Mohon tunggu...
Aulia Fara
Aulia Fara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Keterkaitan Komunikasi Antar Etnis dalam konteks Komunikasi Antar Budaya

30 November 2024   01:01 Diperbarui: 30 November 2024   01:02 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


Komunikasi Etnis merupakan komunikasi yang terjadi secara individu maupun kelompok hal biasanya terjadi dalam satu negara atau wilayah tetapi hal tersebut memiliki perbedaan budaya. Di lingkungan perkuliahan saat ini sering terjadi perbedaan komunikasi antara orang Sumatra dan orang Jawa. Orang Jawa biasanya cenderung menggunakan bahasa Jawa yang memiliki tingkatan yang sesuai dengan tingkatan sosialnya, seperti bahasa krama atau ngoko. Sedangkan orang Sumatra cenderung menggunakan bahasa yang sesaui dengan daerahnya, seperi bahasa Batak atau Minangkabau.

Dalam lingkungan perkuliahan hal tersebut sering terjadi seperti  perbedaan bahasa, dari perbedaan bahasa inilah menyebabkan munculnya hambatan dalam berkomunikasi. Streotipe menjadi hambatan dalam berkomunikasi antar etnis orang Jawa dan orang Sumatra, hal tersebut pernah terjadi di dalam lingkungan perkuliahan ini. Orang Jawa memiliki pandangan bahwa orang Sumatra jika berkomunikasi lebih keras atau agresif, begitu juga sebaliknya orang Sumatra menganggap bahwa orang Jawa jika berkomunikasi sangat lembut dan tidak tegas. Pandangan tersebut dapat menyebabkan kesalahpahaman dan menimbulkan konflik ketika berkomunikasi, karena masing-masing pihak memiliki presepsi berkomunikasi yang beda.

Dalam pengalaman saya agar streotipe itu tidak terjadi penting sekali bagi kita untuk mengetahui bagaimana bahasa yang digunakan oleh orang tersebut, atau bisa juga kita memahami bahasa dan adat ketika ingin pergi ke suatu daerah yang akan kita singgahi. Dan untuk menghindari terjadinya streotipe jangan membuat asumsi-asumsi yang belum tentu terjadi pada orang atau budaya tersebut, oleh karena itu pentingnya kita memahami latar belakang budaya lingkungan sekitar agar streotipe ini tidak terjadi. Karena tiap budaya memiliki caranya sendiri dalam berkomunikasi, yang biasanya dipengaruhi oleh nilai norma dan tradisi dalam daerah tersebut.

Jika saya menjadi seorang jurnalism, saya akan mempelajari dan menggali lebih dalam bagaimana cara daerah tersebut berkomunikasi serta mencari tahu bagaimana nilai, norma, dan tradisi yang terjadi dalam daerah tersebut. Dengan saya mencari informasi ini, saya akan meminimalisir hambatan yang akan terjadi, dan informasi yang saya dapat akan lebih akurat. Dan menghargai daerah jika daerah tersebut terdapat perbedaan dengan budaya kita, karena tiap daerah memiliki caranya sendiri-sendiri untuk mengekspresikannya dan tetap satu jua. Seperti semboyang Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu jua”.

Universitas’Aisyiyah Yogyakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun