Siapa yang tahu tahun ini menjadi momen tidak terlupakan? Beruntunglah pesta demokrasi kita bertepatan dengan bulan suci Ramadhan dan piala dunia. Jika tidak, bayangkan seganas apa pemberitaan yang akan terjadi?
Lihat, kalian yang berseragam sama, bernomor sama, yang kita cari tentunya pemimpin yang sama; menjadikan Indonesia negara yang membahagiakan rakyatnya. Lebih baik. Saling menghargai. Santun dengan keberagaman.
Pemimpin bukan hanya untuk kita pilih, tapi kita koreksi, kita evaluasi. Dan siapa pun yang menjadi pemimpin kita nanti, ketahuilah, kita masih Indonesia.
Sebulan ini kita sudah disuguhkan berita-berita dan informasi sarat kebencian, menggerakkan emosi siapa saja yang pilihannya disindir cibir sana-sini. Tidak hanya KPU saja rupanya yang perlu memperbaiki kinerja, lihatlah media massa dan pemberitaan di beberapa media televisi saat ini? Meski masa tenang, meski sudah diperingatkan oleh KPI, meski sudah menyatakan permintaan maaf, kira-kira berita apa yang Anda dengar tadi pagi?
Rupanya profesionalisme dan independensi hanya sebatas wacana. Tidak ada korelasi sama sekali antara pemberitaan negatif dan keunggulan bapak-bapak sekalian di mata masyarakat. Except, mereka sendiri yang menginginkannya. Pernyataan sikap dan keberpihakan memang sudah lumrah terjadi di beberapa negara. Saat pemilihan presiden di Amerika Serikat ketika Obama kembali mencalonkan diri sebagai presiden, ada beberapa media cetak yang menyatakan sikap mendukung penuh dirinya. Namun tentunya dengan pemberitaan yang jurdil dan tidak menyalahi etika profesi sama sekali.
Inilah ‘hebatnya’ Indonesia, ketika owner dari media pemberitaan tersebut adalah seorang politikus maka suara para pegawainya akan tereliminasi oleh kepentingan tikus-tikus partai politik. Bisa ditebak sekeras apa suara jeritan batin para jurnalis yang tercoreng hak dan profesionalitasnya.
Saya tergerak untuk menulis ini bukan untuk mempengaruhi siapa pun memilih siapa, tapi meminta kesediaan Anda – tidak hanya membuka mata, tapi juga hati dan pikiran. Pikirkan kebutuhan kita, saudara kita di kolong jembatan, anak-anak kita yang tidak bisa berobat, atau kebutuhan Anda sendiri - memenuhi hak demi menyuarakan kemerdekaan dan cinta kita pada seluruh Indonesia dan isinya. Temukan ia di bilik suara, yang terbukti bekerja.... dan nyata. Ada, sosok itu ada kali ini.
Salam damai.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI