Mohon tunggu...
Aulia Gurdi
Aulia Gurdi Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

spread wisdom through writing...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Nge-band Itu Kereeen Lhoo...!"

28 Februari 2012   02:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:50 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak sekolah, terutama mereka yang memasuki usia remaja setara SMP dan SMA punya segudang energi yang perlu disalurkan. Usia mereka adalah usia mencari jati diri, punya banyak keinginan, selalu ingin mencoba  banyak hal. Energi ini tentu perlu disalurkan pada kegiatan-kegiatan yang positif.

Sebisa mungkin mereka perlu terus diarahkan, tak dibiarkan terlalu banyak waktu luang tanpa kegiatan berarti. Saya punya pengalaman menyangkut putra saya, yang sekarang ABG, dia sempat saya dapati terpapar virus pornografi via hp seperti yang pernah saya tulis disini. Saat itu ia masih duduk di bangku kelas 2 SMP. Shock saat pertama kali saya memergokinya. Sesuatu yang mengejutkan dan tak pernah saya duga sebelumnya. Anak saya yang wajahnya begitu innocent, yang saya jaga sedemikian rupa, ternyata oh ternyata bisa bisa berbuat sejauh itu.

Inilah yang kemudian membuat saya mendukungnya untuk berkegiatan mengisi waktu luangnya usai waktu belajarnya di sekolah. Apapun itu, selama positif saya fasilitasi. Kebetulan dia sangat tertarik bermusik. Maka saya belikan ia gitar. Setelah dipelajarinya, belakangan ia tertarik pada alat musik bass. Dan sayapun menyarankannya menabung untuk bisa memilikinya. Saya mensubsidi sebagiannya. Bukan apa-apa saya ingin dia bisa menghargai barang-barangnya sendiri. Kalau ia membelinya dari hasil tabungannya sendiri saya berharap ia bisa menjaga dan merawatnya.

Setelahnya memiliki ia jadi giat berlatih. Seminggu dua kali menyewa studio bersama teman-temannya yang sehobi. Semua saya penuhi dengan tetap memantaunya tentu saja. Bila ada event-event musik yang ia minati, saya minta ayahnya mengantar dan menjemputnya kembali saat selesai. Karena biasanya event serupa itu diadakan malam hari dan selesai saat hari sudah larut.

Rajin bermusik, membuat perhatiannya pada gadget beralih. Ia yang biasanya asyik dengan hapenya, kini tak lagi intens dengan urusan gadget. Disaat banyak teman-temannya punya BB dan gadget lain keluaran terbaru,  ia nyaman-nyaman saja memakai sebuah hp jadul termurah yang hanya bisa digunakan untuk bertelepon dan sms saja. Waktunya lebih banyak dihabiskannya untuk berlatih band bersama teman-temannya yang sehobi.

Satu hari, ia berujar pernah pada saya, "eh mi, nge-band itu kereen lhoo...anak band tuh terkenal di sekolah abang. Banyak fansnya ceweknya lagi, hehehe...." Seketika saya sambar ucapannya, "ahh...kamu kali yang ke-GR- an." "Eh nggaaa... beneran deh mi.... apalagi kalo sering manggung udah deh makin ngetop deh..." demikian ujarnya Pede. Saya menangkap ada rasa bangga dalam celotehnya.

Mungkin dia ada benarnya. Dulu saat saya SMA, siswa yang populer di mata para siswi itu kalau bukan anak band ya bintang basket. Pesona mereka sering  mencuri perhatian dan menjadi pembicaraan di kalangan para siswi. Membuat pamor mereka di atas siswa-siswa yang lain. Tak heran begitu banyak siswi yang ingin dijadikan kekasihnya. Ada rasa bangga bagi siswi yang bisa mencuri hati siswa idola.

. [caption id="attachment_173279" align="aligncenter" width="491" caption="bersama teman-teman bandnya "][/caption]

.

Begitulah. Sepertinya ia serius menekuni dunia bandnya. Dan ia memilih menjadi bassist. Kebetulan tak banyak yang bisa bermain bass di sekolahnya, hingga ia sering didaulat menjadi additional player untuk grup-grup band yang tidak memiliki bassist pada personilnya.

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun