Mohon tunggu...
Aulia Nastiti
Aulia Nastiti Mohon Tunggu... -

Lulusan Komunikasi Media, Universitas Indonesia. Saat ini bekerja di bidang riset media massa. Memiliki ketertarikan pada isu-isu humanisme, media, dan psikologi. Write some lines about life in: http://aulianastiti.posterous.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Adakah Pidato SBY yang Baik dari Segi Komunikasi Politik?

30 April 2012   08:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:55 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jawabannya ada, meskipun tentu tak banyak. Salah satupraktik komunikasi politik yang baik dan tepat yang pernah dilakukan oleh pemerintah adalah pidato resmi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang disampaikan pada tanggal 5 Mei 2010 terkait dengan pengunduran diri Menteri Keungan Sri Mulyani Indrawati karena pidah ke Bank Dunia. Saya menyimpulkan pidato ini sebagai praktik komunikasi politik yang baik dengan merujuk pada konsep lima kriteria komunikasi politik yang baik (Lebang, 2006). Komunikasi politik yang baik dan tepat, apapun wujudnya, haruslah beorientasi kepada lima hal.

Pertama, mengurangi ketidakpastian. Pidato SBY melepas Sri Mulyani ini merupakan bentuk komunikasi politik yang memberi kepastian terkait dengan isu kepindahan Sri Mulyani. Dalam pidato itu, SBY memberikan informasi dengan singkat dan jelas tentang sikapnya yang merestui Sri Mulyani untuk pindah ke Bank Dunia. SBY memberi kejelasan pada masyarakat bahwa kepindahan Sri Mulyani adalah karena adanya tawaran dari presiden Bank Dunia untuk mengisi posisi sebagai managing director. Dan meskipun telah dipastikan pindah, Sri Mulyani masih berkewajiban untuk mengemban tugas dan menjalankan program pemerintah di dalam negeri selama beberapa minggu.

Kedua, melibatkan publik dengan menjelaskan bahwa kepindahan Sri Mulyani tersebut ditujukan untuk kepentingan publik karena posisi baru Sri Mulyani merupakan posisi strategis yang dapat menjembatani ekonomi Indonesia dengan internasional. Upaya memperlibatkan publik ini juga ditunjukkan melalui penggunaan kalimat-kalimat yang mengapresiasi kinerja Sri Mulyani dan menunjukkan bahwa kepindahan Sri Mulyani merupakan kehilangan yang besar bagi seluruh rakyat Indonesia karena kehilangan salah satu menteri terbaik.

Ketiga, bersifat direktif atau menunjukkan arah ke mana publik mesti memandang duduk persoalan, dalam hal ini SBY berusaha mengarahkan publik untuk memandang bahwa persoalan ini sebagai peningkatan posisi tawar ekonomi Indonesia di mata internasional dengan merestui pekerjaan baru Sri Mulyani di Bank Dunia. Selain itu, SBY juga memberikan arahan bahwa menteri keuangan yang baru nanti akan tetap menjalankan kebijakan pemerintah saat era Sri Mulyani yaitu menjalankan makro ekonomi dan kebijakan fiskal yang bijaksana sebagai penyangga dan pra-kondisi perekonomian di negara Indonesia serta peningkatan reformasi di bidang perpajakan, keuangan dan cukai.

Keempat, memberi makna bersama yaitu kepindahan Sri Mulyani dimaknai sebagai bentuk apresiasi terhadap kinerja Menteri Keungan Republik Indonesia. Makna tersebut disampaikan dengan bahasa retorika yang eksplanatif tentang kronologi kepindahan Sri Mulyani, apresiatif terhadap kinerja Sri Mulyani dalam tim kabinetnya, direktif terkait dengan program menteri keuangan yang baru ke depannya, dan disampaikan secara singkat dan jelas. Pidato tersebut menggunakan bahasa yang diproyeksikan akan diterima oleh publik secara positif dengan mempertimbangkan bahwa pidato tersebut terekspos secara luas melalui media.

Kelima, komunikasi politik yang baik tersebut haruslah memberikan contoh yang representatif. Dalam pidatonya, SBY memberikan contoh mengenai kinerja Sri Mulyani yang patut diapresiasi dalam mengembangkan kebijakan fiskal, reformasi di bidang keuangan untuk mendisiplinkan akuntabilitas atau pertanggungjawaban keuangan yang diterima APBN, juga melakukan reformasi di bidang perpajakan dan bea cukai yang akibatnya penerimaan negara meningkat secara signifikan. SBY juga memberikan contoh bahwa Sri Mulyani telah menjadi ujung tombak dalam diplomasi ekonomi di tingkat internasional, oleh karena itu posisi baru Sri Mulyani di Bank Dunia dipandang sebagai sebuah harapan bagi Indonesia untuk meningkatkan peran Indonesia di tataran internasional.

REFERENSI

Lebang, Tomi. (2006). Berbekal Seribu Akal Pemerintahan dengan Logika : Sari Pati Pidato Wakil Presiden Jusuf Kalla. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

McNair, Brian. (2003). Introduction to Political Communication. London: Routledge.

Nugroho, Wisnu. (2010). Pak Beye dan Politiknya. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun