Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan dimana kadar hemoglobin darah lebih rendah dari normal. Umumnya kadar hemoglobin pada pria dan wanita berbeda. Pria didiagnosis anemia apabila kadar hemoglobinnya kurang dari 13,5 gram/100ml dan wanita didiagnosis anemia apabila kadar hemoglobinnya kurang dari 12,0 gram/100ml. Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja di Indonesia masih cukup tinggi yaitu sebesar 32% pada remaja.
Remaja merupakan generasi penerus bagi suatu bangsa. Oleh karena itu, status kesehatan dan gizi remaja harus dipersiapkan sejak dini agar Indonesia dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang produkti, kreatif dan berdaya saing untuk bonus demografi  pada 2030 mendatang. Salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian pemerintah adalah pencegahan anemia pada remaja putri.
Berdasarkan artikel dari Puskesmas Andalas Padang, remaja terutama remaja putri pada fase pubertas akan beresiko mengalami anemia zat besi akibat mestruasi dan peningkatan kebutuhan zat besi karena zat besi sangat penting untuk fase pertumbuhan dan perkembangan. Remaja putri yang pada masa remajanya mengalami anemia, maka akan beresiko terkena anemia saat hamil yang akan berdampak kurang baik bagi janin yang dikandungnya, berpotensi menimbulkan komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan, beresiko melahirkan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan stunting bahkan dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan anak.
Kementerian Kesehatan telah melakukan intervensi mengenai anemia dengan memberikan pil suplemen darah atau Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri dan hamil. Selain itu, Kementerian Kesehatan juga berkomitmen untuk mencegah anemia dengan mengedukasi dan mempromosikan gizi seimbang, fortifikasi zat besi dalam makanan, dan menerapkan gaya hidup bersih dan sehat. .
Berdasarkan Permenkes yang berlaku, pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) dilakukan setiap 1 kali seminggu dengan blanket approach. Blanket approach artinya pemberian TTD dilakukan tanpa skrining awal karena konsumsi zat besi terus menerus tidak akan mengakibatkan keracunan. Hal tersebut dikarenakan tubuh kita memiliki sifat autoregulasi zat besi yang apabila tubuh kekurangan zat besi maka penyerapan zat besinya akan banyak dan begitu pun sebaliknya. Oleh karena itu, TTD aman untuk dikonsumni. Namun apabila terdapat kecurigaan mengidap thalasemia dan atau malaria, maka perlu dirujuk ke dokter untuk konsultasi lebih lanjut
Daftar Pustaka :
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonasia. (2021, Januari 5). Retrieved from https://www.kemkes.go.id/article/view/21012600002/remaja-sehat-komponen-utama-pembangunan-sdm-indonesia.html#:~:text=Berdasarkan%20data%20Riskesdas%202018%2C%20prevalensi,optimal%20dan%20kurangnya%20aktifitas%20fisik.
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2018) Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS). Jakarta. Available at: https://promkes.kemkes.go.id/download/fpcl/files99778Revisi Buku Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Rematri dan WUS.pdf.
3. Wahyuningsih, A. and Qoyyimah, A. U. (2019) ‘Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah Remaja Putri Di Sma Negeri 1 Karanganom’, INVOLUSI: Jurnal Ilmu Kebidanan, 9(1), pp. 1–12.
4. Wicaksono, D. (2019, Agustus 31). MENGAPA REMAJA PUTRI PERLU MEMINUM TABLET TAMBAH DARAH ? Retrieved from Puskesmas Andalas Padang: https://puskesmasandalas.padang.go.id/2019/08/31/mengapa-remaja-putri-perlu-meminum-tablet-tambah-darah
