Mohon tunggu...
Aulia Rahma
Aulia Rahma Mohon Tunggu... -

mahasiswa Psikologi 2012

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hidup Sudah “Mewah” Bunuh Diri, Lalu Bagaimana yang Hidup “Merana” ?

6 Oktober 2014   20:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:10 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup mewah bunuh diri??? Lalu bagaimana dengan mereka yang hidup merana??. Mengapa hidup seperti terbalik begini. Mungkin jika hidup merana lalu bunuh diri solusinya masih wajar dan dianggap biasa. Nah yang “unik”dijaman seperti sekarang ini adalah justru yang hidup sudah mewah malah lebih memilih mengakhiri hidupnya. Benar-benar Unik.

Seperti yang sudah menjadi berita-berita Kpop di negara yang tidak hanya terkenal dengan Sujunya ini dan juga serial dramanya, ternyata banyak sekali kejadian-kejadian artisnya yang justru dipuncak keartisannya justru lebih memilih bunuh diri. Adakah yang salah dari mereka??sudah mualkah mereka dengan uang?keartisan?dan keglamoran papan atas?.

Tak hanya itu, ada juga beberapa negara yang justru berpenghasilan tinggi memiliki prosentasi penduduk bunuh diriyang lebih banyak dibandingan dengan penduduk yang di negara yang berpenghasilan rendah. Dikutip dari website http://www.pikiran-rakyat.com/node/295778 “Dilaporkan, tingkat bunuh diri di negara-negara berpenghasilan tinggi adalah 12,7 per 100.000 orang. Sementara di negara-negara berpenghasilan rendah, rasionya adalah 11,2 per 100.000 orang. Data lainnya yang juga dilansir WHO adalah tingkat bunuh diri global, yakni setiap 40 detik, ada satu orang yang bunuh diri. Laporan WHO tersebut didapat dari rekapitulasi data selama 10 tahun terakhir di 172 negara di dunia”

Adakah hubungan bunuh diri yang diakibatkan oleh Stress?apa itu stress?? Menurut Wikipedia “Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.[1] Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat. (ref:edy64)”.

Lalu apa yang membuat negara-negara yang justru memiliki tingkat perkembangan yang maju dan pesat justru memiliki tingkat stress yang tinggi?. Tidakkah mereka tidak punya waktu beristirahat?. Manusia memiliki tekanan yang dapat membuat seseorang mengalami stress yang dinamakan stressor. Manusia memiliki keterbatasan dalam melakuka suatu pekerjaan, tidak heran jika banyak warga kota yang menyempatkan diri untuk berefreshing dari keseharian hiduk pikuk kota. Bisa dibayangkan tingkat stress orang kota dan orang desa yang jelas berbeda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun