Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Inspiratif Pak Dosen: Waktunya untuk Pensiun

6 April 2024   17:22 Diperbarui: 6 April 2024   18:07 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://assets.pikiran-rakyat.com/crop/0x0:0x0/703x0/webp/photo/2023/04/10/1545806645.jpg


Dr. Shy duduk tenang, memandangi sebuah foto tua yang terpajang di atas meja kerjanya. Foto itu menggambarkan dirinya bersama istri, satu anak lelaki dan tiga anak perempuannya di tepi pantai Purus yang tidak jauh dari rumahnya.

Mereka semua tersenyum bahagia dengan latar belakang matahari terbenam yang indah. Dia merenung sejenak, terdiam dalam kenangan indah tentang masa lalu yang telah membentuk dirinya menjadi seperti sekarang.


Sementara itu, di sebelah foto, ada selembar ijazah S3 yang diperolehnya setahun yang lalu, satu tahun dia akan pensiun. Lembaran ijazah itu bukan hanya sekadar kertas bergambar cap dan tanda tangan, tetapi sebuah bukti nyata dari perjuangannya selama bertahun-tahun di dunia akademis. Begitu banyak keringat, waktu, dan pengorbanan yang tercurah untuk mencapai titik ini, dan sekarang, Dr. Shy duduk di hadapan bukti nyata dari kesuksesannya.


Perjalanan panjang Dr. Shy dalam dunia akademis tidaklah mudah. Ia dilahirkan dari keluarga sederhana di sebuah desa kecil di Sumatera Barat. Namun, tekad dan semangatnya yang menggebu membawanya melewati berbagai rintangan dan tantangan dalam mengejar impian akademisnya. Ketika ia menamatkan pendidikan S1 di ITB, pintu menuju masa depannya terbuka lebar. Namun, perjalanan menuju kesuksesan tidak berhenti di situ.
Setelah menamatkan pendidikan S1, Dr. Shy melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Indonesia dengan dukungan penuh dari keluarga dan teman-temannya. Di sana, ia semakin menemukan panggilan sejatinya dalam bidang teknik elektro.

Kemudian, setelah beberapa tahun bekerja di industri, Dr. Shy memutuskan untuk menjadi dosen dan beberapa tahun kemudian dia melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu S3. Walaupun terlambat, dia tetap penuh semangat.

Mendapatkan gelar doktor bukanlah perkara mudah. Dr. Shy harus menyelesaikan berbagai tugas akademis, menghadapi ujian-ujian yang menantang, dan menyelesaikan penelitian yang kompleks. Namun, dengan ketekunan dan kegigihannya, ia berhasil menyelesaikan semua tantangan tersebut dan meraih gelar doktor dalam bidang teknik mesin dari Universitas Andalas, Padang menjelang pensiun.

Beberapa rekan sejawatnya mendorongnya untuk mencoba mengajukan kenaikan pangkat menjadi profesor agar masa dinasnya bertambah 5 tahun lagi. Meskipun tawaran tersebut menggoda, namun Dr. Shy memilih untuk tidak terlalu tergoda. Baginya, saat ini adalah waktu yang tepat untuk menikmati masa pensiun dan berkumpul bersama keluarga tercinta.

Melihat foto tua tersebut, Dr. Shy tersenyum. Dia merasa bersyukur atas segala yang telah ia capai dalam hidupnya. Meskipun ada godaan untuk terus maju dan mengejar prestasi lebih tinggi, namun dia memilih untuk menikmati momen saat ini dan menghargai segala yang telah ia raih. Baginya, kebahagiaan sejati adalah ketika ia bisa bersama dengan keluarga dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Perjalanan hidup Dr. Shy telah mengajarkannya banyak hal. Dia belajar tentang ketekunan, kesabaran, dan keikhlasan dalam menghadapi segala rintangan dan tantangan yang datang. Dia belajar bahwa keberhasilan sejati bukanlah hanya tentang gelar-gelar atau prestasi yang diraih, tetapi juga tentang bagaimana kita menjalani hidup dengan penuh kebahagiaan dan kedamaian dalam hati.

Dalam beberapa tahun terakhir, Dr. Shy telah menyaksikan anak-anaknya tumbuh dewasa dan meniti karier masing-masing. Tiga anak perempuannya telah berhasil meniti karier di Jakarta, sementara anak lelakinya telah membuka usaha sendiri di Padang. Melihat prestasi anak-anaknya itu membuatnya merasa bangga dan bahagia sebagai seorang ayah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun