Jakarta, Kompasiana - Glodok merupakan salah satu tempat yang ramai dikunjungi oleh wisatawan. Mulai dari wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia hingga wisatawan mancanegara mengunjungi Jakarta sebagai salah satu destinasi wisata di Glodok, Jakarta Barat.
Jalan Glodok memiliki bangunan bersejarah peninggalan China disepanjang jalannya. Memiliki bentuk bangunan yang beragam dan unik, desain interior setiap toko yang memiliki vibes China, vihara-vihara, serta tempat berbelanja seperti petak enam yang menjadi iconic Chinatown Jakarta dapat terlihat disepanjang trotoar Jalan Glodok.
Tidak hanya itu, Glodok juga sebagai tempat orang-orang menikmati beragam macam makanan yang tersedia di toko-toko makanan dan peralatan untuk beribadah sepanjang Jalan Glodok. Kuliner di Glodok pun menjadi salah satu yang menarik wisatawan untuk terus datang ke Glodok.
Sederetan gedung-gedung heritage di Glodok ini, memang tidak ada tandingannya di Indonesia, di sinilah bedanya daya tarik Glodok dibandingkan kawasan lainnya, Glodok memiliki sejarah Tionghoa yang begitu spesial.
Berikut adalah Cagar Budaya atau Bangunan Bersejarah di Kawasan Glodok, Pancoran.
1. Vihara Dharma Jaya (Toa Se Bio)
Vihara Dharma Jaya, yang sebelumnya dikenal sebagai Toa Se Bio, didirikan sekitar tahun 1660 dan merupakan salah satu vihara tertua di Jakarta. Vihara ini terletak di dekat Kali Angke dan menjadi saksi berbagai peristiwa sejarah, termasuk pembantaian etnis Tionghoa pada tahun 1740. Saat itu, vihara ini turut terbakar dalam kerusuhan yang dipicu oleh ketegangan antara pemerintah kolonial Belanda dan komunitas Tionghoa. Pembantaian ini terjadi akibat kondisi ekonomi yang memburuk dan kebijakan diskriminatif yang diterapkan oleh pemerintah Belanda terhadap etnis Tionghoa, tempat ibadah ini memiliki suasanya yang nyaman, tenang dengan lampu kuning temaram, artistik dan tempat yang luas.
2. Gedung Chandra Naya: Warisan Sejarah yang Menyimpan Kisah
Gedung Chandra Naya, yang terletak di kawasan Glodok, Jakarta, kembali menjadi sorotan. Gedung bersejarah ini tidak hanya menarik perhatian karena arsitekturnya yang megah, tetapi juga karena kisah-kisah menarik yang menyertainya.
Didirikan pada abad ke-19 oleh seorang pengusaha Tionghoa, gedung ini dulunya berfungsi sebagai pusat perdagangan dan pertemuan komunitas. Dengan gaya arsitektur yang menggabungkan elemen Eropa dan Tionghoa, Gedung Chandra Naya kini menjadi salah satu ikon budaya yang melambangkan sejarah multikultural Jakarta.