Sabtu 18 Juni 2016, jalan-jalan utama menghubungkan antarkota di Palembang tampak padat namun tetap lancar dan pelan. Hanya beberapa rute kendaraan pribadi dan umum mengalami kemacetan.
Tiang-tiang pancang Light Rail Transit (LRT) tampak berdiri kokoh di tengah jalur lalulintas jalur Protokol kota Palembang hingga Jakabaring dan jalur penghubung ke kota-kota lainnya utamanya menghubungkan ke pusat-pusat bisnis, pusat pemerintah pemerintahan, pusat peribadatan, dan pusat pendidikan.
Gerak pelan awan mendung terbawa angin menghiasi langit Sriwijaya. Tepat pukul 11.00, lalu lalang kendaraan mobil menghiasi jalan utama Kota Palembang, di depan pusat perbelanjaan Internasional Plaza (IP) kulihat para pekerja pembangunan LRT sedang menjalankan tugas-tugas mereka, ada yang mengatur jalan, ada yang mengendalikan truk pengeruk tanah, ada yang sedang memaku bumi, mengecor lahan, dan ada yang memasang tiang.
Di tengah Keramaian jalan Jakabaring Kota Palembang aku berhenti, aku menemukan sesok dua orang wanita duduk di pinggir jalan yang sedang menunggu Warung makanan dan konter pulsa, satu wanita berambut hitam panjang berwajah manis dengan lukisan alis tebal hitam, hidung mancung dipadukan dengan lipstik merah di bibir menghiasi wajahnya. Satu wanita lagi mengenakan jilbab coklat, bergamis bunga orange sedang menggendong anaknya, ku taksir berusia dua tahunan sedang terlelap tidur.
Aku mengunjungi mereka untuk sekilas bertanya info tentang Pembangunan LRT di Palembang, kupikir sangat tepat rasanya bila aku menanyakan hal tersebut pada mereka.
“Dek, aku dak senang dengan pembangunan ini, karno pembangunan LRT inimematikanlangkah jualan ku” ujar Maryam seorang perempuan yang berambut panjang.
“Buat apo pulok dek bangun kereta yang cak ini? Kagek jugo habis Event Asian Games 2018 palingan idak dipakek lagi” kata Aisyah sosok perempuan cantik yang berada disamping Maryam.
Aku tersenyum menyimak 2 wanita ini. “Pembangunan ini sudah berlangsung dek, jadi kami tinggal pasrah. Cuman kalu pacak pembangunan ini dipercepat lagi.” ujar Maryam.
Sebaliknya berbeda dengan Witra seorang laki-laki tua yang kutemui dipinggiran jalan sedang melihat para pekerja pembangunan LRT.
Witra, “Saya sangat setuju dek, walaupun sekarang Palembang dilanda macet karna pembangunan LRT yang sedang berjalan. Tetapi setidaknya saya bangga karena LRT adalah transportasi pertama di Indonesia dibangun di Palembang”
Ada banyak para pekerja kulihat sedang menjalankan tugasnya. Ada seorang laki-laki mengenakan helm proyek berwarna merah dengan baju yang dilapisi rompi berwarna orange cerah sedang mengatur lalu lintas keluar masuk truk proyek yang mengangkut tanah hasil galian pondasi pancang-pancang rel LRT.