Tidak ada yang memungkiri bahwa sosial media sudah menjadi satu kebutuhan penting bagi (sebagian besar) masyarakat era millenium ini. Baik sebagai media promosi, eksistensi, Komunitas dan tidak ketinggalan sebagai media penjembatan antara pemerintah dan masyarakat. Karena banyak Lembaga pemerintah yang memanfaatkan sosial media sebagai media informasi . Jadi sosial media sangat dibutuhkan masyarakat.Â
Dan bagaimana dengan aktivitas online anak-anak sekarang ini ? Banyak orangtua yang mengkhawatirkan bab internet dan anak-anak ini. Di samping main game di gadgetnya, anak-anak juga sudah mengenal sosial media. Bagaimana dengan sikap kita sebagai orangtua ? Apakah harus melarang mereka main sosmed? Atau membolehkan dan tetap mengawasi ketat? Jawabnnya bisa iya bisa tidak. Â Padahal menurut aturan internet sehat adalah penggunanya usia 13 tahun ke atas di beberapa negara maju dunia. Bagaimana dengan di Indonesia? Menurut survey APJII (Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia) 2016 , anak-anak Indonesia sudah mulai bersentuhan dengan internet mulai usia 10-15 tahun, lebih dari seribu anak.Â
Lalu pertanyaan berikutnya adalah bagaimana kita bisa mengawasi anak dan mereka bisa berinternet sehat?Â
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan , berikut saya rangkum :
1. Mendiskusikan yang jadi viral di media sosial. Apapun yang viral, biasanya anak tahu. Karena yang viral akan cepat menyebar. Apapun beritanya, anak-anak bisa kita ajak ngobrol. Kalau masalah politik, tidak usah dibahaslah. Karena anak-anak masih belum paham. Mungkin bisa kita obrolkan yang ringan saja. Misalnya tentang grup vokal cowok dari Poso kemarin yang sempat heboh. "Coba tebak, apakah mereka ini akan diwawancara di sebuah program TV?". Kita bisa bertanya dengan santai, anak-anak akan merasa kita bisa menjadi teman yang asyik . Ternyata mereka menjadi bintang tamu juga di acara Hitam Putih.  Komunikasi itu sangat penting di era digital sekarang ini.Â
2. Anak-anak harus kita ajarkan untuk komunikatif. Bisa orangtua dulu yang mengajak ngobrol atau anak dulu yang punya info terbaru. Anak-anak harus diajarkan untuk kritis pada info yang masuk. Apakah into itu HOAX atau benar fakta? Anak-anak dilarang untuk menyebarkan berita HOAX atau bohong.  Berita disebut hoax, kalau informasi itu bersifat provokatif, cenderung negatif, dan meresahkan masyarakat. Yang seperti itu tidak perlu ditanggapi dan disebarluskan. Malah harus kita laporkan ke apliksi MASTEL.id sebuah fitur dari MASTEL (Masyarakat Telematika Indonesia) yang akan menganalisa semua info hoax yang masuk.Â
3. Â Anak-anak yang sudah mempunyai akun sosial media, kita sarankan tidak usah terlalu banyak akun. Kalau memang sudah punya Facebook, ya facebook saja. Tidak harus punya Twitter , Snapchat, Instagram , Whatsapp , dan lain-lain. Kalau kebanyakan sosial media, akan tambah bingung nantinya. Seharian malah akan pegang gadget terus. Lalu kapan belajarnya? Padahal tugas anak ya belajar. Â Berikan aturan waktu yang jelas, kapan belajar dan kapan main gadget.
4. Kalu memang sudah membutuhkan langganan berita dan informasi terbaru, mending cari satu atau dua media online yang terpercaya. Â Hindari kebanyakan situs berita. Malah nanti bingung milih mana berita yang benar. Kalaupun ada info yang bikin bingung, harus kembali didiskusikan bersama orangtua. Kita berikan saran media-media apa saja yang aman dan bermanfat bagi anak. Seperti BoboKidnesia , dan lainnya.
5. Orangtua harus terus memantau gadget anak-anak. Harus selalu cek and ricek. Hindari cuek dengan gadget anak. Sudah berapa banyak anak yang menjadi korban sosial media? Mulai pelecehan seksual sampai penculikan dan dan trafficking? Jangan remehkan, ini sudah menjadi fenomena gunung es. Banyak kasus yang tidak terungkap di media. Yang terlihat sekarang hanya secuil kasus saja.Â
Ayo rangkul anak-anak. Jadikan anak-anak teman yang baik di FB dan sosial media lain. Kita harus bisa membuka gadget anak-anak. Saya teringat ada seorang teman yang setiap hari jam 9 malam saat anak-anak mau tidur, mereka harus menyerahkan gadget ke meja ayahnya untuk di cek . Apakah ada foto/video atau percakapan yang tidak pantas di smartphone mereka. Bagaimana menurut anda? Yang penting anak-anak kita beri rambu-rambu yang jelas. Kita kasih tahu bahwa banyak yang menjadi korban sosial media.Â
"Jangan mau berteman di sosial media dengan orang yang tidak kamu kenal. Karena dunia maya, sama dengan hutan belantara. Banyak binatang buas yang akan menerkam kita". Â