Mohon tunggu...
Aulia ZahraDavana
Aulia ZahraDavana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya memiliki hobi menulis sedari kecil

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Sejarah Glodok Pancoran (China Town): Pusat Budaya di Jakarta

23 November 2024   05:52 Diperbarui: 23 November 2024   06:48 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Candra Naya, Jakarta Barat (18/11/2024)

Jakarta, Kompasiana - Glodok merupakan salah satu tempat yang ramai dikunjungi oleh wisatawan. Mulai dari wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia hingga wisatawan mancanegara mengunjungi Jakarta sebagai salah satu destinasi wisata di Glodok, Jakarta Barat.

Jalan Glodok memiliki bangunan bersejarah peninggalan China disepanjang jalannya. Memiliki bentuk bangunan yang beragam dan unik, desain interior setiap toko yang memiliki vibes China, vihara-vihara, serta tempat berbelanja seperti petak enam yang menjadi iconic Chinatown Jakarta dapat terlihat disepanjang trotoar Jalan Glodok.

Tidak hanya itu, Glodok juga sebagai tempat orang-orang menikmati beragam macam makanan yang tersedia di toko-toko makanan dan peralatan untuk beribadah sepanjang Jalan Glodok. Kuliner di Glodok pun menjadi salah satu yang menarik wisatawan untuk terus datang ke Glodok.

Sederetan gedung-gedung heritage di Glodok ini, memang tidak ada tandingannya di Indonesia, di sinilah bedanya daya tarik Glodok dibandingkan kawasan lainnya, Glodok memiliki sejarah Tionghoa yang begitu spesial.

Berikut adalah Cagar Budaya atau Bangunan Bersejarah di Kawasan Glodok, Pancoran.

1. Vihara Dharma Jaya (Toa Se Bio)

Vihara Dharma Jaya (Toa Se Bio), Jakarta Barat (18/11/2024)
Vihara Dharma Jaya (Toa Se Bio), Jakarta Barat (18/11/2024)

Vihara Dharma Jaya, yang sebelumnya dikenal sebagai Toa Se Bio, didirikan sekitar tahun 1660 dan merupakan salah satu vihara tertua di Jakarta. Vihara ini terletak di dekat Kali Angke dan menjadi saksi berbagai peristiwa sejarah, termasuk pembantaian etnis Tionghoa pada tahun 1740. Saat itu, vihara ini turut terbakar dalam kerusuhan yang dipicu oleh ketegangan antara pemerintah kolonial Belanda dan komunitas Tionghoa. Pembantaian ini terjadi akibat kondisi ekonomi yang memburuk dan kebijakan diskriminatif yang diterapkan oleh pemerintah Belanda terhadap etnis Tionghoa, tempat ibadah ini memiliki suasanya yang nyaman, tenang dengan lampu kuning temaram, artistik dan tempat yang luas.

2. Gedung Chandra Naya: Warisan Sejarah yang Menyimpan Kisah

Gedung Candra Naya, Jakarta Barat (18/11/2024)
Gedung Candra Naya, Jakarta Barat (18/11/2024)

Gedung Chandra Naya, yang terletak di kawasan Glodok, Jakarta, kembali menjadi sorotan. Gedung bersejarah ini tidak hanya menarik perhatian karena arsitekturnya yang megah, tetapi juga karena kisah-kisah menarik yang menyertainya.

Didirikan pada abad ke-19 oleh seorang pengusaha Tionghoa, gedung ini dulunya berfungsi sebagai pusat perdagangan dan pertemuan komunitas. Dengan gaya arsitektur yang menggabungkan elemen Eropa dan Tionghoa, Gedung Chandra Naya kini menjadi salah satu ikon budaya yang melambangkan sejarah multikultural Jakarta.

"Kenapa gedung ini sangat fenomenal? Karna selain dibangun oleh warga Tionghoa raya pada saat itu, pada masa perjuangan 45 ada bebarapa warga Tionghoa yang memilih tetap di Indonesia dan tidak memilih pindah ke luar, Pasca itu Gedung Candra Naya ini dipakai guna membantu kerusuhan Etnis di Tangerang pada saat itu, jadi gedung ini menjadi salah satu sejarah organisasi Tionghoa yang ada di Batavia" - ujar salah satu Tour Guide yang memandu pada Senin (18/11/2024).

Sejak beberapa tahun terakhir, gedung ini telah direnovasi dan dibuka untuk umum. Kini, pengunjung dapat menikmati tur yang menampilkan berbagai artefak sejarah, termasuk dokumen-dokumen penting dan foto-foto kuno yang menggambarkan kehidupan masyarakat pada masa lalu. Selain itu, gedung ini sering dijadikan lokasi berbagai acara kebudayaan dan pameran seni

Dengan segala potensi yang dimilikinya, Gedung Chandra Naya tidak hanya berfungsi sebagai bangunan bersejarah, tetapi juga sebagai jembatan yang menghubungkan generasi masa lalu dengan masa kini. Mari bersama-sama menjaga dan melestarikan warisan budaya ini agar tetap hidup dan dapat dinikmati oleh anak cucu kita di masa depan.

3. Jejak Sejarah Dan Keunikan Gereja Katolik St. Maria De Fatma : Warisan Iman di Tengah Jakarta

Gereja Katolik St. Maria De Fatma, Jakarta Barat (18/11/2024)
Gereja Katolik St. Maria De Fatma, Jakarta Barat (18/11/2024)

Gereja Katolik St. Maria de Fatima yang terletak di Glodok, Jakarta, memiliki sejarah yang kaya dan penuh makna budaya. Didirikan pada tahun 1953, gereja ini dulunya adalah sebuah rumah besar bergaya arsitektur Tionghoa yang dibangun pada abad ke-19. Bangunan tersebut kemudian diubah menjadi gereja untuk melayani umat Katolik Tionghoa yang tinggal di daerah tersebut.

Keunikan gereja ini terletak pada perpaduan antara budaya Tionghoa dan unsur Katolik. Secara eksternal, bangunan gereja menyerupai kelenteng dengan atap melengkung dan ornamen khas Tionghoa, sementara di bagian dalamnya terdapat altar Katolik dan elemen liturgi yang khas. Gereja ini menjadi simbol dari keharmonisan antara budaya Tionghoa dan agama Katolik, sekaligus mencerminkan keberagaman budaya Indonesia.

Gereja St. Maria de Fatima juga memiliki peran penting dalam melayani komunitas Katolik Tionghoa, termasuk dengan mengadakan misa dalam bahasa Mandarin dan Hokkien. Saat ini, gereja ini tetap menjadi tempat ibadah yang aktif dan juga destinasi wisata religi yang populer di Jakarta, menunjukkan betapa pentingnya kerukunan antar budaya dan agama di Indonesia.

Oleh:

Aulia Zahra Davana

Biru Zharifah Farhan

Dini Trinity Kusumaningtyas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun