Makan, bagi banyak orang, adalah salah satu kenikmatan hidup yang tak terpisahkan dari rasa dan kelezatan. Namun, bagi sebagian lainnya, makan bukan lagi tentang menikmati cita rasa, melainkan tentang pemenuhan kebutuhan gizi dan bertahan hidup.
Tulisan ini mengungkap tiga sisi berbeda dari kehidupan mereka yang harus menata menu makan demi kesehatan, mereka yang makan untuk sekadar mengisi perut, dan mereka yang harus hidup melalui selang infus.
Demi Kesehatan
Bagi mereka yang sadar akan pentingnya menjaga kesehatan, makanan bukan lagi sekadar soal rasa. Orang-orang ini, termasuk atlet, pasien dengan kondisi kesehatan tertentu, atau individu yang ingin mempertahankan gaya hidup sehat, harus menata menu makan mereka dengan sangat hati-hati.
Mereka memastikan bahwa setiap asupan yang masuk ke tubuh mengandung komposisi gizi yang seimbang. Karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral harus dipertimbangkan secara seksama agar tubuh tetap sehat dan bugar.
Dalam menjalani rutinitas ini, mereka sering kali harus menghindari makanan yang enak tetapi kurang bergizi. Misalnya, makanan yang tinggi gula, garam, atau lemak jenuh meskipun rasanya lezat, harus dihindari.
Mereka menggantinya dengan makanan yang lebih sehat seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan sumber protein berkualitas. Proses menata menu makan ini memerlukan disiplin dan komitmen yang tinggi.
Contohnya, seorang atlet harus memastikan asupan protein yang cukup untuk memperbaiki dan membangun otot, sementara seorang pasien diabetes harus mengatur kadar gula darahnya dengan menghindari makanan manis.
Mereka mungkin menggunakan alat penimbang makanan dan aplikasi pengatur pola makan untuk memastikan setiap asupan sesuai dengan kebutuhan gizi harian mereka. Meskipun makanan sehat ini mungkin kurang menggugah selera dibandingkan junk food, mereka tahu bahwa menjaga kesehatan adalah yang utama.
Sekadar Bertahan Hidup
Di sisi lain, ada mereka yang makan bukan untuk menikmati rasa, tetapi untuk sekadar mengisi perut yang kosong. Di medan perang seperti Ukraina dan Gaza, serta di keluarga miskin di kota maupun desa, makan adalah soal bertahan hidup.
Mereka sering kali harus menerima makanan apa adanya, baik itu makanan sisa, basi, atau bahkan makanan tanpa rasa.