Â
Latarbelakang keberadaan TPA Talangagung KepanjenÂ
Masalah mengenai sampah bukan menjadi masalah yang baru. Seiring dengan aktivitas manusia yang hampir semuanya bermuara pada meninggalkan sisa kegiatan atau bekas yang berupa sampah. Sehingga volume sampah akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan masyarakat dengan segala aktivitasnya.
 Apabila sampah-sampah tersebut terus dibiarkan maka akan berdampak pada kerusakan/ permasalahan lingkungan yang serius seperti polusi udara, tanah dan air serta  merugikan masyarakat yang dapat menjadi sumber penyakit bagi manusia. Kesadaran akan pelestarian lingkungan hidup sangat penting untuk memberikan sumbangan pada kelestarian hidup manusia itu sendiri.      Â
Ditulis dalam jawapos.com, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang mencatat, jumlah produksi sampah di Kota Malang sebanyak 664,6 ton per hari. Dari jumlah yang tercatat, 90 persennya telah ditangani dengan berbagai upaya termasuk dengan pengadaan pengolahan di TPA-TPA. Salah satu TPA yang melakukan pengolahan yakni TPA Talangagung di Kepanjen Malang. Atas keberhasilan ini kota Malang berkesempatan untuk hadir dalam Rakor Pusda terkait penerapan Kebijakan Penanggulangan Sampah yang digelar di Hote Bororubur, Jakarta Pusat pada hari selasa 7 Sepetember 2018.
Sejarah TPA Talangagung KepanjenÂ
Sejarah awal berdirinya TPA Talangagung yang berada di Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang dilatarbelakangi oleh semakin banyaknya persoalan mengenai sampah. Permasalahan yang bermunculan mulai dari menyusutnya lahan untuk pembuangan sampah hingga semakin banyaknya produksi sampah yang memang tidak ada habisnya. Â
Masalah tersebut pada akhirnya memunculkan ide Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (CKTR) Kabupaten Malang dengan melakukan terobosan dengan mengenalkan model pengolahan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) wisata dan edukasi di Talangagung Kecamatan Kepanjen.
Tepatnya pada tanggal 17 Desember 2011 TPA Talangagung milik  Pemerintah Kabupaten Malang mulai diresmikan langsung oleh Gubernur Jawa Timur Dr. H. Soekarwo.  TPA tersebut mempunyai luas 4,5 hektar yang dibagi menjadi 3 bagian/ zona dan masing-masing zona terdapat beberapa sel.
Setiap harinya TPA Talangagung menerima pembuangan sampah dari sekitar 87 TPS yang tersebar di 9 Kecamatan di Kabupaten Malang, dengan rata-rata volume sampah yang masuk sekiatar 100 hingga 110 ton sampah atau sekitar 141 m3.
Proses Pengolahan Sampah di TPA Talangagung Kepanjen
Sistem pemusnahan sampah di TPA Talangagung menggunakan Rotary Sanitary Landfill yakni dengan cara menimbun dan memadatkan sampah kedalam lubang cekung yang berada di tanah. Metode ini sangat efektif untuk mengurangi pencemaran yang terjadi pada lingkungan.Â
Jadi, dengan sistem tersebut tidak ada tumpukan sampah yang menggunung. Tapi dengan catatan sampah yang ditimbun hanya berupa sampah organik atau sampah yang dapat diuraikan dengan baik oleh bakteri pengurai.
(tumpukan sampah sedalam 12 meter)
dokpri
Hasil sampah yang dikumpukan di pemukiman warga ditimbun dalam sebuah lubang berkedalaman 12 meter yang kemudian ditutup dengan terpal biru seperti diatas. Di dalam lubang tersebut kemudian dipasang alat penangkap gas metana dan pipa air lindi.Â
Semakin banyak sampah yang menumpuk, semakin banyak gas metana yang dihasilkan. Pipa berfungsi menyerap gas metana dan air lindi yang kemudian diampung dalam sebuah sumur yang berfungsi untuk menetralakan air lindi hasil pembusukan.
(Sumur Air Lindi)
Program TPA Talanganggung dalam Pelestarian Lingkungan HidupÂ
Dari TPA Talangagung ini banyak hal yang dihasilkan seperti sistem pengolahan sampah menjadi gas metan yang disalurkan untuk warga sekitar. Padahal gas metana yang dihasilkan merupakan salah satu penyebab kerusakan ozon. Namun karena adanya pengolahan dan pemanfaatan sampah akhirnya gas metan yang merusak ozon tersebut dapat dimanfaatkan baik untuk masak maupun digunakan sebagai tenaga listrik dan sebagainya.Â
Sebanyak 300 rumah warga memanfaatkan gas metana dari TPA Talangagung yang merupakan hasil residu sampah digunakan sebagai energi alternatif bahan bakar untuk aktivitas rumah tangga, sedangkan sisa hasil residu dapat dimanfaatkan sebagai kompos. Dengan cara ini, TPA Talangagung bisa menyelamatkan lingkungan agar tidak tercemar dan kesadaran akan pelestarian lingkungan hidup sangat penting untuk memberikan sumbangan pada kelestarian hidup manusia itu sendiri.
Solusi lain yang diberikan oleh TPA Talangagung adalah dengan menanami lahan kosong disekitaran TPA dengam bibit-bibit pohon (Jati, Trembesi, Sengon dan sebagainya) Â yang tujuannya agar ketika pohon tersebut telah tumbuh besar dapat mengurangi gas metana yang menguap ke lapisan ozon. Kelebihan lain dari penaman pohon adalah mencegah bau busuk tumpukan sampah dan alat terbang ke pemukiman warga sekitar.Â
Penanaman pohonpun menjadi salah satu indikator kualitas lahan bekas tumpukan sampah. Apabila pohon dapat hidup di lahan bekas tumpukan tersebut menandakan bahwa lahan tersebut sudah dapat digunakan lagi sebagaimana mestinya.
Tidak hanya itu, untuk menjaga kualitas sumber air disekitar TPA Talangagung, pengurus TPA membuat sumur pantau yang dibuat dibeberapa titik berdekatan dengan tempat penumpukan sampah. Sumur ini dibuat sebagai parameter tingkat pencemaran sumber air di sekitar TPA.Â
Sumur ini secara berkala diperiksa oleh pengurus TPA untuk memastikan kualitas air. Apabila ketika proses pengecekan ditemukan indikasi maka pengurus akan segera melakukan perbaikan.
          Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H