Mohon tunggu...
Aulia Nur Shadrina
Aulia Nur Shadrina Mohon Tunggu... Tutor - currently trying her best!

Penulis yang keseringan ga nulis.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jangan Lari, Nanti Jatuh! Jalan Pelan agar Selamat

4 Februari 2024   17:43 Diperbarui: 4 Februari 2024   18:59 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Umur sama, alumni sekolah yang sama, namun, gaji berbeda. Teman dapat gaji 2 digit, sedangkan sini dapat mepet UMR. Masih mending jika UMR Jabodetabek, kalau dapatnya UMR Jogja?

Tunggu, tenang. Tarik nafas, buang. Tidak perlu kemudian melempar semua CV ke luar jendela dan berteriak ke langit, menyalahkan Tuhan di atas sana, dan menyerukan akan takdir yang di mata manusia terlihat tidak adil. Tidak perlu juga kemudian merasa paling di bawah, kehilangan seluruh motivasi hidup, dan merasa paling gagal. Ini bukan akhir dunia! Jika ada rangking untuk 'siapa orang paling gagal di dunia ini', mendapatkan gaji rendah dengan atasan yang mengomel 25 jam, tidak akan menjadikanmu menjadi si ranking 1 dalam kompetisi orang gagal! Lagipula, definisi orang gagal adalah mereka yang lebih tergiur oleh nafsu sampai buta dengan kata hati nurani mereka.

Di era sekarang, dunia mungkin rasanya seperti kompetisi. Padahal, siapa sih yang menyelenggarakan lomba? Gaji kita harus paling tinggi di antara circle kita, organisasi yang kita ikuti harus yang paling banyak, nilai kita tidak boleh (haram hukumnya!) lebih rendah daripada teman sebaya kita, nanti kalau ditanya oleh teman, malu!, harus jadi si paling cantik, paling ganteng, baju dari brand fast fashion (meskipun merusak lingkungan dan industri fast fashion rawan eksploitasi pekerjanya) dan harus selalu memakai parfum dengan SPL yang strong.

Tidak salah, untuk ingin menjadi yang terbaik. Itu merupakan sesuatu yang naluriah dan manusiawi. Bahkan, merupakan salah 1 dari 5 kebutuhan manusia! Dilansir dari artikel Maslow's Hierarchy of Needs (2018) oleh Saul McLeod, terdapat teori dari Abraham Maslow (1943, 1954), tentang Hierarchy of Needs. Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki 5 kebutuhan, yang dapat digambarkan menjadi piramida. Jika kebutuhan di segmen bawah telah terpenuhi, semakin besar keinginan untuk memenuhi kebutuhan di segmen atas.

1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological needs) -- ini merupakan kebutuhan paling dasar yang penting untuk keberlangsungan hidup manusia. Contoh: udara, makan, tempat tinggal, pakaian, tidur, kebutuhan seksual.

2. Kebutuhan akan rasa aman (Safety needs) -- kebutuhan manusia untuk merasa aman dengan adanya hukum, stabilitas, peraturan, penega hukum, dan kebebasan dari rasa takut.

3. Kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang (Love and belongingness needs) -- setelah kebutuhan fisiologis dan rasa man terpenuhi, kebutuhan ketiga dari manusia meliputi aspek sosial, yakni perasaan memiliki. Contoh: persahabatan, kedekatan, kepercayaan, penerimaan memberikan dan menerima kasih saying dan cinta. Afiliasi, yakni menjadi bagian dari grup (keluarga, rekan kerja, pertemanan)

4. Kebutuhan akan penghargaan (Esteem needs) -- Kebutuhan ini terbagi menjadi 2 kategori:

  • Perhargaan diri. Contoh: martabat, kebebasan, penghargaan, keahlian
  • Keinginan akan reputasi dan penghormatan dari orang lain. Contoh: status  

5. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri (Self-actualization needs) -- menyadari potensi diri dan mencari personal growth dari pengalaman.

  

 

 Jadi, keinginan untuk dihargai dan dipuji memang sudah tabiat dari manusia. Terlebih lagi, manusia tidak 'muak' akan pujian yang diterima tiap hari-nya loh. Bisa saja kamu berpikir, manusia yang menerima pujian terus-menerus tiap harinya, akan menjadi 'muak' dengan pujian dan berpikir negatif bahwa pemuji adalah penjilat yang ada maunya, bagai udang di balik batu.

Penelitian oleh Nicholas Epley (professor ilmu perilaku, Universitas Chicago) dan Xuan Zhao (psikolog, Universitas Stanford) membutikan hal yang sebaliknya dari pemikiran pesimismu. Mereka melakukan ekspresimen dimana pasangan partisipan diberikan tugas untuk memberikan pujian, 1 pujian sehari selama 1 minggu, dengan pujian yang berbeda tiap harinya. Hasilnya, Secara keseluruhan, kesenangan penerima saat mendengar pujian tersebut tidak menurun selama seminggu. "Mereka merasa senang setiap hari," kata Epley. (BBC, 2021)

Sehingga, sekali lagi, tidak ada yang salah untuk selalu ingin menjadi yang terdepan, kemudian ingin dipuji oleh orang akan penghargaan kita! Akan tetapi, akan menjadi hal yang salah jika kita menjadikan apresiasi orang lain sebagai patokan bahwa kita 'berhasil'. Selain itu, kerap membandingkan pencapaian orang lain dan menjadikannya sebagai kompetisi, juga hanya akan menjadikan kita capek! Iya sih, tidak salah untuk ingin jadi ranking 1, tidak salah untuk ingin masuk ke Start-up terkenal di gedung tinggi daerah Jabodetabek, tidak salah jika ingin memiliki karir yang stabil. Akan tetapi, jika gagal mencapai hal tersebut, selalu ingat untuk mencoba lagi! Jatuh boleh, namun harus ingat kapan untuk berdiri lagi.

Memang, kamu dan teman kamu adalah sama-sama manusia. Teman kamu bukan AI yang didesign oleh programmer jenius dengan setting IQ 200. Kalian berdua sama-sama makan nasi, namun, perlu diingat bahwa tiap manusia memiliki potensi berbeda dan terlahir dengan keadaan yang berbeda pula. Aspek seperti penampilan luar, minat & bakat, didikan orang tua, harta orang tua, dan orang dalam (ups), berpengaruh banyak dalam lika-liku hidup seseorang. Bukan berarti, tiap teman kamu sukses dengan cara tak terduga, kalian boleh menduga-duga bahwa kesuksesannya adalah hasil dari orang dalam, ya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun