Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Strategi dan Dinamika Politik dalam Pilkada 2024: Analisis Pencalonan Anies Baswedan dan Ridwan Kamil

28 Agustus 2024   15:23 Diperbarui: 28 Agustus 2024   16:17 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembuka

Pilkada 2024 telah dimulai dengan pendaftaran bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah pada 27 Agustus 2024. Seiring dengan proses ini, muncul berbagai dinamika dan tantangan, terutama terkait dengan calon-calon yang akan diusung oleh partai-partai besar. Menariknya, mantan calon presiden Anies Baswedan, yang memiliki potensi besar untuk terpilih kembali sebagai Gubernur DKI Jakarta, kini menghadapi situasi yang kompleks karena tidak memiliki afiliasi partai politik, sehingga pencalonanya timbul tenggelam dan belum ada kepastian. Terakhir Anis seperti di "prank" oleh PDIP setelah Megawati mengumumkan calon dari partai sendiri sebagai pasangan Cagub dab Cawagub DKI.


Strategi Partai Besar dan Calon Berkualitas

Dalam sistem politik Indonesia, partai-partai besar sering kali memiliki strategi tersendiri dalam memilih calon untuk pemilihan kepala daerah. Idealnya, partai besar akan mengusung calon yang berkualitas dan diinginkan rakyat. Namun, realitas politik seringkali menunjukkan bahwa partai-partai besar lebih fokus pada strategi politik dan keuntungan kekuasaan mereka daripada pada kualitas calon atau kebutuhan masyarakat secara langsung.

Anies Baswedan dan Dinamika Politik di DKI

Awal mula isu pencalonan Anies Baswedan sebagai calon Gubernur DKI Jakarta untuk periode kedua telah mengemuka sejak awal. PKS, sebagai salah satu partai besar yang diharapkan mendukung Anies secara solid bahkan sudah mengumumkan secara resmi jauh sebelum pendaftaran dimulai.

Di sisi lain, Nasdem dan PKB, sebagai penggerak koalisi perubahan, diharapkan juga solid mendukung Anies.

Setelah berbagai isu muncul, salah satunya adalah PKS yang tidak bisa maju sendiri dalam mengusung Anis sebagai Cagub DKI.

Setelah keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait Pilkada yang memberikan peluang baru bagi PKS untuk mengusung calon, PKS sebenarnya memiliki kesempatan terbuka untuk kembali mendukung Anies. Namun, sehari sebelum keputusan MK diumumkan, PKS telah memberikan komitmen untuk bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus, yang mengurangi kemungkinan dukungan untuk Anies.

Harapan terakhir Anies adalah mendapatkan dukungan dari PDIP, yang juga terpinggirkan dalam perpolitikan saat itu. Sayangnya, setelah beberapa kali pertemuan dan negosiasi, PDIP juga memilih untuk tidak mengusung Anies sebagai calon mereka.

Nasib Anis dalam kontestasi Pilkada DKI saat ini seperti bermain di gelombang besar, terhempas dan harapan terakhir adalah gelombang kecil.

Ridwan Kamil: Strategi Catur dalam Politik

Ridwan Kamil (RK), sebagai kader Golkar, muncul sebagai calon untuk Gubernur DKI Jakarta. Sebenarnya, RK memiliki suara yang sangat kuat di Jawa Barat dan kemungkinan besar akan memenangkan pemilihan jika ia maju di sana untuk periode kedua. Namun, tampaknya ada strategi yang lebih besar di balik pencalonan RK di DKI Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun