Mohon tunggu...
Aulia Rahma
Aulia Rahma Mohon Tunggu... -

mahasiswa Psikologi 2012

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Inilah Takdirku

2 Desember 2014   04:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:17 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Terlahir sebagai seorang laki-laki atau perempuan memang sudah menjadi takdir yang diatas. Namun bagaimana ketika terlahir sebagai perempuan namun takdir mengatakan kamu laki-laki sekarang?

Seperti pada ceritaku kali ini, sebut saja namanya FiKo. Umurannya sekitar umurku sekarang, ya 20 tahunan. Masa lalunya dibilang kelam, juga tak bisa, tapi memang inilah takdir itu.

Dahulu Namanya adalah Fika, dia adalah anak perempuan. Dia Tumbuh normal seperti anak lainnya. Suatu hari ibunya ingin memasangkan anting-anting di kedua telinganya, rupanya ibunya telah memberikannya anting-anting emas baru, namun anehnya dia menolak memakai anting tersebut dengan alasan tidak nyaman. Sebagai seorang perempuan bagi Ibunya wajib harus memakai anting, karena saat itu Fika memiliki rambut sangat pendek, sehingga agar tidak terlalu terlihat tomboy, ibunya membelikannya anting-anting.

Begitu pula ketika saat lebaran, hal yang wajar ketika ibunya membelikan anak perempuannya sebuah juba atau rok yang cantik guna dihari yang fitri. Lagi-lagi Fika menolak memakai rok yang dibelikan ibunya. Dia bilang ia sangat nyaman jika tak memakai rok. Ibunya bingung, ia ingin melihat anak perempuannya untukmemakai baju pemberiannya dihari nan fitri tapi apa boleh buat. Fika hanya mau menggunakan rok ketika sekolah saja, karena terpaksa bagai anak perempuanuntuk menggunakan rok ketika SD. Namun dilauar sekolah, rok adalah musuh baginya.

Fika tumbuh menjadi anak remaja, seperti anak lainnya. Karena sudah masuk SMP dia harus memakai jilbab dan juga rok. Alat reproduksi bagi seorang manusia pun mulai matang ketika manusia itu memasuki masa remaja. Dan Ibunya bertanya-tanya lagi, mengapa tak ada buah dada yang mucul pada anakku, paling tidakterjadi perubahan pada buah dadanya namun tidak terjadi apa-apa, datar. Begitu pula ketika dia menginjak kelas 2 SMP, teman-teman Fika sudah mengalami masa menstruasi, dimana bagi para wanita setiap bulannya mengeluarkan dara kotor tanda bahwa ia sudah bisa hamil dan dimana alat reproduksinya bekerja. Namun Fika lagi-lagi belum menstruasi, dan yang paling mengagetkan adalah perubahan pada suara Fika yang menjadi sangat besar yag biasa terjadi pada anak laki-laki. Ibunya semakin takut dan cemas dengan keadaan Fika ini. Akhirnya kedua orang tuanya memeriksakan dia kedokter kandungan.

Pemeriksaan dilakukan pertama kali memang terjadi keganjalan, dokternya tidak menemukan rahim didalam tubuh si Fika, kedua orang tuanya sangat shock mendengar itu semua. Pemeriksaan tidak hanya itu saja, ditemukan bahwa dibalik kelamin Fika ada alat kelamin laki-laki. Sebuah keluarga itu sangat shock dan sangat terpukul didapati anaknya yang dikira perempuan ternyata memiliki 2 alat kelamin???

Setelah beberapa bulan dan dorongan keluarga, operasi pembuangan alat kelamin perempuan padaFika dilakukan. Kini ia bukan Fika yang toamboy lagi. Tapi ketomboy annya , kebenciannya terhadap rok, tak muncul tanda-tanda wanitanya membuat Fika berubah nama menjadi Fiko. Bayangkan yang awalnya Fika bersekolah memakai rok dan kerudung sekarang berganti nama Fiko dan memakai celana.

kini umurnya sudah 20tahun dan Fiko telah tumbuh menjadi pria sejati, ia tak ingin mengusik masalalunya, biarkan masa lalu itu menjadi ceritanya.

Sedikit kisah nyata inspiratif dari saya, semoga bermanfaat.

Nama Fika dan Fiko hanya nama samaran, namun kisah 100 % real.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun