteri pada lesi kulit juga dapat  digunakan bila terdapat indikasi. Penanganan lain yang perlu diperhatikan pada infeksi mpox adalah penanganan infeksi maupun komplikasi pada mata, terutama terbentuknya parut. Penanganan lain yang perlu diperhatikan pada infeksi mpox adalah penanganan infeksi maupun komplikasi pada mata, terutama terbentuknya parut pada kornea dan/atau hilangnya visus. Respons imun terhadap satu orthopoxvirus dapat mengenali orthopoxvirus lain dan menghasilkan berbagai tingkat perlindungan tergantung pada seberapa dekat hubungan orthopoxvirus yang berbeda.

KATA KUNCI: Infeksi, mpox, Penyakit, Virus.

DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Agnes Felicia, 2023, Respons Imun pada Penderita Cacar Monyet, Oceana Biomedicina Journal, 6, 1-14.

Widjaja, Sajuni, 2023, Evektivitas Vaksin Cacar Monyet,  Jurnal wiyata Penelitian Sains dan Kesehatan, 10, 1-6. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun