Mohon tunggu...
Aulia Dinar Daniswara
Aulia Dinar Daniswara Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga 2023

Sedang menjalankan tugas-tugas ospek AMERTA Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Siapa yang Seharusnya Dikirim Mengajar ke Daerah 3T? Guru Honorer atau PNS?

21 Agustus 2023   22:12 Diperbarui: 22 Agustus 2023   02:53 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Untuk memajukan suatu bangsa, diperlukan pendidikan yang terbuka aksesnya ke seluruh lapisan masyarakat. Sesuai dengan yang telah jelas tertulis pada pembukaan UUD 1945 alinea keempat, "... Mencerdaskan kehidupan bangsa ...," sudah menjadi tujuan para pendiri negara untuk memberikan pendidikan yang merata kepada semua rakyat Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbentuk kepulauan menjadi pisau bermata dua dalam hal ini. Di satu sisi, Indonesia memiliki beragam kekayaan alam dengan luas wilayah yang sangat besar sedangkan di sisi lainnya, terjadi banyak ketimpangan dalam berbagai sektor kehidupan, termasuk salah satunya adalah pendidikan.

Bentuk negara kepulauan membuat perkembangan infrastruktur menjadi tidak merata. Hal tersebut menyebabkan daerah-daerah yang terpencil menjadi kurang diperhatikan sehingga tidak merasakan mudahnya akses ke berbagai kebutuhan, termasuk pendidikan. Oleh Kemendikbud, daerah tersebut dikategorikan sebagai daerah 3T (Terluar, Terdepan, dan Tertinggal). Persoalan mendasar pendidikan di Indonesia adalah bagaimana cara untuk meratakan kualitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia tanpa terkecuali. Program pengiriman guru honorer ke daerah 3T merupakan salah satu solusi utama bagi pemerataan pendidikan di negara kita.

Lantas mengapa harus mengirimkan guru honorer? Mengapa tidak mengirimkan guru yang telah berstatus sebagai PNS saja? Program 3T merupakan ajang bagi para guru honorer untuk meningkatkan pengalaman dan mengasah skill mengajar.  Dengan mengalami berbagai kondisi pengajaran terutama dalam keterbatasan, guru honorer dapat mengasah kreativitas untuk menemukan berbagai cara belajar sebagai bekal karir mereka di masa depan. Dengan semakin banyak pengalaman, karir mengajar yang akan ditempuh oleh guru honorer nantinya tidak hanya terbatas menjadi guru tetap saja, melainkan dapat melalui berbagai bidang, seperti pengajaran online, pendirian start-up yang berorientasi pada pendidikan, dan berbagai jalan yang tentunya dapat menghasilkan lebih apabila dibandingkan dengan menjadi guru tetap.

Apabila berbincang mengenai kesejahteraan guru honorer di daerah 3T melalui parameter yang berupa materi, contohnya seperti gaji, tentu saja tidak dapat dibandingkan dengan jasa yang diberikan. Akan tetapi, setiap orang yang ingin menjadi guru honorer pasti telah mengetahui dan bersedia menerima segala konsekuensi yang akan dihadapi selama masa kerja karena penugasan guru honorer pada daerah 3T tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Calon guru yang akan dikirim telah melalui berbagai seleksi untuk memastikan kualifikasinya sebagai pengajar. Calon guru juga akan diberi persetujuan terlebih dahulu mengenai bagaimana dirinya akan bekerja di tempatnya bertugas.

Setiap guru honorer pasti memiliki motivasi awal yang membuat mereka mau dan mampu bertahan untuk memberikan pendidikan bagi siapapun orangnya, di manapun tempatnya, dan bagaimanapun caranya. Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara oleh M. Chiar Hamidi Busri Endang dari program magister administrasi pendidikan FKIP Untan Pontianak kepada enam guru yang mengabdi di SD Negeri 8 Kayubunga Kecamatan Blimbingwulu Kabupaten Melawi, dapat dideskripsikan bahwa mereka memiliki motivasi intrinsik dan ekstrinsik sebagai alasan mereka bertahan untuk menjalankan tugas sebagai guru honorer. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang disebabkan oleh perasaan yang ada pada hati seseorang. Keenam guru honorer memiliki motivasi intrinsik, sebagai berikut:

  • Memiliki rasa tanggung jawab terhadap pendidikan anak di pedalaman
  • Menyenangi pekerjaan guru sebagai profesi yang mulia
  • Memperoleh penghargaan dari masyarakat setempat walaupun bukan dalam bentuk materi. Namun berupa kerja sama dengan guru yang baik serta masyarakat memberikan perlindungan terhadap guru tersebut beserta keluarganya

Mereka juga memiliki motivasi ekstrinsik yang timbul dari umpan balik lingkungan sekitar terhadap keberadaan mereka. Motivasi tersebut, antara lain:

  • Hubungan kerja sesama guru pengajar di tempat bertugas sangat kondusif
  • Lingkungan sekitar sangat kondusif dan bersahabat sehingga guru merasa betah dan bertahan mengajar di sekolah dengan rata-rata lebih dari tahun bahkan hingga 15 tahun

Dengan program pengiriman guru honorer ke daerah 3T, diharapkan para guru dapat memperoleh pengalaman sebanyak-banyaknya sebagai bekal untuk berkarir di berbagai bidang, terutama bidang pendidikan yang merupakan fokus utama. Pengalaman mengajar di daerah 3T tidak hanya memberikan sumbangsih kepada perkembangan daerah tersebut melainkan juga meningkatkan kualitas guru honorer sebagai pengajar profesional yang mampu meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan di seluruh wilayah di Indonesia. Melalui program pemerataan pendidikan berkualitas di seluruh daerah di Indonesia, cita-cita pendiri bangsa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tentunya bukan hal yang mustahil untuk diraih.

Referensi:

https://jurnal.uns.ac.id/SHES/article/view/59337/34601

https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/9569/9387

Nama       : Aulia Dinar Daniswara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun