Jendela-jendela begitu tentram, kala malam kian pejam menyambutnya penuh harapan baik. Sendirian bersusah payah, memasung langkah yang selalu nyaris ingin memutar arah. Senyum tak pernah mangkir, menompang wujud-wujud lain yang membuatmu kadang semakin sulit berpaling. Kau tak mungkin sembuh, bila ruang ketidakmungkinan masih saja tergenggam penuh.Â
Kau tak mungkin ikhlas, bila asumsi belaka masih memeluk ketibaanya dalam bayangmu berkali-kali. Bukan, bukan itu jalannya. Jangan, jangan begitu pikirmu.
Masa lalu tidak lagi tempatmu pulang, ia hanya pelajaran yang berhembus menuju muara yang hanya perlu kau kenang sebagai  tempat pendewasaan.
Masa lalu tidak lagi tempatmu pulang, ia tertelan waktu. Maka, berhentilah merawat luka.
Seringkali, ketika ada perubahan yang tampak menawan kau goyah, ketika ada sikap yang terpikir memesona kau ingin mengulang lagi, ketika ada kejutan yang kebetulan tumbuh beriringan kau berat hati. Apakah kau paham? jika semesta sedang menanti do'a, kabar melegakan dari hatimu yang hari-harinya kini seharusnya bahagia cinta sama diri sendiri. Mungkin memang kadang-kadang perasaan seenggak kuat itu, tak pandang bulu.
Tak salah bila akhirnya memastikan hati, mencoba hati-hati, namun tidak menutup rapat hati.
Berpalinglah dari masa lalu, didepanmu dari jalan panjang yang tentunya banyak terjal, pada langkah yang harus dilalui, akan ada manusia terbaik, satu-satunya.
Yang memilikimu, ia paling bersyukur.
Jadi, berpalinglah dari masa lalu. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H