Kurikulum merupakan sebuah niatan dan harapan yang di tuangkan dalam bentuk rencana atau program pendidikan yang di lakukan para pendidik di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ajeng, 2021) pengembangan pendidikan pembelajaran pada krikulum merdeka harus sesuai dengan tren pendidikan di era revolusi industri 4.0 dimana peserta ddik harus terus melakukan proses literasi dan penanaman pendidikan karakter seperti kejujuran, religiusitas, kerja keras/tekun, keadilan, disiplin, toleransi. Adanya penanaman pendidikan karakter siswa di kurikulum merdeka ditunjukkan dengan adanya profil pelajar Pancasilan.
 Kurikulum merdeka dalam kepemimpinan pesantren modern merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang fleksibel dan relevan, dapat menjadi angin segar dalam dunia pendidikan pesantren modern. Konsep ini menawarkan ruang yang lebih luas bagi pesantren untuk mengembangkan potensi santri secara holistik, sejalan dengan nilai-nilai keagamaan dan perkembangan zaman.
 Kepemimpinan menjadi faktor penting dalam sistem lembaga pendidikan dan menjadi perhatian utama, karena darinya lahir tenaga-tenaga yang diharapkan memiliki kualitas, baik dari pemikiran maupun sebagai pekerja. Kepemimpinan juga menentukan berjalan atau tidaknya suatu lembaga. Pada hakikatnya, kepemimpinan berhubungan dengan tenaga dan pikiran manusia dalam suatu kelompok atau organisasi. Selain itu kepemimpinan dapat dipahami sebagai penggerak segala sumber daya dan alat yang tersedia dalam suatu organisasi.( Isa, et al 2024)
 Ada beberapa prinsip-prinsip kurikulum merdeka yang relevan dengan pesantren modern : 1) Fokus pada Kompetensi: Kurikulum Merdeka mendorong pengembangan kompetensi inti yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan karakter. Dalam konteks pesantren, kompetensi ini bisa dipadukan dengan nilai-nilai Islam seperti iman, takwa, akhlakul karimah, dan kemampuan beribadah. 2) Pembelajaran yang Mendalam:Pesantren dapat merancang pembelajaran yang lebih mendalam dengan memberikan kesempatan kepada santri untuk menggali materi secara lebih luas dan mendalam. Misalnya, dalam mempelajari Al-Quran, santri dapat diajak untuk memahami tafsir, hadis, dan sejarah terkait. 3) Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila: Pesantren dapat mengintegrasikan proyek-proyek yang menguatkan profil pelajar Pancasila, seperti mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, berkebinekaan global, dan berakhlak mulia. 4) Kurikulum yang Disesuaikan dengan Konteks: Pesantren memiliki kebebasan untuk menyesuaikan kurikulum dengan konteks lokal dan kebutuhan santri. Misalnya, pesantren yang berada di daerah pesisir dapat memasukkan materi tentang kelautan dan kemaritiman. 5) Asesmen yang Berorientasi pada Proses:Penilaian pada santri tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses pembelajaran. Pesantren dapat menggunakan berbagai metode asesmen, seperti portofolio, presentasi, dan diskusi kelompok. Penerapan Kurikulum Merdeka dalam Kepemimpinan Pesantren Modern yaitu : 1) Pembentukan Tim Kurikulum. 2) Pemanfaatan Teknologi. 3) Kerjasama dengan Sekolah dan Perguruan Tinggi. 4) Pengembangan Kurikulum Lokal. 5) Evaluasi dan Pengembangan Berkelanjutan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Pondok pesantren Al munawaroh, lembaga tersebut menerapkan Kurikulum Merdeka dengan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik dan nilai-nilai yang dianut dilembaga al munawaroh melalui ;Â
Kontekstualisasi dengan Nilai Keislaman
Kurikulum Merdeka menekankan pada pembelajaran yang kontekstual dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Pesantren dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan memasukkan nilai-nilai Islam, baik dalam mata pelajaran umum maupun keagamaan, sehingga tetap relevan dengan visi dan misi pesantren.Â
Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Pesantren dapat mendukung penerapan Kurikulum Merdeka dengan mengintegrasikan nilai-nilai yang terkandung dalam "Profil Pelajar Pancasila", seperti gotong royong, kemandirian, dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Nilai-nilai ini sudah sejalan dengan pendidikan karakter yang menjadi dasar pembelajaran di pesantren.
Pembelajaran Berdiferensiasi
Pesantren dapat menerapkan prinsip pembelajaran yang fleksibel dan sesuai dengan kemampuan serta minat santri. Dengan Kurikulum Merdeka, santri bisa memiliki kebebasan untuk memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minatnya, termasuk bidang keagamaan, keterampilan, atau keahlian tertentu.