Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dampak Film "Vina: Sebelum 7 Hari" terhadap Penegakan Hukum dan Kritik terhadap Etika Profesi Polisi

28 Mei 2024   10:59 Diperbarui: 28 Mei 2024   15:30 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentang Film


Film "Vina: Sebelum 7 Hari," yang diangkat dari kisah nyata pembunuhan sepasang kekasih di Cirebon tahun 2016, berhasil mengundang banyak perhatian publik. Di satu sisi, film ini menghadirkan kengerian dan misteri yang menegangkan, di sisi lain, memicu pertanyaan kritis tentang eksploitasi tragedi dan batasan genre horor. 

Menggabungkan elemen horor dengan realitas pahit dan pencarian keadilan, "Vina: Sebelum 7 Hari" mampu membangkitkan rasa takut dan penasaran penonton melalui atmosfer mencekam dan alur cerita penuh teka-teki. 

Penonton diajak mengikuti perjalanan arwah Vina yang berusaha mengungkap kebenaran kematiannya dalam waktu 7 hari, dengan twist yang tak terduga membuat film ini semakin menarik.

Namun, film ini juga menuai kritik karena dianggap mengeksploitasi tragedi yang menimpa Vina dan Eky. 

Beberapa pihak menilai bahwa film ini terlalu fokus pada sensasi dan jump scare tanpa memberikan pendalaman karakter dan eksplorasi yang lebih mendalam terhadap isu-isu sosial yang melatarbelakangi kejadian tersebut. 

Kritik ini menyebutkan bahwa tokoh-tokoh dalam film, termasuk Vina dan Eky, kurang dieksplorasi secara mendalam, sehingga membuat penonton sulit memahami motif dan perasaan mereka. 

Alhasil, cerita terasa kurang menyentuh dan lebih banyak berfokus pada adegan-adegan menegangkan ketimbang membangun narasi yang kompleks dan bermakna. 

Penggambaran tragedi dalam film ini juga mengangkat isu sensitif tentang kekerasan dan pelecehan seksual, menggambarkan penderitaan Vina dan Eky dengan cukup detail. 

Penggunaan kisah nyata sebagai bahan cerita film kerap kali menuai kontroversi, dan salah satu kritik yang muncul adalah bahwa film ini hanya memanfaatkan tragedi untuk hiburan semata tanpa memberikan empati yang mendalam terhadap korban dan keluarga. 

Genre horor memang identik dengan eksplorasi rasa takut dan ketegangan, namun dalam kasus film yang diangkat dari kisah nyata, penting untuk mempertimbangkan bagaimana tragedi direpresentasikan dan dampaknya terhadap para korban dan keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun