Mohon tunggu...
Aulia Nur Latifah
Aulia Nur Latifah Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Student of the Indonesia Language and Literature study program, Indonesian Educational Universities

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Gaul dan Interferensi Bahasa Inggris dalam Portal Berita Catch Me Up!

20 Desember 2024   07:57 Diperbarui: 20 Desember 2024   07:57 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bilingualisme, yang disebut juga kedwibahasaan, merujuk pada kemampuan individu untuk menggunakan dua bahasa secara bergantian. Chaer dan Agustina (2014) menyebutkan bahwa bilingualisme terkait dengan penguasaan bahasa pertama dan bahasa kedua, sedangkan multibilingualisme mengacu pada penggunaan lebih dari dua bahasa dalam interaksi sosial. Dalam masyarakat bilingual, interferensi bahasa kerap muncul sebagai hasil dari kontak antarbahasa dalam kehidupan sehari-hari.

Platform berita daring Catch Me Up!, yang dirancang untuk generasi Milenial dan Generasi Z, menyediakan konten dalam bahasa Inggris dan Indonesia, yang sering kali menjadi sumber interferensi bahasa. Generasi Milenial dan Gen Z, yang memiliki keunggulan dalam penguasaan teknologi dan bahasa asing, cenderung mencampurkan elemen bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, yang menunjukkan fenomena alih kode, campur kode, serta interferensi bahasa sebagaimana dikemukakan oleh Chaer dan Agustina (2014).

Interferensi dalam tataran sintaksis terjadi ketika konstruksi bahasa Inggris memengaruhi struktur bahasa Indonesia. Beberapa aspek yang berpotensi memunculkan interferensi meliputi penggunaan kopula, pronomina relatif, serta konstruksi kalimat pasif. Selain itu, interferensi leksikal tampak melalui pemakaian kosakata bahasa Inggris dalam kalimat bahasa Indonesia.

Interferensi bahasa merupakan fenomena linguistik yang terjadi ketika elemen dari suatu bahasa masuk ke dalam bahasa lain, baik dalam bentuk struktur gramatikal, morfologi, maupun kosakata. Pada platform berita daring Catch Me Up!, terdapat berbagai bentuk interferensi bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini mencerminkan pengaruh signifikan bahasa Inggris dalam ranah komunikasi digital di Indonesia. Berdasarkan analisis, interferensi tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori utama, yakni interferensi morfologi, sintaksis, dan leksikal.

Interferensi morfologi pada Catch Me Up! terjadi melalui pembentukan kata dalam bahasa Indonesia yang melibatkan afiks bahasa Inggris. (1) "In that sense, perlu ada usaha yang lebih kuat lagi kan gimana caranya supaya masyarakat nggak sering sering dan nggak banyak-banyak mengonsumsi MBDK, gengs." (M/2 Februari 2023/01). Kata "gengs" yang terbentuk dengan penambahan sufiks -s pada kata "geng", kata tersebut mengadopsi bentuk jamak dalam bahasa Inggris, meskipun dalam bahasa Indonesia tidak ada pengindikasian jamak seperti itu dalam kata "geng". (2) Demikian juga dengan kata "jujurly" yang terbentuk dari kata dasar "jujur" yang mendapat imbuhan sufiks -ly, yang merupakan ciri khas dari pembentukan kata dalam bahasa Inggris. "Jujurly KPK juga speechless mengetahui hal ini, guys." (M/2 Maret 2023/01). (3) Dalam contoh lain, "ke-elevate" berasal dari prefiks ke- yang ditambahkan pada kata dasar "elevate", mengindikasikan perubahan makna yang terjadi dalam bahasa Indonesia. "Nah dengan adanya pengelolaan sampah yang bener ini, maka kesejahteraan masyarakat pun bisa ke-elevate gitu, guys." (M/21 Februari 2023/01). 

Selain itu, terdapat pula penggunaan prefiks bahasa Indonesia yang diterapkan pada kata dasar bahasa Inggris seperti pada kata "me-reverse", yang merupakan hasil dari penambahan prefiks "me-" pada kata dasar bahasa Inggris "reverse". (4)  "Ga mau populasinya menurun, Pemerintah China kemudian melakukan berbagai upaya untuk me-reverse kondisi." (M/26 April 2023/01). Proses ini mengindikasikan bagaimana kata-kata bahasa Inggris dipadukan dengan afiks bahasa Indonesia dalam konteks bahasa Indonesia yang lebih luas. (5) Penting untuk dicatat bahwa interferensi morfologi ini tidak hanya terbatas pada perubahan kata dasar, tetapi juga melibatkan perubahan pada struktur kalimat. Kata-kata seperti "di-highlight" (dari "highlight"), "nge-refer" (dari "refer"), dan "se-strict" (dari "strict") menunjukkan bagaimana bahasa Indonesia mengadaptasi dan mengubah kata-kata asing untuk lebih sesuai dengan struktur dan pola morfologi bahasa Indonesia. Selain itu, penggunaan istilah-istilah seperti "event-event" juga menunjukkan bagaimana kata bahasa Inggris diulang untuk memberikan penekanan dalam bahasa Indonesia. Kutipan-kutipannya sebagai berikut. (5) "Ini yang juga di-highlight sama FIFA di mana transformasi yang berjalan sejauh ini dinilai nggak serius." (M/3 April 2023). (6) "Dari situ kan banyak orang langsung nge-refer keGanjar Pranowo dan chance beliau untuk maju sebagai calon RI 1 yah." (M/24 April 2023/02). (7) "Kenapa sampai dijaga se-strict itu, ya biar objektif dari Nyepi ini sendiri untuk merenung dan intropeksi diri tadi tuh bisa tercapai secara maksimal, guys" (M/23 Maret 2023/01). (8) "Pak Jokowi juga udah kasih instruksi ke Mas Erick Thohir selaku Ketua PSSI gimana caranya Indonesia nggak terkena sanksi sama FIFA dan dipercaya buat nge-host event-event FIFA di waktu yang akan datang." (M/3 April 2023/06). Hal terdapat proses morfologi yang menggabungkan morfem dasar bahasa Inggris dengan prefiks atau sufiks bahasa Indonesia, seperti prefiks ke-, me-, di-, nge-, dan se-, serta sufiks -an. Proses ini menunjukkan bagaimana elemen bahasa Inggris secara aktif berasimilasi dengan struktur bahasa Indonesia. 

Interferensi sintaksis melibatkan penggunaan konstruksi kalimat yang dipengaruhi oleh kaidah gramatikal bahasa Inggris. Dalam kasus ini, ditemukan pemakaian kopula dan pronomina relatif yang menyerupai struktur kalimat bahasa Inggris. Selain itu, penggunaan unsur-unsur sintaksis seperti klausa bahasa Inggris muncul pada kalimat sisipan, kalimat majemuk subordinatif, dan kalimat majemuk koordinatif. Contohnya dalam kalimat (9) "FYI, adalah Gubernur DKI Jakarta sebelumnya, Anies Baswedan yang menerbitkan Izin Mendirikan Bangunan di daerah itu" (S/8 Maret 2023/01), penggunaan singkatan "FYI" yang berasal dari bahasa Inggris ("For Your Information") merupakan bentuk interferensi leksikal. Dalam hal ini, singkatan ini lebih sering digunakan dalam komunikasi sehari-hari, terutama dalam media daring, untuk menyampaikan informasi secara singkat dan efektif. Terjemahannya dalam bahasa Indonesia, "Sekadar info," menunjukkan adaptasi dari bahasa Inggris yang disesuaikan dengan konteks bahasa Indonesia.

Begitu pula dengan kalimat (10) "Well, first of all kamu harus tahu dulu nih gengs kalau sesuai pangkat yang ada di depan namanya, Brigjen Endar ini adalah seorang polisi yang ditugaskan Polri berdasarkan usulan KPK untuk mengabdi di sana." Di sini, penggunaan "Well, first of all" yang merupakan ungkapan khas dalam bahasa Inggris, menunjukkan interferensi sintaksis yang berasal dari struktur kalimat bahasa Inggris. Kalimat ini diadaptasi dalam bahasa Indonesia dengan mempertahankan ekspresi tersebut, namun dengan penyesuaian untuk mudah dipahami oleh pembaca Indonesia.

Interferensi leksikal pada berita Catch Me Up! mencakup penggunaan kosakata bahasa Inggris yang meliputi kata dasar, kata berafiks, singkatan, kata majemuk, dan frasa. Kosakata dasar mencakup berbagai kategori, seperti adjektiva, nomina, pronomina, verba, adverbia, hingga konjungsi. Selain itu, ditemukan pula kata berafiks seperti kata bersufiks -ly dan kata berprefiks dalam berbagai kategori. Singkatan seperti AKA, FYI, OTW, dan BTW juga kerap digunakan. Penggunaan kata majemuk terdiri atas closed compound words, open compound words, dan hyphenated compound words, dengan kategori nomina, adjektiva, adverbia, serta verba. Sementara itu, interferensi frasa mencakup jenis frasa verba, preposisional, adverbial, dan nominal.

Dengan demikian, interferensi bahasa Inggris pada berita daring Catch Me Up! mencerminkan adanya pengaruh lintas bahasa yang luas, meliputi aspek morfologi, sintaksis, dan leksikal. Fenomena ini menunjukkan adaptasi bahasa Indonesia terhadap pengaruh bahasa Inggris, khususnya dalam konteks globalisasi dan perkembangan media digital. Dalam konteks ini, bahasa Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai wadah untuk menyerap berbagai elemen dari bahasa asing yang berpengaruh pada kehidupan sosial dan budaya masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun