Mohon tunggu...
Aulia Putriningtias
Aulia Putriningtias Mohon Tunggu... Mahasiswa - call me lily!

I'm a college student who majoring at Communication Science.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Riuh Pemberlakuan PPKM Darurat menjadi Ladang Adu Nasib

16 Juli 2021   15:51 Diperbarui: 16 Juli 2021   17:09 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

JAKARTA Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Indonesia telah disahkan oleh Presiden Indonesia Joko Widodo. PPKM Darurat sendiri dilaksanakan tanggal Sabtu (03/07/21). Rencananya, PPKM Darurat akan berakhir pada tanggal 20 Juli mendatang.

PPKM Darurat semakin membuat belahan masyarakat riuh saling mengolok. Pada dasarnya, PPKM Darurat dibuat untuk mencegah penyebaran angka virus Covid-19 yang semakin melonjak di Indonesia. Pro dan kontra tentu ada di setiap sisi. Namun, kontra lebih banyak terlihat sebab meneriaki atas nama 'kemanusiaan'.

Penulis berkesempatan untuk mewawancarai seseorang yang tidak ingin disebutkan namanya pada Selasa (13/07). Beliau bekerja sebagai salah satu karyawan dengan kesehariannya yang bekerja di kantor. Turut memberikan opininya, beliau menuturkan, "PPKM Darurat sebenarnya jawaban bagus. Jadi, kita tidak terkapar sama virus dan biar cepet kelar deh pandeminya. Orang-orang di luar sana jangan egois, di rumah aja biar cepet kelar. Kita sama-sama susah intinya. Jadi, jangan egois."

Egoisme masyarakat membuat virus Covid-19 semakin tidak terkendali. Banyaknya masyarakat yang mencari pundi-pundi uang untuk menghidupi diri sendiri maupun keluarga, membuat mereka harus rela melawan aturan yang berlaku.

Saat sedang melakukan observasi di malam hari, sepanjang jalan hanya dipenuhi keamanan berseragam setempat dengan intonasi suara meninggi, memaki para pedagang untuk menutup usahanya karena sudah melewati jam operasional. Dari sana, terdapat kesenjangan yang berbeda dan juga bukti bahwa masyarakat akan tetap bersikap egois karena ingin bertahan hidup.

Kembali pada keesokan hari di waktu siang menjelang sore, penulis berkesempatan untuk berbincang sedikit kepada salah satu pedagang kaki lima. Bang Asep, seorang penjual cilor yang biasanya berjualan hingga malam hari di sekitar Jalan Gadang, Jakarta Utara, kini harus menutup dagangannya tepat jam tujuh malam. Beliau sendiri merasa gelisah dengan peraturan ini. Turut berpendapat bahwa PPKM Darurat hanya membuat para pedagang sulit untuk mencari biaya hidup.

"Yah, neng, kalo saya mah disuruh diem di rumah tapi dikasih duit gak apa, neng. Tapi mah gak ada duit, gimana mau bayar ini itu. Saya bersyukur kalo dapet bansos, tapi kan saya hidup perlu uang juga," tuturnya saat memberikan pendapat mengenai PPKM Darurat yang cukup menyiksa.

"Kalo dibilang egois mah saya bodoamat neng, yang penting saya bisa hidup, gak diusir dari kontrakan, bisa bayar keperluan. Kalo mau adu nasib, coba atuh liat dulu nih kehidupan rakyat bawah gimana sampe dibilang egois," sambungnya.

Sejatinya, Indonesia tidak hanya diisi oleh masyarakat kalangan atas, yang bisa menikmati di rumah saja tanpa harus terpikir bagaimana untuk menyambung hidup untuk keesokan hari. Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang menggantungkan diri pada pendapatan harian. Teknologi pun tidak dapat sepenuhnya membantu. Berteriak adu nasib siapa yang paling susah bukanlah sebuah jawaban ataupun solusi.

Memang, solusi dalam menyelesaikan kasus penyebaran Covid-19 ini belum terlihat adanya titik terang. Namun, saling menyalahkan atas 'siapa pelaku yang seringkali membuat kasus merebak' bukanlah sebuah solusi sementara atas ketegangan yang sedang dialami Indonesia. Saling menghargai dan melihat dari kacamata berbeda bisa dimulai dari sekarang. Ingatkan jika itu salah, bukan mencemooh ataupun menghina. Karena, saling beradu nasib pun akan terus menimbulkan pertikaian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun