Islam bukanlah agama langit, melainkan sekaligus agama yang dapat membumi (workable). Tampaklah bahwa penghargaan Islam terhadap budaya kerja bukan sekedar pada prinsip-prinsip iman. Apabila bekerja dan melayani adalah fitrah manusia, jelaslah bahwa manusia yang enggan bekerja, malas, dan tidak mau mendayagunakan seluruh potensi dengan iman, ilmu dan amal.
Etos berasal dari Bahasa Yunani (ethos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta system nilai yang diyakini, sehingga etos terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal, lebih baik  dan berupaya mencapai kualitas kerja yang sempurna.
Kompentensi etots kerja islam yang diharap menjadi motivasi untuk mengaktualisasi iman dalam bentuk amal sholeh yang nyata, berkualitas dan berdampak luas. Etos kerja Islami (dengan penekanan Islami) untuk memberikan pemahaman sebuah ungkapan bahwa kebenaran itu bisa diperoleh siapa saja, sebagaimana sebuah ungkapan, hikmah "ilmu" merupakan harta orang mukmin yang hilang. Kewajiban setiap mukmin untuk memungutnya kembali dimana dan dari siapapun.
Etos bukan hanya sekedar kepribadian, melainkan martabat, harga diri dan jati diri seseorang. Imam al-Qusairi mengartikan harapan sebagai keterpautan hari kepada yang diinginkan terjadi pada masa yang akan datang. Perbedaan antara harapan dan angan-angan (tamanni) bahwa angan-angan membuat seseorang menjadi malas dan terbuai oleh khayalan tanpa mau mewujudkannya.
Manusia yang memiliki harapan atau cita-cita memiliki sikap ketabahan yang sangat kuat. Hidup menjadi bermakna karena ada harapan. Pantaslah Allah SWT menyeru kita untuk tetap memiliki harapan dan menggolongkan mereka sebagai orang yang putus asa. Begitulah obsesi dirinya untuk mewujudkan harapan (HOPE, yang dapat disingkat Honorable Person), sehingga mengasah mata pikirannya (head), melatih ketabahan dan ketajaman intuisi (heart) dan membuktikannya dengan keterampilan (hand).
Etos kerja menyadarkan bahwa untuk meraih Impian harus memiliki kualitas dan bersaing. Hidup adalah sebuah persaingan, sebabnya menjadikan diri berkualitas tak kenal henti untuk terus belajar, belajar dan belajar. Mereka sadar bahwa tiga potensi dirinya yaitu head, heart dan hand, hanyalah sebuah khayalan bila tidak ditambahkan satu sikap yaitu hard working.
Kualitas bukan sekedar hasil, melainkan sebuah proses dalam hati, kualitas adalah gambaran yang menjadi obsesi bagi pribadi muslim yang memiliki etos kerja. Kualitas adalah proses konsekuen menapaki jalan yang lurus. Dalam dunia usaha, jalan lurus tidak lain adalah seluruh komitmen dirinya dengan Perusahaan. Karyawan yang punya etos kerja tidak akan mengabaikan begitu seluruh prosedur merupakan hasil dari kesepakatan.
Kualitas berpikir (quality of your head) berarti kemampuan untuk mengorganisasi seluruh unsur di lingkungan dengan mendayagunakan informasi yang berarti. Dengan demikian, proses berfikir sangat erat kaitannya dengan pengalaman dirinya dalam berhubungan dengan berbagai informassi dan permasalahannya. Keterampilan manusia terbagi menjadi dua, keterampilan dan pengetahuan (skill and knowledge)Â yang kedua berkaitan dengan sikap perilaku (attitude). Kebutuahan pelatihan bidang teknis secara umum sangat mudah diukur dan dilihat parameternya.
Kualitas hati (quality of your heart) berkaitan dengan kualitas moral seseorang atau istilah spiritual intelligent. Kualitas moral akan lebih menggetarkan hati bila dimulai dari prinsip-prinsip dasar atau keyakinan seseorang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H