Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Galodo di Sumatera Barat: Tragedi dan Pembelajaran

14 Mei 2024   22:12 Diperbarui: 14 Mei 2024   22:37 1184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengantar 

Banjir bandang dan longsor yang melanda Sumatera Barat pada 11-12 Mei 2024, yang dikenal dengan istilah "galodo," telah meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat. Tragedi ini tak hanya merenggut korban jiwa dan harta benda, tetapi juga memicu pertanyaan besar: apakah ini murni bencana alam, ataukah ada campur tangan manusia yang menjadikannya bencana ekologis?

Para pakar lingkungan dan kebencanaan memiliki beragam pendapat mengenai penyebab galodo di Sumatera Barat. Beberapa teori yang dikemukakan antara lain:

1. Hujan deras yang turun selama beberapa hari berturut-turut menjadi pemicu utama terjadinya longsor dan banjir bandang. Curah hujan yang tinggi membuat tanah jenuh air sehingga tidak mampu lagi menahan bebannya sendiri, yang kemudian memicu longsor.

2. Daerah perbukitan yang curam dan rawan longsor memperparah dampak hujan deras. Lereng-lereng curam dengan kemiringan yang tinggi sangat rentan terhadap erosi, dan ketika hujan deras datang, tanah menjadi mudah longsor.

3. Penebangan liar dan alih fungsi hutan menjadi faktor yang mempercepat erosi tanah dan meningkatkan risiko longsor. Hilangnya pohon-pohon besar yang akar-akarnya kuat menyebabkan tanah kehilangan penopangnya, sehingga mudah tererosi dan longsor.

4. Pembangunan permukiman di daerah rawan bencana, seperti lereng bukit dan bantaran sungai, memperbesar potensi korban jiwa dan kerusakan. Tanpa perencanaan yang baik dan pertimbangan terhadap risiko bencana, pembangunan di daerah-daerah ini menjadi sangat berbahaya.

Beberapa pakar lingkungan menyatakan bahwa kombinasi faktor alam dan manusia menjadi penyebab utama galodo. Hujan deras memang menjadi pemicu, tapi kerusakan hutan dan penataan ruang yang tidak berkelanjutan memperparah dampaknya. Masyarakat perlu dibekali pengetahuan tentang cara menangani bencana dan cara berlindung di tempat yang aman.

Bencana Murni atau Bencana Ekologis?

Menentukan apakah galodo di Sumatera Barat merupakan bencana murni atau bencana ekologis adalah hal yang kompleks. Di satu sisi, faktor alam seperti curah hujan dan topografi memang berperan besar. Di sisi lain, kerusakan hutan dan penataan ruang yang tidak berkelanjutan memperparah dampaknya dan menunjukkan adanya campur tangan manusia.

Dari informasi terkini, terdapat laporan bahwa kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dan pembangunan yang serampangan telah berkontribusi pada terjadinya bencana. Kerusakan ini mengakibatkan hilangnya fungsi alami hutan dan lahan sebagai penahan air dan penghalang erosi, sehingga mempercepat terjadinya longsor dan banjir bandang.

BMKG telah memberikan peringatan tentang potensi hujan lebat yang dapat terjadi hingga 22 Mei 2024, yang menunjukkan bahwa faktor alam masih terus berperan dalam risiko bencana. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk mengambil langkah-langkah preventif dan memperkuat sistem mitigasi bencana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun