Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Mengkritisi Politikus Berwajah Baliho

25 Januari 2024   16:06 Diperbarui: 25 Januari 2024   16:19 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantar

Politikus adalah orang-orang yang berperan penting dalam mengatur dan mengelola negara. Mereka adalah wakil rakyat yang seharusnya menjalankan aspirasi dan kepentingan masyarakat. Namun, tidak jarang kita menemukan politikus yang tidak sesuai dengan harapan dan tuntutan rakyat. Politikus yang tidak jujur, tidak kompeten, tidak bertanggung jawab, atau tidak peduli dengan nasib rakyat.

Mengkritis politikus kadang tidak sesederhana yang kita fikirkan karena mereka memiliki kekuasaan yang bisa digerakan untuk melawan yang mengkritik, baik secara oral, tulisan bahkan sampai ancaman dan penyiksaan fisik. mengkritik politikus kadang tidak sesederhana yang kita fikirkan. Mereka yang mengkritik bisa menghadapi risiko ditangkap, dipenjara, diancam, atau disiksa fisik. Hal ini tentu sangat menyedihkan dan mengkhawatirkan, karena mengancam kebebasan berpendapat dan demokrasi di Indonesia.

Mengkritisi politikus itu penting

Namun, saya juga berpikir bahwa mengkritik politikus adalah hak dan kewajiban setiap warga negara yang peduli dengan demokrasi dan kesejahteraan bangsa. Kritik adalah alat untuk menyampaikan pendapat, saran, atau protes terhadap politikus yang berkuasa. Kritik adalah sarana untuk mengawasi dan mengingatkan politikus agar tidak menyimpang dari jalur yang benar. Kritik adalah kontribusi positif bagi kemajuan dan perbaikan negara.

Salah satu cara untuk mengevaluasi dan mengontrol kinerja politikus adalah dengan mengkritik mereka. Kritik adalah hak dan kewajiban setiap warga negara yang peduli dengan demokrasi dan kesejahteraan bangsa. Kritik adalah alat untuk menyampaikan pendapat, saran, atau protes terhadap politikus yang berkuasa. Kritik adalah sarana untuk mengawasi dan mengingatkan politikus agar tidak menyimpang dari jalur yang benar.

Namun, mengkritik politikus tidak semudah dan sesederhana yang kita kira. Ada etika dan cara yang harus kita perhatikan agar kritik kita bisa efektif dan bermakna. Jika kita mengkritik politikus dengan cara yang salah, kita bisa mendapat masalah atau bahkan konsekuensi hukum. Jika kita mengkritik politikus dengan cara yang benar, kita bisa memberikan kontribusi positif bagi kemajuan dan perbaikan negara.

Mereka yang pernah ditangkap karena mengkritik

ada beberapa kasus di mana orang-orang yang mengkritik politikus dan pejabat harus berhadapan dengan hukum atau ancaman kekerasan. Ini tentu sangat mengkhawatirkan, karena mengancam kebebasan berpendapat dan demokrasi di Indonesia. Berikut ini adalah beberapa contoh kasus yang saya temukan dengan menggunakan alat pencarian web saya:

Tiga jurnalis di Vietnam dihukum penjara 11 sampai 15 tahun karena menyebarkan propaganda anti-pemerintah. Mereka adalah Pham Chi Dung, Nguyen Tuong Thuy, dan Le Huu Minh Tuan, yang merupakan anggota Asosiasi Jurnalis Independen Vietnam. Mereka ditangkap pada tahun 2019 dan 2020 karena menulis artikel yang mengkritik pemerintah Vietnam atas isu-isu seperti hak asasi manusia, korupsi, dan kebijakan luar negeri1.

Empat aktivis di Indonesia ditangkap dan ditahan karena mengkritik Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Mereka adalah Ruslan Buton, Dandhy Dwi Laksono, Ananda Badudu, dan Ravio Patra. Mereka ditangkap pada tahun 2019 dan 2020 karena menyebarkan informasi yang dianggap menghina, menyesatkan, atau menghasut publik terhadap pemerintah. Mereka dikenakan pasal-pasal yang berkaitan dengan UU ITE, UU KUHP, atau UU Darurat.

Seorang penulis dan aktivis di Myanmar ditangkap dan dipenjara karena mengkritik pemimpin militer Min Aung Hlaing. Dia adalah Maung Saungkha, yang merupakan direktur eksekutif organisasi hak asasi manusia Athan. Dia ditangkap pada Februari 2021 karena menulis puisi yang menyindir Min Aung Hlaing sebagai seorang diktator. Dia dikenakan pasal yang berkaitan dengan penghinaan terhadap negara, pemerintah, atau militer.

Beberapa cara mengkritisi politikus yang wajahnya seperti papan reklame

Berikut ini adalah beberapa cara mengkritisi politikus yang wajahnya seperti papan reklame, yaitu politikus yang hanya peduli dengan citra diri, bukan dengan substansi:

  • Kritiklah dengan data dan fakta, bukan dengan opini atau emosi. Data dan fakta adalah dasar yang kuat untuk mengkritik politikus. Data dan fakta bisa berupa angka, statistik, dokumen, saksi, atau bukti lain yang bisa dibuktikan kebenarannya. Data dan fakta bisa menunjukkan kinerja, prestasi, atau kegagalan politikus secara objektif dan akurat. Data dan fakta juga bisa membantah atau membongkar kebohongan, manipulasi, atau kesalahan politikus secara tegas dan jelas. Jika kita mengkritik politikus dengan data dan fakta, kita bisa lebih meyakinkan dan meyakinkan publik, serta menghindari tuduhan fitnah atau pencemaran nama baik.
  • Kritiklah dengan argumen dan logika, bukan dengan hinaan atau caci maki. Argumen dan logika adalah alat yang ampuh untuk mengkritik politikus. Argumen dan logika bisa berupa alasan, analisis, kritik, atau saran yang bisa menjelaskan atau mempertanyakan kebijakan, keputusan, atau tindakan politikus secara rasional dan kritis. Argumen dan logika juga bisa menunjukkan kelemahan, kekurangan, atau kontradiksi politikus secara sistematis dan konsisten. Jika kita mengkritik politikus dengan argumen dan logika, kita bisa lebih mengedukasi dan menginspirasi publik, serta menghindari kesan menghina atau melecehkan.
  • Kritiklah dengan etika dan sopan santun, bukan dengan kasar atau vulgar. Etika dan sopan santun adalah norma yang harus kita junjung tinggi dalam mengkritik politikus. Etika dan sopan santun bisa berupa bahasa, kata-kata, atau ungkapan yang bisa menyampaikan kritik kita dengan hormat, santun, dan beradab. Etika dan sopan santun juga bisa berupa sikap, perilaku, atau tindakan yang bisa menyampaikan kritik kita dengan tenang, sabar, dan berwibawa. Jika kita mengkritik politikus dengan etika dan sopan santun, kita bisa lebih menghormati dan menghargai publik, serta menghindari konflik atau kekerasan.
  • Kritiklah dengan konstruktif dan solutif, bukan dengan destruktif atau negatif. Konstruktif dan solutif adalah tujuan yang harus kita capai dalam mengkritik politikus. Konstruktif dan solutif bisa berupa saran, masukan, atau rekomendasi yang bisa membantu politikus untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja, prestasi, atau kualitas mereka. Konstruktif dan solutif juga bisa berupa alternatif, inovasi, atau ide-ide yang bisa memberikan pilihan atau solusi bagi politikus untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah, tantangan, atau isu-isu yang dihadapi mereka. Jika kita mengkritik politikus dengan konstruktif dan solutif, kita bisa lebih berkontribusi dan berpartisipasi bagi kemajuan dan perbaikan negara.
  • Kritiklah dengan proporsional dan rasional, bukan dengan berlebihan atau irasional. Proporsional dan rasional adalah ukuran yang harus kita patuhi dalam mengkritik politikus. Proporsional dan rasional bisa berupa intensitas, frekuensi, atau durasi yang bisa menyesuaikan kritik kita dengan situasi, kondisi, atau konteks yang ada. Proporsional dan rasional juga bisa berupa skala, prioritas, atau relevansi yang bisa menyesuaikan kritik kita dengan urgensi, pentingnya, atau dampaknya bagi negara. Jika kita mengkritik politikus dengan proporsional dan rasional, kita bisa lebih bijak dan adil dalam menilai dan mengevaluasi politikus.
