Anak adalah anugerah yang diberikan Allah kepada para calon orang tua. Setiap orang tua juga mengidamkan anaknya tumbuh dan berkembang dengan sempurna, sesuai dengan tahap usianya. Berbagai cara dilakukan oleh orang tua demi si buah hati. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh dan kembang anak, ada faktor genetik, lingkungan, pola asuh dan banyak faktor lainnya. Jadi para orang tua sedini mungkin melakukan pemantauan terhadap perkembangan anak khususnya sistem sel saraf.
Sistem sel saraf adalah sistem yang rumit atau kompleks. Sistem ini berperan untuk mengoordinasikan semua aktivitas tubuh pada anak. Pada bayi yang baru lahir sistem saraf ini tidak langsung terbentuk secara matang atau sempurna seperti, tidak seperti sistem sel saraf orang dewasa yang sudah matang. Ada tahap-tahapan perkembangan sistem saraf pada anak, tetapi khusus pembahasan kali ini untuk bayi tahun pertama.
Pada saat janin di dalam perut ibunya, rata-rata sel saraf tumbuh sekitat 250.000 sel saraf per menitnya. Jadi dapat dibayangkan berapa juta sel yang tumbuh per jamnya. Dengan kuasa Allah bayi yang baru lahir memiliki 100 miliar sel saraf. Semakin bertambahnya sel saraf akan mempengaruhi ukuran otak pada bayi. Bayi memiliki ukuran sekitar 60% dari ukuran rata-rata otak orang dewasa punya.
Dikutip dari laman hallosehat.com, otak pada bayi yang baru lahir masih mengandung sedikit meilin. Yang nantinya dapat menyebabkan lambatnya dalam memproses informasi daripada otak dewasa. Tetapi meilin pada otak akan terus berkembang. Bayi yang sudah lahir, kegiatan otak dipengaruhi dan tergantung pada kegiatan sel saraf dan cabang-cabangnya dalam membentuk sambungan antar sel saraf. Menurut dr. Atien Nur Chamidah dalam jurnalnya dituliskan, pemantapan sambungan terjadi apabila sel saraf mendapat informasi yang mampu menghasilkan letupan-letupan listik hingga membentuk sambungan-sambungan sel saraf baru.
Pada bayi yang baru lahir otak sudah terbagi menjadi 4 bagian yaitu cerebrum (otak besar), kebalikan dari otak besar yaitu cereblum (otak kecil), batang otak (brainstem) dan diensefalon. Di dalam otak bayi yang baru lahir ini kan terdapat kurang lebih 100 miliar sel, sel saraf ini terdiri dari 3 bagian utama yaitu badan sek, dendrit, dan akson. Yang mana masing-masing memiliki tugas yang berbeda-beda.
Seperti kalimat sebelumnya sel saraf pada anak atau bayi yang baru lahir itu masih belum sempurna tidak seperti sel saraf yang dimiliki orang dewasa. Pada usia 6 bulan sel-sel saraf pada bayi masih berkembang. Sel saraf ini dapat dikatakan matang itu apabila akson sudah terbentuk dan ada di setiap bagian tubuh. Setiap akson yang terbentuk diikuti oleh sinaps yang ikut terbentuk juga. Satu sel dengan sel berikutnya akan saling berkomunikasi dengan otak yang nantinya si kecil dapat mengontol gerakan pada tubuhnya.
Untuk mencapai tahap perkembangan otak membutuhkan darah sebanyak 150 ml. Dikutip dari laman republika.co.id otak setiap menitnya membutuhkan darah 150 ml untuk memcapai tahap perkembangan yang berbeda-beda. 60% semua energi yang dikeluarkan pada bayi terkonsentrasi pada otak. Faktanya 90% perkembangan otak pada anak terjadi sebelum merek masuk ke bangku sekolah. Saar anak sudah berusia 5 tahun, koneksi saraf dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan orang dewasa. For Your Information kita akan kehilangan sekitar 50% connection dari waktu ke waktu saat beranjak dewasa .Lalu bagaimana stimulasi yang bagus untuk perkembangan sistem saraf bayi tahun pertama?
Stimulasi yang diberikan sejak dini akan mempengaruhi perkembangan sel saraf dan struktur pada otak. Stimulus juga bisa mematangkan struktur pada otak dan sel saraf. Ada beberapa stimulus yang dapat dicoba oleh para orang tua yaitu stimulus taktil, yaitu stimulus yang melalui sentuhan, stimulus audiotori atau pendengaran, dan stimulus olfaktori atau penciuman. Stimulasi pada anak dapat dilakukan setiap para orang tua berinteraksi dengan anak, dapat dilakukan setiap hari dengan cara yang bervariasasi, sesuai dengan umur perkembangannya. Para orang tua ketika sedang memberikan stimulus pada anak harus dalam suasana yang bahagia, bergembira, senang. Jangan sampai saat memberikan stimulus dalam keadaan marah, terburu-buru tanpa melihat kemampuan si anak, nantinya akan merangsang emosi negatif si kecil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H