Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memoar sang Senior: Said Salim, Sepak Terjang dan Legasi

19 Mei 2024   09:45 Diperbarui: 19 Mei 2024   09:58 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2016/01/06/69357a15-e00f-4412-9538-f40f7a6ac308_169.jpg?w=700&q=90

Dunia pers dan kajian militer Indonesia berduka atas kepergian salah satu tokoh seniornya, Salim Said. Kabar meninggalnya beliau penulis dapatkan pada tanggal 19 Mei 2024.

Salim Said, yang juga pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Republik Ceko, menghembuskan nafas terakhirnya tanggal 18 Mei 2024 pada pukul 19.33 WIB. Beliau sempat dirawat di RSCM sebelum akhirnya meninggal dunia.

Sosok yang dikenal lugas dan berani ini telah meninggalkan jejak panjang dan warisan berharga bagi dunia jurnalisme dan analisis militer di tanah air.

Meskipun penulis tidak mengenal beliau secara pribadi, kekaguman terhadap Salim Said muncul dari keberanian dan ketajaman argumentasi yang sering beliau tunjukkan. Hal ini terutama terlihat dalam berbagai acara Indonesia Lawyers Club (ILC) yang dipandu oleh Karni Ilyas yang beliau hadiri.

Di ILC, Salim Said tak segan untuk melontarkan kritik dan analisis tajamnya terhadap berbagai isu, baik politik, sosial, maupun militer. Beliau selalu berani menyuarakan pendapatnya, meskipun terkadang berbeda dengan pendapat mainstream. Keberanian dan ketajaman analisisnya ini menjadikannya salah satu narasumber yang paling ditunggu-tunggu dalam ILC.

Sepak Terjang Sang Jurnalis dan Pengamat Militer

Lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, pada tahun 1943, Salim Said memulai karirnya sebagai jurnalis di era Orde Baru. Beliau aktif menulis di berbagai media massa, seperti Tempo, Kompas, dan Harian Merdeka. Ketajaman analisis dan keberaniannya dalam menyuarakan kritik, menjadikannya salah satu jurnalis yang disegani di masanya.

Salim Said menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI. Beliau juga meraih gelar Master (M.A.) dan Ph.D. dalam ilmu politik. Pendidikan yang mumpuni ini menjadi dasar kuat bagi kemampuan analisisnya yang tajam. Dalam karir jurnalistiknya, Salim Said sering kali menulis tentang isu-isu sensitif, tidak hanya sekedar menyampaikan berita, tetapi juga mengupas tuntas latar belakang dan implikasi dari berbagai peristiwa penting di Indonesia.

Tidak hanya sebagai jurnalis, Salim Said juga dikenal sebagai pengamat militer yang mumpuni. Beliau aktif mengikuti perkembangan politik dan militer Indonesia, dan sering memberikan analisisnya yang tajam dan kritis. Pengetahuannya yang luas dan perspektifnya yang objektif, menjadikannya sumber informasi yang terpercaya bagi banyak pihak. Artikel-artikelnya sering kali menjadi rujukan dalam diskusi-diskusi akademis maupun forum-forum strategis terkait militer dan keamanan nasional.

Dedikasi dan Keberaniannya yang Tak Pernah Padam

Semangat Salim Said untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan tak pernah padam. Beliau tak gentar menyuarakan kritiknya terhadap rezim Orde Baru, meskipun harus menghadapi berbagai tekanan dan rintangan. Keberaniannya ini menjadikannya inspirasi bagi banyak aktivis dan jurnalis muda di masanya. Ketika banyak jurnalis memilih diam atau menyuarakan narasi yang mendukung pemerintah, Salim Said tetap teguh pada prinsipnya untuk mengungkapkan kebenaran.

Selama era Orde Baru, media massa di Indonesia berada di bawah kontrol ketat pemerintah. Namun, Salim Said berani menulis kritik dan analisis yang sering kali berseberangan dengan kepentingan rezim. Ini tentu bukan tanpa risiko. Tekanan dari pihak penguasa, ancaman, hingga potensi pemutusan karir adalah tantangan yang harus dihadapinya. Namun, dengan dedikasi yang tinggi terhadap profesi dan prinsipnya, Salim Said terus berjuang melalui tulisan-tulisannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun