Dalam kontenks kemanusiaan terdapat dua konsep penting yakni hati nurani dan kebebasan. Keduanya memiliki peran yang saling terkait dan kompleks dalam membentuk bagaimana seseorang berperilaku dan membuat keputusan, serta bagaimana masyarakat secara keseluruhan membentuk keputusan tersebut. Hati nurani secara umum adalah "instansi" dalam diri kita yang secara langsung menilai moralitas tindakan kita. "Hati nurani" berarti kesadaran tentang apa yang baik dan apa yang buruk terkait dengan bagaimana kita bertindak. Hati nurani ini memerintahkan atau melarang kita untuk melakukan sesuatu dalam situasi tertentu.
 Bukan situasi umum yang dibahas, tetapi situasi khusus. Menghina martabat terdalam kita dan menghancurkan intergritas pribadi kita adalah konsekuensi dari tidak mengikuti hati nurani ini. Atau dikatakan hati nurani dapat dianggap sebagai pandangan moral dan etika yang dimiliki oleh seseorang, sedangkan kebebasan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan tindakan yang diinginkan tanpa adanya hambatan atau tekanan dari pihak lain.Â
Menurut Jean-Jacques Rousseau hati nurani adalah suara internal yang memandu manusia untuk bertindak sesuai dengan kepentingan bersama; terbentuk dari pengalaman sosial dan moral individu dalam masyarakat. Hati nurani memiliki peran sebagai panduan internal yang membantu orang untuk membuat atau menentukan sebuah keputusan yang sesuai dengan prinsip dan moral mereka. Ketika seseorang bertindak sesuai dengan hati nuraninya, mereka merasa damai dan memenuhi perasaan yang benar begitupun sebaliknya, ketika seseorang melanggarnya mereka mungkin merasa bersalah atau menyesal. Hati nurani berkaitan erat dengan kenyataan bahwa manusia mempunyai kesadaran.Â
Untuk mengerti hal ini perlu kita bedakan antara pengenalan dan kesadaran. Kita mengenal, bila kita melihat, mendengar atau merasa sesuatu. Tapi pengenalan ini tidak merupakan monopoli manusia. Sebagai contoh hewan dapat mendengar dan melihat atau merasakan sesuatu. Namun kesadaran hanya dimiliki manusia. Dengan kesadaran kita dapat maksudkan kesanggupan manusia untuk mengenal dirinya sendiri dan karena itu berefleksi tentang dirinya.Â
Dalam bahasa Latin dan bahasa-bahasa yang terkait dengannya, kata "conscientia" digunakan untuk menggambarkan kesadaran. Penggandaan yang sejenis juga terjadi dalam hati nurani. Orang bukan satu-satunya yang melakukan tindakan moral, baik atau buruk, tetapi ada juga orang yang "turut mengetahui" tindakan moral kita. Sepertinya ada instansi dalam diri kita yang menilai tindakan moral kita. Hati nurani berfungsi sebagai semacam "saksi" tentang tindakan moral kita. Kata Latin conscientia mewakili kenyataan.Â
Sebenarnya, fenomena hati nurani ada di semua zaman dan kebudayaan. Namun, pada masa lalu, seringkali tidak tersedia istilah yang tepat untuk menggambarkan fenomenia itu. Ini seperti menoleh ke belakang dan menilai tindakan masa lalu. Ia menegaskan bahwa tindakan yang dilakukan baik atau tidak baik. Jika hati nurani kita menghukum dan menuduh kita, kita merasa gelisah atau memiliki hati nurani yang buruk. Sebaliknya, jika kita berperilaku baik, kita memiliki hati nurani yang baik atau jelas.
 Hati nurani dapat dibedakan menjadi dua bentuk yakni hati nurani retrospektif dan prospektif. Hati nurani retrospektif memberi penilaian tentang perbuatan perbuatan yang telah berlangsung dimasa lampau. Dimana hati nurani ini seakan akan menoleh ke belakang dan menilai perbuatan perbuatan yang sudah lewat dan menyatakan bahwa perbuatan yang telah dilakukan itu baik atau tidak. Jadi hati nurani ini merupakan semacam instansi kehakiman dalam batin kita tentang perbuatan yang telah berlangsung.Â
Sedangkan hati nurani prospektif melihat kedepan dan menilai perbuatan perbuatan kita yang akan datang. Dalam arti ini hati nurani mengajak kita melakukan sesuatu atau seperti barangkali lebih banyak terjadi mengatakan "jangan" dan melarang kita untuk melakukan sesuatu. Disini aspek negative lebih mencolok. Dalam hati nurani ini sebenarnya terkandung semacam ramalan dimana menyatakan, hati nurani pasti akan menghukum kita andaikata kita melakukan perbuatan itu.Â
Dalam arti ini hati nurani menunjuk kepada hati nurani retrospektif yang akan datang, jika perbuatan menjadi kenyataan. Pembedaan antara hati nurani retrospektif dan hati nurani prospektif ini bisa menampilkan kesan seolah olah hati nuranu hanya menyangkut masa lampau atau masa depan. Padahal hati nurani dalam arti yang sebenarnya justru menyangkut perbuatan yang sedang dilakukan kini dan disini. Setiap manusia memiliki hak dasar untuk mengikuti hati nurani mereka sendiri. Orang lain tidak berwenang untuk mengganggu keputusan hati nurani seseorang. Seseorang dipaksa untuk bertindak bertentangan dengan hati nuraninya, yang tidak boleh terjadi. Tidak mengherankan bahwa "hak atas kebebasan hati nurani" juga disebut dalam Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia (1948) dalam Pasal 18.Â
Ini berarti bahwa negara harus menghormati keputusan hati nurani warganya, bahkan jika kewajiban tersebut bertentangan dengan kepentingan lain. Dengan kata lain, negara harus menghormati hak orang yang berkeberatan: orang yang berkeberatan harus memenuhi kewajiban sebagai warga negara karena hati nurani. Sangat penting bagi hidup moral kita, hati nurani adalah standar terakhir. Jika dilihat dari perspektif subjek, kita harus selalu mengikutinya dan tidak pernah boleh melakukan sesuatu yang bertentangan dengannya.Â
Dengan kata lain, hati nurani mengikat kita sepenuhnya. Namun, perlu diingat bahwa pilihan hati nurani, yang merupakan standar moral terakhir, bersifat subyektif, dan tidak selalu perbuatan yang dilakukan atas desakan hati nurani adalah baik secara objektif. Hati nurani bisa keliru atau melakukan kesalahan, bahkan bisa menyatakan sesuatu adalah baik atau bahkan wajib dilakukan, tetapi secara objektif itu buruk. Kebebasan merupakan konsep yang luas dan kompleks. Kebebasan yang dimaksud disini merujuk pada kemampuan suatu individu untuk dapat bertindak, berbicara, dan membuat pilihan mereka sendiri tanpa adanya paksaan atau tekanan serta pembatasan yang tidak sah.Â