Hardi, seorang pengusaha sukses di bidang kuliner, terguncang hebat. Rekan bisnisnya, yang selama ini ia percayai, tega menipunya dan membawa kabur seluruh modal usahanya. Dalam sekejap, Hardi kehilangan hampir semua yang ia miliki. Harapan dan mimpinya seakan runtuh bersamaan dengan hancurnya bisnisnya.
Satu-satunya aset yang tersisa hanyalah sebuah mobil Innova, kendaraan yang selama ini setia menemani perjalanannya dalam membangun bisnis. Di tengah rasa sedih dan kebingungan, Hardi mencari nasihat dari seorang kiai yang ia kenal.
"Lepaskanlah," kata sang kiai dengan suara tenang. "Mobil itu mungkin berharga bagimu, tapi ia bisa menjadi beban yang menghambat langkahmu ke depan. Percayalah, Allah akan memberikan jalan keluar yang terbaik."
Meskipun berat hati, Hardi mengikuti nasihat sang kiai. Ia menjual mobilnya dengan harga 250 juta dan menyisakan Rp 50 juta. Yang 200 juta atas saran sang kiai disedekahkan ke berbagai pihak yang membutuhkan, termasuk untuk pesantren dan rumah jompo yang dikelola sang kiai.
Uang Rp 50 juta yang tersisa terasa begitu kecil dibandingkan dengan kerugian yang ia alami. Apalagi dengan biaya hidup dan beberapa hutang yang mendesak harus dibayar. Sekarang dia sudah menyerahkan sepenuhnya kepada Allah, harta terakhir pun telah dilepas.
Keesokan harinya, Hardi harus berangkat ke luar kota untuk menyelesaikan urusan bisnis yang tertunda. Di bandara, ia bertemu dengan Anton, teman lamanya yang tak pernah ia temui selama bertahun-tahun. Anton, yang kini menjadi pengusaha sukses tingkat dunia di bidang properti, langsung mengenali Hardi dan menyapa dengan hangat.
Melihat raut wajah Pak Hardi yang tampak kusut, Anton menanyakan kabar dan mendengarkan kisahnya dengan penuh perhatian. Tergerak oleh kegigihan dan ketegaran Pak Hardi, Anton menawarkan sebuah kesempatan emas.
"Hardi, aku punya perusahaan baru yang membutuhkan orang sepertimu. Bagaimana kalau kau mau mengelola perusahaannya?" tanya Anton dengan penuh keyakinan.
Awalnya Hardi ragu. Ia merasa tidak percaya diri setelah mengalami kegagalan besar. Namun, dorongan dan keyakinan Anton akhirnya mampu meyakinkannya. Hardi menerima tawaran tersebut dengan penuh rasa syukur dan tekad untuk memulai kembali.
Di bawah kepemimpinan Hardi, perusahaan Anton berkembang pesat. Kegigihan, kerja keras, dan integritas Hardi mengantarkan perusahaan tersebut mencapai kesuksesan demi kesuksesan. Pak Hardi bangkit dari keterpurukan dan kembali meraih mimpinya.