Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia masih belum usai dan belum menemukan titik terang. Beberapa waktu lalu masyarakat diminta Bapak Jokowi bisa berdamai dengan Covid-19.Â
Keramaian menjelang lebaran mungkin adalah manisfetasi dari masyarakat terhadap himbauan Pak Jokowi. Bagaimana tidak, saat itu sepertinya masyarakat sudah mulai berdamai dengan Covid-19 dan mau hidup berdampingan dengan virus ini.Â
Fenomena masyarakat yang berkumpul di supermarket untuk membeli baju lebaran, kerumunan saat McD Sarinah ditutup, berebut masuk ke sebuah toko emas, bahkan mengantri untuk membeli pizza adalah bukti-bukti bahwa masyarakat sudah berdamai dengan virus ini.Â
Hal yang kontra terjadi di rumah sakit dimana petugas medis justru berjuang melawan Covid-19 yang semakin hari semakin banyak memakan korban.Â
Entah bagaimana ini bisa terjadi, mungkin karna ukuran virus terlalu kecil untuk bisa disadari keberadannya, atau karna kurangnya edukasi pada masyarakat kita.Â
Namun bagi saya fenomena "perdamaian" ini adalah hal yang sangat disesalkan dan menyakitkan, saya termasuk orang yang mengikuti anjuran untuk menjaga jarak dan sangat membatasi berbagai kegiatan sehari-hari dalam rangka memutus penyebaran virus ini.Â
Ada beberapa indikator yang bahkan saya buat sendiri untuk memilah kegiatan apa saja yang bisa dan tidak saya lakukan saat ini.Â
Ada 3 hal: pertama, identifikasi kegiatan itu urgent atau tidak,harus dilakukan sekarang atau bisa nanti, kedua, apa kegiatan itu bisa dilakukan dengan cara lain, ketiga, pertimbangkan kemaslahatan diri dan orang lain.Â
Contoh sederhananya, jika kamu memang harus keluar untuk bekerja, dalam hal Ini tempatmu bekerja tidak menerapkan WFH, itu sangat diperbolehkan tentu dengan protokol kesehatan yang benar, karna pertama hal itu tidak bisa digantikan, penting tentu saja untuk mencari uang untuk menyambung kehidupan.Â
Ini juga penting untuk kemaslahatan kamu dan dan orang yang bergantung dengan pekerjaanmu, untuk hal lain seperti kewaspadaan terhadap aktifitas interaksimu dengan orang lain, kamu bisa tangani itu dengan protokol kesehatan yang benar dan ketat. Contoh ke dua, berbelanja kebutuhan pokok, itu juga boleh dilakukan.Â