Mohon tunggu...
Aulia Indra Ramadhani
Aulia Indra Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Malang

Tetap semangat

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Perkembangan Bahasa Ekspresif Anak, Bunda-bunda Harus Tahu Ini

17 Maret 2022   09:37 Diperbarui: 17 Maret 2022   09:40 3351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Kalau kemarin kita membahas bahasa reseptif anak, sekarang kita akan membahas bahasa ekspresif anak. Bahasa ekspresif adalah cara seseorang untuk mengungkapkan, mengomunikasikan, menyampaikan informasi, gagasan, keinginan, maksud, dan lain sebagainya. Menurut gagasan Moeslichatoen yang ditulis di dalam jurnal yang berjudul Peningkatan Kemampuan Bahasa Ekspresif Anak Melalui Kegiatan Sandiwara Boneka, bahasa ekspresif adalah kemampuan yang dimiliki anak untuk mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya. Maka dari itu orang tua harus mampu menstimulasi kemampuan anak dalam hal mengungkapkan apa yang mereka inginkan.

Lalu apa perbedaan bahasa ekspresif dengan bahasa reseptif? Apakah sama-sama pentingnya dalam perkembangan bahasa anak? Perbedaan bahasa ekspresif dengan bahasa reseptif yaitu jika bahasa ekspresif itu bagaimana anak mengungkapkan apa yang mereka inginkan, sedangkan bahasa reseptif adalah bagaimana cara anak memahami kata baik itu berupa tulisan ataupun secara lisan. Tentu kedua bahasa ini baik bahasa ekspresif dan bahasa reseptif sama-sama memiliki peranan penting dalam bahasa anak.

Dalam mengembangkan bahasa anak perlu adanya stimulasi agar perkembangan bahasa anak bisa berkembang dengan semestinya, jangan dikira anak tiba-tiba menguasai bahasa ekspresif ini, perlu adanya stimulasi yang baik dalam mengembangkan bahasa. Tak luput juga pentingnya peranan orang tua dan guru dalam menstimulasi anak. Jika anak tidak distimulasi dengan baik, takutnya akan terjadi yang sesuatu yang tidak diinginkan seperti gangguan dalam bahasa ekspresifnya. Gejala gangguan bahasa ekspresif yaitu;

  • Anak akan kesulitan menyatukan atau menggabungkan kata-kata menjadi kalimat yang sempurna.
  • Anak akan sering berkata "um..", "aaa.." ketika berbicara, mengapa demikian? Karena anak kesulitan menemukan kata yang cocok untuk disampaikan.
  • Dalam pembendaharaan kata anak cenderung rendang daripada anak yang tidak memiliki gangguan bahasa ekspresif.
  • Anak ketika berbicara menggunakan kata-kata diluar konteks dalam pembicaraan.
  • Anak ketika berbicara cenderung menggunakan tata bahasa yang salah.
  • Mengucapkan bahasa yang sangat sederhana dan singkat, seperti ketika anak dengan gangguan ini disuruh mengambil sesiatu misalnya pita di atas lemari lalu taruhlah di atas meja, dia akan paham dengan instruksi tersebut, tetapi ketika anak tersebut disuruh menceritakan tentang kegiatan yang disuruh tadi dia hanya bisa mengatakan, "ambil pita".

Dalam menstimulasi bahasa ekspresif anak tentu perlu juga mengerti tahapan-tahapan bahasa ekspresif anak, biar nantinya orang tua atau guru bisa memilih bagaimana cara menstimulasi anak, karena setiap usia berbeda-beda. Mengutip dari Kompasiana yang ditulis oleh Khusbatul Lilla, berikut tahap perkembangan bahasa ekspresif anak;

  • Bayi yang baru lahir, hanya bisa mengeluarkan suara tangisan ketika lapar, ingin buang air kecil, ketika merasakan sakit, dan lain sebagainya.
  • Usia 3-6 bulan, anak sudah bisa tersenyum ketika melihat ibunya, mengeluarkan ocehan-ocehan yang belum jelas, bergumam, dan juga biasanya bayi mengekspresikan apa yang mereke inginkan dengan gerakan tubuh.
  • Usia 1 tahun, bisa mengenali beberapa kata yang sederhana.
  • Usia 2 tahun, sudah dapat merangkai 2 kata menjadi kalimat, seperti,"mama mana?" atau "mau main".
  • Usia 4-6 tahun, menurut Permendiknas Nomor 137 tahun 2014 dalam jurnal yang ditulis oleh Yahya Kusbudiah, Pemendiknas ini membahas tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, bahwa indikator kemampuan berbicara pada anak usia 4-5 tahun yaitu sebagai berikut, 1). Mengulang kalimat sederhana, 2). Menjawab pertanyaan sederhana, 3). Mengungkapkan perasaan dengan kata sifat contohnya, baik, senang, nakal, pelit, baik hati, berani, jelek, dan lain sebagainya, 4). Menyebutkan kata-kata yang dikenal, 5). Menguatarakan pendapat kepada orang lain, 6). Menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidaksetujuan, 7). Menceritakan kembali cerita atau dongen yang pernah didengar. Selanjutnya untuk umur 5-6 tahun masih dengan Permendiknas Nomor 137 tahun 2014 yaitu, 1). Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks, 2). Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama, 3). Berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung, 4). Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat-keterangan), 5). Memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekpresikan ide pada orang lain, 6). Melanjutkan sebagaian cerita atau dongeng yang telah diperdengarkan.

Banyak video yang menjelaskan bagaimana cara orang tua dan guru dapat menstimulasi perkembangan bahasa anak seperti video berikut, 


Pada video diatas anak bisa distimulus dengan kegiatan bermain misalnya, dengan menebak gambar, warna, dan juga berhitung. Dengan kegiatan seperti ini anak dapat mengembangkan bahasa ekspresif anak, karena apa yang mereka lihat dapat diutarakan seperti, guru menunjuk ini gambar apa? Anak akan menjawab ini gambar singa. Biasakan juga sejak dini melafalkan pengucapan kata dengan jelas dan benar. Jadi kata kuncu dari bahasa ekspresif adalah mengungkapkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun