Beberapa waktu lalu tanah air kembali berduka dengan berpulangnya salah satu putra terbaik bangsa. Seorang musisi kenamaan dengan berbagai karya nya yang turut mendampingi  proses pendewasaan genenarasi 90 an. Ketika akirnya beliau berpulang, banyak orang yang kembali mengenang dan mengapresiasi semua karya-karya beliau semasa hidup.Â
Menurut KBBI ada beberapa pengertian apresiasi, salah satu nya adalah penilaian (penghargaan) terhadap segala sesuatu. Dari pengertian tersebut penggunaan kata apresiasi bisa digunakan secara luas. Baik untuk menghargai suatu tindakan yang dimaksudkan untuk kemaslahatan orang banyak, sampai menghargai hasil karya. Pada tulisan ini kita gunakan saja apresiasi karya.Â
Di lapangan kegiatan mengapresiasi suatu karya adalah hal yang sulit dilakukan oleh beberapa orang. Kecenderungan dalam menilai karya terkadang justru lebih didominasi melihat celah yang ada. Walaupun tentu saja tidak semua orang bersikap demikian.Â
Saya setuju bahwa tidak ada yang salah dengan melihat celah dari hasil karya orang lain. Jika diolah dengan baik kecenderungan itu bisa menjadi suatu kritik yang membangun. Tetapi bersamaan dengan itu saya juga percaya bahwa setiap karya yang dihasilkan selalu dibarengi dengan usaha maksimal dalam proses pembuatnya.Â
Kita semua tau bahwa apresiasi yang kita berikan banyak memberi manfaat untuk orang lain, untuk meningkatkan kepercayaan diri, untuk membantu orang lain menemukan potensi diri, dan tentu saja menebar nilai-nilai kebaikan. Namun begitu jika kita telaah lebih dalam, masih ada benang merah antara apresiasi yang kita berikan dengan seni menghargai diri sendiri.Â
Ketika kita terbiasa memberikan apresiasi terhadap karya seseorang dengan berbagai ungkapan baik, Â secara tidak langsung kita juga menanamkan pembiasan cara pandang yang positif dalam diri. Mindset kita dilatih untuk bisa melihat hal-hal positif yang ada pada suatu karya maupun keadaan. Pada intinya inilah yang terjadi dalam diri ketika kita memberikan apresiasi pada orang lain.Â
Lalu bagaimana hubungannya dengan seni menghargai diri sendiri, mari diperjelas....Â
Jika mindset kita sudah terlatih untuk selalu bisa memandang secara positif terhadap karya orang, maka cara pandang positif itu juga pasti terjadi pasa saat kita memandang diri sendiri. Kita terbiasa bisa melihat hal positif pada orang lain, maka tidak sulit untuk bisa melihat secara positif apa yang ada pada diri kita sendiri. Ketika kita bisa melihat secara positif hal yang ada dalam diri kita, itu tentu membuat kita nyaman dan bisa menerima diri dengan baik, pada tahap itu bisa dikatakan kita sudah menghargai diri sendiri. Namun perlu dipahami cara pandang positif untuk diri kita ini bukan berati kita jumawa dan memarginalkan pengembangan diri, tapi bagaimana kita bisa menyikapi segala hal dalam diri dengan kendali yang baik dan bijak.Â
Saya beri contoh, misalnya ketika kita telah menyelesaikan suatu pekerjaan namun hasilnya tidak sesuai yang kita harapkan,maka kita tidak akan mudah merendahkan diri sendiri dan berlarut larut menyesali kegagalan. Mata kita tidak akan tertutup untuk bisa melihat segala hal positif yang ada pada diri bersamaan dengan kegagalan tersebut. Termasuk juga ketika kita harus menghadapi berbagai macam hal yang semakin menantang di masa sekarang, bekal cara pandang secara positif dapat menjadi dasar yang baik untuk bisa menentukan berbagai sikap turunannya. Hal ini tentu akan membawa berbagai dampak yang baik untuk kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H