Mohon tunggu...
Aulia Manaf
Aulia Manaf Mohon Tunggu... -

Terlahir di Pasuruan. Seorang pembelajar.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kesempitan Kita Bisa Jadi Adalah Kelapangan Orang Lain

15 Juli 2018   11:43 Diperbarui: 15 Juli 2018   11:58 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Semua orang kalau ditanya, milih kesempitan atau kelapangan? Hampir semua pasti memilih kelapangan hidup. Karena kelapangan membuat kemudahan-kemudahan. Bisa jadi. Tapi pernahkah kita merasakan kesempitan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya? Tapi disisi lain, di saat yang sama, ada orang lain yang merasakan kelapangan.

Tadi malam, ada kejadian yang bikin galau. Dalam perjalanan dari Kepanjen ke flyover Arjosari, berhenti di Pom bensin, setelah isi bensin, mobil malah gak bisa jalan karena kunci kontak patah. Padahal jam sudah menunjukkan jam tujuh malam. Beruntung karena karyakan Pom punya kenalan tukang kunci yang siap sedia dipanggil. Jadilah kita menunggu tukang kunci datang sekitar setengah jam, dan dia datang untuk betulin kunci sekitar setengah jam juga. Pas satu jam jadilah kunci mobil baru dengan biaya sekitar tiga kali lipat dari harga biasa.

Apa yang kita dapat dari hikmah kejadian itu? Bukan masalah uang yang harus kita keluarkan dan rasa galau. Tapi begitu indah skenario Yang Maha Kuasa untuk memberikan rezeki bagi orang lain. Tukang kunci dapat kerjaan dan kita harus mengeluarkan imbalan untuk pekerjaannya.

Satu lagi kisah nyata. Ada seorang ibu yang galau bin risau karena tahun ajaran baru harus mempunyai seragam baru. Ternyata dia sudah muter-muter mencari tukang jahit kemana-mana. Semua sudah penuh dan antrian banyak. Ibu itu sedih banget. Suatu hari bertemu dengan seorang tukang jahit lainnya, dia mengeluh kalau semua tukang jahit penuh orderan seragam. Tak disangka, tukang jahit tersebut menjawab kalau dia masih membuka lowongan menjahitkan baju. Kontan saja ibu itu memeluk histeris tukang jahit tersebut (sama ibu-ibu juga). Seperti mendapatkan durian runtuh, bahagianya luar biasa.

Bahkan dalam buku Al Hikam (Ibnu Athaillah Assakandari) tertulis "Oang-orang yang 'arif lebih mengkhawatirkan kelapangan daripada kesempitan. Karena semasa lapang, nafsu bisa memainkan perannya melalui rasa gembira. Semasa sempit, nafsu tidak bisa berbuat apa-apa.

Sebaliknya ketika di dalam kesempitan nafsu tidak merasa beruntung dan memiliki peran apa-apa. Nafsu tidak akan sombong dengan menampakkan sesuatu yang jadi miliknya. Dengan begitu, kesempitan lebih aman dan lebih membentuk kemampuan untuk menunaikan etika. Bisa jadi karena di dalam kesempitan biasanya kita lebih sering berdoa dan mengingatNya daripada saat lapang.

Jadi, anda lebih memilih lapang atau sempit? Jawaban yang bijaksana adalah kita tak bisa memilih lapang atau sempit. Karena semua kondisi- lapang atau sempit telah ditentukan olehNya dan kita tinggal menjalaninya dengan ikhlas.

Selamat hari Minggu!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun