Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Galodo di Sumatera Barat: Tragedi dan Pembelajaran

14 Mei 2024   22:12 Diperbarui: 14 Mei 2024   22:37 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para pakar geologi dan bencana telah memberikan analisis mendalam mengenai fenomena aliran sungai yang berhulu dari Gunung Marapi, termasuk Batang Anai yang membelah Lembah Anai. Mereka menekankan bahwa sungai-sungai ini pada dasarnya adalah jalur aliran lahar dingin dari masa lalu. Ini berarti bahwa ketika terjadi peristiwa seperti erupsi atau curah hujan tinggi, sungai-sungai tersebut secara alami menjadi saluran bagi lahar dingin.

Meskipun informasi ini tersedia, tampaknya masih ada kesenjangan pengetahuan di antara masyarakat dan pemerintah lokal. Banyak pembangunan rumah dan perumahan yang dilakukan di dekat aliran sungai ini, tanpa mempertimbangkan risiko yang ada. Hal ini menyebabkan kerentanan yang tinggi terhadap bencana lahar dingin, seperti yang terjadi baru-baru ini, yang menimbulkan banyak korban.

Pembangunan di dekat aliran lahar dingin memiliki dampak yang signifikan. Ketika lahar dingin meluap, ia dapat menghancurkan rumah, ladang, dan infrastruktur lainnya dengan sangat cepat. Selain itu, lahar dingin yang mengalir dari gunung akan mengendap di sungai, menurunkan kapasitas tampungan sungai dan meningkatkan risiko banjir.

Langkah-Langkah Pencegahan dan Mitigasi

Untuk mengurangi risiko di masa depan, para pakar merekomendasikan beberapa langkah, termasuk:

1. Melakukan pemetaan risiko lahar dingin secara komprehensif untuk semua sungai yang berhulu dari gunung berapi aktif. Pemetaan ini akan membantu mengidentifikasi daerah-daerah berisiko tinggi dan merencanakan langkah-langkah mitigasi yang tepat.

2. Menetapkan zonasi pembangunan yang memperhitungkan jalur aliran lahar dingin dan menjauhkan pembangunan dari daerah berisiko tinggi. Pembangunan di zona berisiko harus dilarang atau diatur dengan ketat untuk mengurangi kerentanan.

3. Meningkatkan edukasi dan kesadaran masyarakat tentang risiko lahar dingin dan tindakan pencegahan yang dapat diambil. Masyarakat perlu dilatih untuk mengenali tanda-tanda awal bencana dan mengetahui langkah-langkah evakuasi yang aman.

4. Memperkuat sistem peringatan dini untuk lahar dingin, sehingga masyarakat dapat dievakuasi sebelum bencana terjadi. Teknologi dan sistem komunikasi yang efektif harus diterapkan untuk memberikan peringatan tepat waktu.

5. Program reboisasi dan penghijauan harus dipercepat untuk memulihkan fungsi hutan sebagai penyerap air hujan dan penghalang longsor. Penanaman pohon di area kritis dapat membantu menstabilkan tanah dan mengurangi erosi.

6. Pemerintah harus menegakkan aturan tata ruang dengan lebih ketat, termasuk larangan pembangunan di daerah rawan bencana. Sanksi bagi pelanggar harus diterapkan untuk memastikan kepatuhan terhadap aturan yang ada.

7. Peningkatan kapasitas BMKG dalam memberikan peringatan dini dan informasi cuaca untuk membantu masyarakat mengantisipasi bencana. BMKG perlu dilengkapi dengan peralatan canggih dan pelatihan untuk meningkatkan akurasi prediksi cuaca dan bencana.

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun