Ruangan ini dilengkapi dengan peralatan multimedia yang memungkinkan peserta untuk melihat dan mendengar presentasi dari Prof. Fredolin Tangang dengan jelas. Â Ruangan ini cukup luas dan nyaman dan ada meja bundar yang cukup panjang. Karena banyak peserta yang hadir dan keterbatasan kapasitas meja, maka sebagian mahasiswa duduk di kursi tambahan.
Acara berlangsung selama dua jam lebih, dari pukul 9:30.00 hingga 12.00 WIB. Acara ini dibuka oleh Ketua LPPM Unand, Prof. Marzuki. Acara ini kemudian dilanjutkan dengan presentasi dari Prof. Fredolin Tangang, dan diakhiri dengan sesi tanya jawab dari peserta. Acara berlangsung secara atraktif dan diselingi humor sehingga semua peserta terjaga terus selama kegiatan berlangsung.
Beberapa isu yang menjadi topik dalam sesi ini:
Emisi gas Rumah Kaca (GHG)
Menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), emisi gas rumah kaca Indonesia pada tahun 2019 mencapai 2,19 gigaton CO2e (karbon dioksida setara), yang terdiri dari 1,32 gigaton CO2e dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan, 0,45 gigaton CO2e dari sektor energi, 0,23 gigaton CO2e dari sektor pertanian, 0,11 gigaton CO2e dari sektor limbah, dan 0,08 gigaton CO2e dari sektor proses industri dan penggunaan produk. Indonesia berada di peringkat keempat sebagai negara penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, setelah China, Amerika Serikat, dan India.
Komitmen Indonesia
Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca pada tahun 2030 sebesar 29 persen dengan upaya sendiri, dan 41 persen dengan bantuan internasional, dari skenario bisnis seperti biasa. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah telah merencanakan dan mengimplementasikan beberapa program penanggulangan emisi gas rumah kaca, antara lain:
Pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT), seperti tenaga surya, angin, air, biomassa, dan biofuel, yang tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca. Pemerintah menargetkan bauran EBT mencapai 23 persen dari total konsumsi energi primer pada tahun 2025.
Efisiensi energi, yaitu penggunaan energi yang optimal dan hemat, tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas pelayanan. Pemerintah menargetkan penghematan energi sebesar 17 persen dari total konsumsi energi primer pada tahun 2025.
Low carbon fuel, yaitu bahan bakar yang memiliki kandungan karbon rendah, seperti biodiesel, bioetanol, dan biogas, yang dapat menggantikan bahan bakar fosil. Pemerintah menargetkan penggunaan biodiesel 30 persen (B30) pada tahun 2020, dan biodiesel 100 persen (B100) pada tahun 2025.
Clean coal technology, yaitu teknologi yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dari pembangkit listrik tenaga batu bara, seperti gasifikasi batu bara, penangkapan dan penyimpanan karbon, dan pembakaran bersih. Pemerintah menargetkan penggunaan clean coal technology pada 80 persen pembangkit listrik tenaga batu bara pada tahun 2025.
Pengendalian kebakaran hutan dan lahan, yaitu upaya untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan dan lahan, yang merupakan sumber emisi gas rumah kaca terbesar di Indonesia. Pemerintah telah berhasil menurunkan luas kebakaran hutan dan lahan sebesar 82 persen pada tahun 2020, dibandingkan dengan tahun 2019.
Rehabilitasi hutan dan lahan, yaitu upaya untuk memulihkan fungsi dan kualitas hutan dan lahan yang rusak atau terdegradasi, yang dapat menyerap dan menyimpan karbon. Pemerintah menargetkan rehabilitasi hutan dan lahan seluas 14,4 juta hektare pada tahun 2030.