Di balik waktu yang terus berdetak
ada masa yang enggan terlewat
satu dua tiga empat
Jika ia hanya berwujud angka, masih bisakah kita mengingat?
Lampu-lampu beranda sudah dimatikan
tapi beranjakpun kau enggan
akan selalu ada jeda panjang
saat kau menatap lalu berhenti di satu titik:
wajahku
yang katamu bisa membuat menderita sekaligus bahagia
Dalam satu tegukan kopi dingin
kau selalu bisa kehilangan kata
satu dua tiga empat
Saya bisa mencintaimu seketika
lalu tidak akan berhenti selamanya.
(2014, November)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H