Mohon tunggu...
Aulia Paradina
Aulia Paradina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi jurusan Sastra Indonesia

Seorang medioker yang senang berdiam diri di rumah.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Jurnalisme Lisan, Tren Podcast

28 Juni 2024   22:26 Diperbarui: 28 Juni 2024   22:31 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pexels.com

Dalam lanskap industri media saat ini, podcast telah muncul sebagai platform baru yang semakin dilirik oleh para jurnalis untuk menyampaikan berita dan melakukan wawancara mendalam. Fenomena ini menandai perkembangan dalam praktik jurnalisme, di mana jurnalis kini tidak hanya mengandalkan media cetak, televisi, atau situs web, tetapi juga memanfaatkan medium audio sebagai sarana penyebaran konten.

Salah satu keunggulan utama podcast adalah kemampuannya untuk menyajikan berita dan informasi dalam format yang lebih personal, interaktif, dan mendalam. Berbeda dengan artikel tertulis atau tayangan televisi yang cenderung terbatas dalam durasi, podcast memberikan ruang bagi jurnalis untuk menggali isu secara lebih komprehensif, melakukan wawancara yang lebih mendalam, dan membangun hubungan yang lebih dekat dengan pendengar.

Melalui format podcast, jurnalis dapat menceritakan sebuah peristiwa atau isu dengan gaya penyampaian yang lebih natural dan santai, seolah-olah sedang berbincang langsung dengan pendengar. Hal ini memungkinkan mereka untuk menyampaikan konteks, sudut pandang, dan nuansa emosional yang sulit dihadirkan dalam format teks atau video. Selain itu, podcast juga memberi kesempatan bagi jurnalis untuk berinteraksi secara lebih intens dengan audiens, baik melalui umpan balik langsung maupun panggilan telepon selama siaran.

Fenomena jurnalisme lisan melalui podcast juga turut memperkaya khasanah jenis konten jurnalistik. Selain menyajikan liputan berita, jurnalis dapat memanfaatkan podcast untuk membuat program-program wawancara, diskusi, atau analisis yang lebih mendalam. Misalnya, seorang jurnalis ekonomi dapat membuat podcast yang membahas secara rinci mengenai tren pasar, dampak kebijakan pemerintah, atau strategi investasi. Sementara jurnalis politik dapat menyajikan dialog dengan para pengamat atau politisi untuk mengupas isu-isu aktual secara lebih komprehensif.

Kehadiran podcast juga membuka peluang bagi jurnalis untuk menjangkau audiens yang mungkin tidak terlalu tertarik dengan format berita tradisional. Generasi milenial dan Z, misalnya, cenderung lebih menyukai konten audio yang dapat mereka dengarkan saat sedang beraktivitas, seperti saat bepergian, berolahraga, atau melakukan pekerjaan rutin. Format podcast yang mudah diakses dan fleksibel ini dapat membantu jurnalis memperluas jangkauan dan membangun loyalitas audiens yang lebih luas.


Namun, jurnalisme lisan melalui podcast juga menghadapi tantangan tersendiri. Jurnalis harus memiliki keterampilan dalam penyampaian lisan, kemampuan berimprovisasi, dan kepekaan dalam membangun narasi yang menarik. Mereka juga perlu memahami teknis produksi audio yang baik, mulai dari teknik wawancara, perekaman, hingga editing. Selain itu, tantangan lain adalah bagaimana mengembangkan model bisnis yang berkelanjutan bagi produksi podcast jurnalistik, mengingat biaya produksi dan distribusi yang tidak sedikit.

Meskipun demikian, tren jurnalisme lisan melalui podcast tetap menunjukkan prospek yang menjanjikan. Format ini tidak hanya memperkaya pilihan konten jurnalistik bagi audiens, tetapi juga membuka peluang bagi jurnalis untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan baru dalam menyampaikan informasi. Ke depan, integrasi antara jurnalisme lisan dan media digital yang semakin canggih akan semakin memperkuat peran podcast sebagai platform baru bagi praktik jurnalisme yang semakin dinamis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun