Mohon tunggu...
Aulia IlmaDewanti
Aulia IlmaDewanti Mohon Tunggu... Bankir - Universitas Brawijaya

Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apakah Kita Beruntung?

9 Desember 2020   13:30 Diperbarui: 9 Desember 2020   13:30 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam pencarian jodoh di suku jawa sering terdengar kutipan “bobot, bibit, bebet” tolak ukur yang akan menentukan apakah nantinya seseorang mampu dijadikan pasangan atau tidak, hal ini juga penting dalam proses meraih kesuksesan yakni asal usul keluarga atau biasa disebut dengan istilah  ‘bibit’, banyak orang beranggapan kesuksesan akan diraih jika kita tekun berusaha dan mempunyai kulitas intelektual yang tinggi, apakah hanya itu tolak ukur seseorang dalam meraih kesuksesan? Memang benar aspek itu akan membantu kita, tapi tidak seutuhnya masih ada beberapa persen lagi untuk meraih kesuksesan yang sesungguhnya.

Menteri Pendidikan dan kebudayaan Indonesia periode 2019-2024 Nadiem Makarim, memiliki seorang ayah bernama Nano Anwar Makarim, seorang praktisi hukum Indonesia yang terkemuka,  bahkan pengacara kondang Hotman Paris Hutapea pernah memberikan pernyataan bahwa dia sempat bekerja untuk ayah dari Nadiem Makarim, beliau juga adalah lulusan dari  Ivy League, Harvard University di Amerika Serikat, sungguh hebat sesorang yang pada tahun 70an sudah menjadi lulusan di salah satu Universitas terbaik di dunia, memang perjuangan Nadiem Makarim sungguh patut diapresiasi, mulai dari membangun GO-JEK sampai sekarang menjadi Menteri pendidikan, tapi kesuksesannya tidak akan luput dari usaha dan hak istimewa atau privilege dari asal usul keluarga yang juga luar biasa.

Sebuah pengertian yang dikutip dari Wikipedia.com Hak istimewa sosial atau privilese sosial merupakan hak istimewa yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang, namun tidak dimiliki oleh pihak lainnya. Hak ini bisa muncul dari hasil stratifikasi sosial dengan adanya perbedaan akses untuk memperoleh barang dan mendapatkan layanan yang sama

Beralih kepada penyanyi yang juga tidak kalah luar biasanya yakni maudy ayunda karena pernah menghebohkan Indonesia, karena bingung dalam memilih universitas, mungkin sebagai orang awam yang hanya bersekolah di sekolah dasar yang mengikuti kurikulum dari pemerintah, dengan pengeluaran pertahun hanya 3-15 juta adalah suatu hal yang sangat luar biasa bisa diterima di Univeritas dengan taraf internasional, tapi untuk orang-orang sekelas Maudy Ayunda yang bersekolah di salah satu sekolah internasional yang biaya pertahunnya mencapai 85 juta rupiah adalah hal yang sangat wajar bila mereka berhasil menembus universitas sekelas Stanford atau Oxford lagi-lagi adalah hak istimewa yang dimiliki entah dari keluarga ataupun dirinya sendiri, sangat tidak adil jika ada seseorang yang memberikan kalimat motivasi “Mereka berani gagal, kenapa kamu tidak?”

Pada dasarnya sebagai manusia kita diwajibkan bersyukur dan selalu berusaha karena setiap orang dilahirkan dengan latar belakang yang berbeda pastinya memulai garis start-nya dalam mencapai kesuksesan dengan jarak yang berbeda pula, kita tidak bisa membandingkan perjuangan mereka dengan kita dalam mencapai kesuksesan, ada beberapa hal yang mampu untuk membedakan, tidak ada salahnya jika kita memiliki motivasi sebesar mereka, tetapi kita harus memiliki sistem dalam mencapai kesuksesan itu, tidak ada satu orangpun yang memiliki proses yang persis sama dengan orang lain dalam meraih kesuksesan. Jika anda terlahir dalam kemiskinan itu bukanlah kesalahan anda, tapi jika anda mati dalam kemiskinan itu adalah kesalahan anda – Bill gates (pendiri Microsoft corp.)  

Usaha yang keras akan membuahkan hasil yang pantas, cukuplah kita untuk terus membandingkan diri dengan orang lain, sebagai masyarakat yang tinggal di negara yang berkewajiban untuk memiliki kepercayaan kepada Tuhan, penulis artikel ini percaya bahwa semua kesulitan, kebahagiaan, masalah, kekecewaan setiap orang yang lahir didunia ini adalah sama besarnya, tergantung bagaimana cara kita menerima semua dan mencari solusi. Jangan hanya berdiam diri dan meratapi nasib, sembari scrolling Instagram dan tik-tok, bangkit dan lakukan apa yang kamu bisa lakukan, asalkan baik kamu akan mendapatkan hasil yang menyegarkan hatimu.

Dekatkan diri kepada orang-orang yang tersayang, sesekali berilah ruang untuk diri sendiri dan kenali lebih jauh dirimu. Berterima kasihlah kepada dirimu sendiri yang bisa bangkit dan berusaha, percayalah diluar sana ada banyak orang yang tidak seberuntung dirimu, bangkit dan buatlah privilegemu sendiri agar keturunanmu tidak mengalami hal yang sama denganmu, ketika kamu jatuh untuk yang ke 1000 kalinya, bangkitlah untuk yang ke 1001 kalinya.  Salam hangat dan semangat.

Aulia Ilma Dewanti 

Mahasiswa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun