Bersikap kritis boleh saja. Tapi bagaimana dengn sikap kritis yang tanpa "tedeng aling-aling" ? Sikap protes yang tanpa melihat "kanan kiri", gak peduli apakah orang tersebut ( yang dikomentari ) akan tersinggung atau tidak . Saya mendapatkan pelajaran yang berharga pada suatu pagi, bahwa ketidakadilan yang dialami seseorang akan memunculkan komentar negatif dan menjadi pribadi yang pesimis. Bahwa cerita negatif yang didengar seseorang terus menerus, akan memunculkan imej negatif juga.
Begini ceritanya :
Pagi itu, baru pertama kali saya menulis status di facebook dengan berurai air mata di depan komputer. Saya teringat Bapak saya yang meninggal tepat setahun lalu. Ini mungkin seperti tulisan curhat . Tapi lebih dari itu, semoga ada pelajaran dari apa yang saya alami. baru kali ini saya menulis status dan mendapatkan komentar negatif dari orang yang tidak saya kenal. Bukan hanya mencela saya, tapi juga mencela media (koran). Dia menulis semua koran "gak bener" (silakn di cek di foto yang terlampir). Dia menyimpulkan bahwa semua media "gak bener", termasuk media koran, televisi dan lainnya. Bukankah itu pendapat yang absurd? Terlampir juga komentar saya menanggapi komentar-komentarnya yang negatif . (Baca Komentar 1)
Komentar negatif memang seperti penyakit. Menggerogoti hati dan pada akhirnya akan membentuk karakter pesimis. Padahal saat ini masyarakat sedang semangat-semangatnya berkarya, menjadi entrepreneur, membuat berbagai Komunitas yang bermanfaat untuk orang lain, dan sebagainya. Lalu, masih layakkah sikap pesimis dipelihara? Tidak bisakah bertanya dulu, apa maksud kita menulis sebuah status di sosial media ? Bukan langsung mencela tanpa berpikir panjang. Hari gini, kita tidak butuh orang-orang pesimis untuk membangun negeri ini, kita butuh orang-orang yang semangat dengan karya hebat untuk kebaikan sesama .
Salam semangat berbagi .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H