  • Kritiklah dengan konsisten dan berprinsip, bukan dengan inkonsisten atau oportunis. Konsisten dan berprinsip adalah karakter yang harus kita miliki dalam mengkritik politikus. Konsisten dan berprinsip bisa berupa sikap, pendirian, atau komitmen yang bisa menunjukkan kredibilitas, integritas, atau idealisme kita dalam mengkritik politikus. Konsisten dan berprinsip juga bisa berupa nilai, norma, atau etika yang bisa menunjukkan moralitas, kebenaran, atau keadilan kita dalam mengkritik politikus. Jika kita mengkritik politikus dengan konsisten dan berprinsip, kita bisa lebih meyakini dan mempertahankan kritik kita, serta menghindari kepentingan atau tekanan politik.
  • Kritiklah dengan berimbang dan objektif, bukan dengan bias atau subjektif. Berimbang dan objektif adalah sikap yang harus kita tunjukkan dalam mengkritik politikus. Berimbang dan objektif bisa berupa pandangan, perspektif, atau sudut pandang yang bisa melihat dan menilai politikus dari berbagai sisi, aspek, atau dimensi. Berimbang dan objektif juga bisa berupa informasi, referensi, atau sumber yang bisa mendukung dan memperkuat kritik kita dengan data, fakta, atau bukti yang valid, reliabel, dan akurat. Jika kita mengkritik politikus dengan berimbang dan objektif, kita bisa lebih adil dan profesional dalam mengkritik politikus.
  • Kritiklah dengan berani dan bertanggung jawab, bukan dengan pengecut atau sembunyi-sembunyi. Berani dan bertanggung jawab adalah jiwa yang harus kita bangkitkan dalam mengkritik politikus. Berani dan bertanggung jawab bisa berupa keberanian, kepercayaan diri, atau keyakinan yang bisa membuat kita tidak takut, ragu, atau malu untuk mengkritik politikus. Berani dan bertanggung jawab juga bisa berupa tanggung jawab, akuntabilitas, atau transparansi yang bisa membuat kita siap menerima konsekuensi, resiko, atau balasan atas kritik kita. Jika kita mengkritik politikus dengan berani dan bertanggung jawab, kita bisa lebih menghargai dan menghormati diri kita sendiri, serta menghindari fitnah atau penipuan.
  • Kritiklah dengan santun dan beradab, bukan dengan kasar atau barbar. Santun dan beradab adalah budaya yang harus kita lestarikan dalam mengkritik politikus. Santun dan beradab bisa berupa bahasa, kata-kata, atau ungkapan yang bisa menyampaikan kondisi riil di tengah masyarakat. Santun dan beradab bisa berupa bahasa, kata-kata, atau ungkapan yang bisa menyampaikan kritik kita dengan hormat, santun, dan beradab. Santun dan beradab juga bisa berupa sikap, perilaku, atau tindakan yang bisa menyampaikan kritik kita dengan tenang, sabar, dan berwibawa. Jika kita mengkritik politikus dengan santun dan beradab, kita bisa lebih menghormati dan menghargai publik, serta menghindari konflik atau kekerasan.
  • Kritiklah dengan dialog dan diskusi, bukan dengan monolog atau monopoli. Dialog dan diskusi adalah metode yang harus kita gunakan dalam mengkritik politikus. Dialog dan diskusi bisa berupa komunikasi, interaksi, atau pertukaran pikiran yang bisa membangun hubungan yang baik dan sehat antara kita dan politikus. Dialog dan diskusi juga bisa berupa partisipasi, kolaborasi, atau konsultasi yang bisa meningkatkan kualitas dan efektivitas kritik kita. Jika kita mengkritik politikus dengan dialog dan diskusi, kita bisa lebih memahami dan menghormati pandangan dan posisi politikus, serta menghindari kesalahpahaman atau kesimpangsiuran.
  • Kritiklah dengan berdasarkan pada hukum dan konstitusi, bukan dengan melanggar atau mengabaikan. Hukum dan konstitusi adalah landasan yang harus kita taati dalam mengkritik politikus. Hukum dan konstitusi bisa berupa aturan, norma, atau prinsip yang bisa mengatur dan mengawasi kritik kita agar tidak melampaui batas atau menyalahi hak dan kewajiban kita sebagai warga negara. Hukum dan konstitusi juga bisa berupa perlindungan, jaminan, atau hak asasi yang bisa menjamin dan melindungi kritik kita agar tidak mendapat ancaman, intimidasi, atau penindasan. Jika kita mengkritik politikus dengan berdasarkan pada hukum dan konstitusi, kita bisa lebih aman dan nyaman dalam mengkritik politikus.

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun