Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tahun Baru di Dunia: Kalender, Sejarah, dan Budaya Serta Cermin Dominasi Kolonisasi yang Berhasil

2 Januari 2024   15:57 Diperbarui: 2 Januari 2024   16:00 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantar

Tahun baru adalah hari yang menandai awal tahun baru dalam berbagai kalender. Tanggal dan cara merayakan tahun baru berbeda-beda di setiap negara, tergantung pada budaya dan tradisi yang ada. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang tahun baru di dunia, mulai dari jenis-jenis kalender yang digunakan, sejarah dan pengaruhnya, hingga keberagaman dan kekayaan budaya yang terkandung di dalamnya.

Jenis-Jenis Kalender di Dunia

Kalender adalah sistem penanggalan yang digunakan untuk mengatur waktu dan tanggal berdasarkan pergerakan benda-benda langit, seperti matahari, bulan, dan bintang. Ada dua jenis kalender yang umum digunakan di dunia, yaitu kalender solar dan kalender lunar.

  • Kalender solar. Kalender ini menggunakan pergerakan matahari sebagai dasar perhitungan. Kalender ini memiliki jumlah hari yang tetap dalam setiap tahun, yaitu 365 atau 366 hari jika tahun kabisat. Kalender ini memiliki hubungan yang erat dengan musim, karena perubahan posisi bumi terhadap matahari menyebabkan perbedaan suhu, curah hujan, dan panjang siang dan malam di berbagai belahan bumi. Contoh kalender solar adalah kalender Gregorian, kalender Siam, kalender Persia, dan kalender Ethiopia.
  • Kalender lunar. Kalender ini menggunakan pergerakan bulan sebagai dasar perhitungan. Kalender ini memiliki jumlah hari yang berubah-ubah dalam setiap tahun, biasanya antara 354 atau 355 hari. Kalender ini memiliki hubungan yang erat dengan pasang surut, karena gaya gravitasi bulan menyebabkan naik turunnya permukaan air laut di berbagai tempat. Contoh kalender lunar adalah kalender Hijriah, kalender Yahudi, dan kalender Maya.

Ada juga kalender yang menggunakan kombinasi antara kalender solar dan kalender lunar, yang disebut kalender lunisolar. Kalender ini menggunakan pergerakan bulan dan matahari sebagai dasar perhitungan. Kalender ini memiliki jumlah hari yang berubah-ubah dalam setiap tahun, biasanya antara 354 hingga 384 hari. Kalender ini memiliki hubungan yang erat dengan siklus bulan dan matahari, yang mempengaruhi perayaan keagamaan dan budaya. Contoh kalender lunisolar adalah kalender Imlek, kalender Jepang, dan kalender Inca.

Sejarah dan Pengaruh Kalender Masehi

Kalender Masehi adalah kalender yang paling umum digunakan oleh negara-negara di dunia sebagai kalender resmi. Kalender ini berdasarkan kalender Gregorian, yang merupakan kalender solar, yakni berdasarkan peredaran bumi mengelilingi matahari. Kalender ini memiliki 12 bulan yang dimulai dari Januari hingga Desember, dengan jumlah hari yang bervariasi antara 28 hingga 31 hari.

Kalender Masehi menjadi kalender yang paling dominan di dunia karena beberapa faktor, yaitu:

  • Ekspansi Eropa. Sejak abad ke-15 hingga ke-19, banyak negara-negara Eropa yang melakukan ekspansi ke berbagai wilayah di dunia, seperti Afrika, Asia, Amerika, dan Australia. Mereka membawa budaya, agama, bahasa, dan sistem penanggalan mereka ke daerah-daerah yang mereka kuasai. Kalender Masehi, yang berdasarkan kalender Gregorian, menjadi kalender resmi yang digunakan oleh pemerintah kolonial dan gereja Kristen. Kalender ini juga dipaksa kepada penduduk asli yang beragama Islam, Hindu, Buddha, atau animisme, yang sebelumnya menggunakan kalender berbeda, seperti kalender Hijriah, Saka, atau Tionghoa.
  • Perdagangan Internasional. Sejak abad ke-20 hingga sekarang, banyak negara-negara yang melakukan perdagangan internasional dengan negara-negara lain di dunia. Mereka membutuhkan sistem penanggalan yang seragam dan mudah dipahami oleh semua pihak. Kalender Masehi, yang berdasarkan kalender Gregorian, menjadi kalender yang paling banyak digunakan oleh negara-negara maju dan berkembang, seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Jepang, dan lain-lain. Kalender ini juga diakui oleh organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan Bank Dunia.
  • Sains dan Teknologi. Sejak abad ke-21 hingga sekarang, banyak negara-negara yang mengembangkan sains dan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan manusia. Mereka membutuhkan sistem penanggalan yang akurat dan sesuai dengan fenomena alam. Kalender Masehi, yang berdasarkan kalender Gregorian, menjadi kalender yang paling cocok dengan siklus matahari, yang mempengaruhi musim, iklim, dan panjang hari. Kalender ini juga digunakan oleh ilmuwan dan peneliti untuk menghitung waktu dan tanggal dalam berbagai bidang, seperti astronomi, fisika, kimia, biologi, dan lain-lain.

Apakah ada penolakan terhadap Penerapan Sistem Kalender Masehi?

Meskipun kalender Masehi telah menjadi kalender yang paling umum digunakan di dunia, tetapi bukan berarti bahwa semua kelompok masyarakat di dunia menerima kalender Masehi begitu saja, terutama tahun barunya dan hari natalnya. Ada beberapa kelompok masyarakat yang menolak atau mengkritik penggunaan kalender Masehi karena alasan-alasan berikut:

  • Alasan agama. Beberapa kelompok masyarakat yang beragama Islam, Yahudi, Hindu, Buddha, atau lainnya, menganggap kalender Masehi sebagai simbol dan syi'ar agama Kristen, yang bertentangan dengan ajaran agama mereka. Mereka lebih memilih menggunakan kalender yang sesuai dengan agama mereka, seperti kalender Hijriah, Yahudi, Saka, atau Imlek, untuk menentukan tanggal-tanggal penting dalam agama mereka, seperti Ramadan, Rosh Hashanah, Nyepi, atau Tahun Baru Imlek. Mereka juga menganggap tahun baru Masehi dan hari natal sebagai perayaan yang tidak memiliki dasar syar'i dan mengandung unsur bid'ah, syirik, atau kemusyrikan.
  • Alasan sejarah. Beberapa kelompok masyarakat yang memiliki sejarah perlawanan atau penjajahan oleh negara-negara Barat, menganggap kalender Masehi sebagai warisan kolonialisme, yang mencoba menghapus identitas dan kebudayaan mereka. Mereka lebih memilih menggunakan kalender yang sesuai dengan sejarah dan budaya mereka, seperti kalender Ethiopia, Inca, atau Maya, untuk menunjukkan rasa bangga dan nasionalisme mereka. Mereka juga menganggap tahun baru Masehi dan hari natal sebagai perayaan yang tidak memiliki makna dan nilai bagi mereka.
  • Alasan ilmiah. Beberapa kelompok masyarakat yang memiliki minat dan pengetahuan tentang sains dan teknologi, menganggap kalender Masehi sebagai kalender yang tidak akurat dan tidak sesuai dengan fenomena alam. Mereka lebih memilih menggunakan kalender yang sesuai dengan perhitungan astronomi dan matematika, seperti kalender Persia, Jepang, atau India, untuk menyesuaikan dengan siklus matahari, bulan, atau bintang. Mereka juga menganggap tahun baru Masehi dan hari natal sebagai perayaan yang tidak memiliki dasar ilmiah dan logis.

Keberagaman dan Kekayaan Budaya Tahun Baru di Dunia

Meskipun kalender Masehi telah menjadi kalender yang paling umum digunakan di dunia, tetapi bukan berarti bahwa hanya ada satu tahun baru di dunia. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ada banyak tahun baru yang dirayakan oleh berbagai bangsa dan budaya di dunia, yang memiliki latar belakang sejarah, agama, dan tradisi yang berbeda-beda. Tahun baru ini juga memiliki makna dan cara merayakan yang unik dan khas.

Berikut ini adalah beberapa contoh tahun baru yang dirayakan di berbagai negara di dunia:

  • Tahun Baru Masehi. Tahun baru ini diperingati setiap tanggal 1 Januari dalam kalender Gregorian, yang menggunakan sistem solar atau syamsiah, yakni berdasarkan peredaran Bumi mengelilingi Matahari. Tahun baru ini dirayakan oleh banyak negara di dunia dengan berbagai cara, seperti menonton kembang api, mengadakan pesta, atau membuat resolusi tahun baru. Tahun baru ini juga dianggap sebagai awal dari era baru dalam sejarah dan budaya Barat, yang berdasarkan kelahiran Yesus Kristus, tokoh utama agama Kristen.
  • Tahun Baru Imlek. Tahun baru ini diperingati pada hari pertama bulan pertama dalam kalender Imlek, yang menggunakan sistem lunisolar atau qamariyah-syamsiah, yakni berdasarkan peredaran Bulan mengelilingi Bumi dan peredaran Bumi mengelilingi Matahari. Tanggal tahun baru ini berubah-ubah setiap tahunnya, biasanya antara akhir Januari hingga awal Februari. Tahun baru ini dirayakan oleh banyak negara di Asia, terutama yang memiliki populasi etnis Tionghoa, dengan berbagai cara, seperti memasang lampion, memberi angpao, atau menyantap makanan khas. Tahun baru ini juga dianggap sebagai awal dari siklus zodiak Tionghoa, yang berdasarkan 12 binatang yang berkaitan dengan legenda Naga dan Tikus, tokoh-tokoh dalam mitologi Tionghoa.
  • Tahun Baru Hijriah. Tahun baru ini diperingati pada hari pertama bulan Muharram, yakni bulan pertama dalam kalender Hijriah, yang menggunakan sistem lunar atau kamariah, yang berbasis peredaran Bulan mengelilingi Bumi. Tanggal tahun baru ini berubah-ubah setiap tahunnya dan aka nada di setiap nama bulan sepanjang tahun maulai dari Januari sampai Desember, hal ini disebabkan karena jumlah hari dalam setahun selalu berkurang 11-12 hari dibandingkan tahun Masehi. Tahun baru ini dirayakan oleh banyak negara dengan mayoritas muslim, termasuk Indonesia, dengan berbagai cara, seperti berpuasa, berdoa, atau bersedekah. Tahun baru ini juga dianggap sebagai awal dari era baru dalam sejarah dan budaya Islam, yang berdasarkan hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah, peristiwa penting dalam agama Islam.
  • Tahun Baru Songkran. Tahun baru ini diperingati setiap tanggal 13-15 April dalam kalender Siam, yang menggunakan sistem solar atau syamsiah, yakni berdasarkan peredaran Bumi mengelilingi Matahari. Tahun baru ini dirayakan oleh Thailand dan beberapa negara di Asia Tenggara, dengan cara utama yaitu menyiram air ke orang lain, sebagai simbol membersihkan diri dari hal-hal buruk di tahun lalu dan menyambut hal-hal baik di tahun baru. Tahun baru ini juga dianggap sebagai awal dari musim panas, yang berhubungan dengan siklus pertanian dan alam.
  • Tahun Baru Nowruz. Tahun baru ini diperingati pada hari pertama musim semi, yakni sekitar tanggal 20-21 Maret dalam kalender Persia, yang menggunakan sistem solar atau syamsiah, yakni berdasarkan peredaran Bumi mengelilingi Matahari. Tahun baru ini dirayakan oleh banyak negara di Asia Barat dan Asia Tengah, terutama yang memiliki pengaruh budaya Persia, dengan berbagai cara, seperti menyiapkan meja dengan tujuh benda yang berawalan huruf S, mengunjungi keluarga, atau menyalakan api. Tahun baru ini juga dianggap sebagai awal dari tahun baru dalam kalender Zoroaster, yang berdasarkan ajaran Zoroaster, tokoh utama agama Zoroastrianisme

Penutup

Awal tahun baru, ditandai oleh perayaan Tahun Baru dalam berbagai kalender di seluruh dunia, mengungkapkan keberagaman budaya dan tradisi yang mengakar dalam masyarakat. Terdapat dua jenis kalender utama, yakni kalender solar dan lunar, serta kalender lunisolar yang menggabungkan keduanya. Meskipun Kalender Masehi, yang didasarkan pada kalender solar Gregorian, menjadi kalender resmi yang paling umum digunakan secara global, beberapa kelompok masyarakat menolaknya karena alasan agama, sejarah, atau ilmiah. Berbagai perayaan Tahun Baru dari berbagai bangsa dan budaya memberikan gambaran tentang kekayaan budaya dan makna yang unik, memperkaya pemahaman kita tentang keragaman di seluruh dunia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun