Jujur baru kemarin saya mendapati istilah plesetan jilbab terbaru – menjadi jilboob. Awalnya saya membaca ada sebuah kover buku baru yang berjudul “Jilbab Bukan Jilboob”. Saya menjadi penasaran, apa sih jilboob itu ? Betapa terkagetnya saya ketika saya mengetik di google bahwa jilboob adalah salah satu halaman Facebook yang berisi foto-foto perempuan muda, juga ibu-ibu muda yang cantik dan lumayan cantik, berderet-deret dengan mengenakan jilbab. Tapi (maaf) mereka memakai baju ketat dan celana ketat. Mulai pose biasa saja, sampai pose yang menantang dari depan, samping, bahkan ada yang dari belakang. Mungkin ada ratusan foto yang terpampang di sana. Saya tidak sempat menghitung detailnya. Dan ternyata foto-foto tersebut adalah foto curian. Bahkan mungkin yang bersangkutan tidak tahu bahwa foto-foto mereka ada di sana. Foto-foto tersebut disalahgunakan oleh admin (pemilik) akun tersebut. Setelah saya coba telusuri lebih lanjut, Fanpage facebook tersebut ternyata dipakai untuk mempromosikan situs porno dan gambar-gambar bernuansa pornografi. Naudzubillahminzalik. Coba tengok berapa banyak likers (yang menyukai) halaman tersebut, sangat mencengangkan. Hampir 25000 likers sudah memberikan jempolnya. Artinya sudah lebih dari 25 ribu orang melihat halaman tersebut. Bukan tidak mungkin saudara kita atau bahkan orang yang terdekat kita yang fotonya terpampang di sana.
Trend yang tidak dibarengi dengan Ilmu pengetahuan
Banyaknya toko jilbab, butik jilbab sampai toko jilbab online, memberikan banyak pilihan model untuk remaja dan para ibu dalam memadukan baju yang dipakai dengan penutup kepala tersebut. Trend ini menggembirakan, mengharukan, sekaligus mengkhawatirkan. Mengapa? Karena trend ini menjadi sebuah kebanggaan menjadi muslimah, sekaligus menyedihkan bagi kaum muslimah sendiri. Bayangkan, di saat jilbab menjadi trend, tapi tidak dibarengi dengan ilmu yang benar tentang bagaimana berjilbab yang benar. Berjilbab yang syar’I sesuai dengan tuntunan agama. Yang ada malah cemoohan dari agama lain. Ini bukan rasis , tapi memang kenyataan yang ada di sekitar kita. Banyak remaja putri, bahkan ibu-ibu muda dan setengah tua, masih juga berjilbab, tapi dengan tetap mempertotonkan lekuk tubuhnya yang aduhai . Baju ketat dengan celana panjang ketat. Bahkan yang lebih mengerikan dengan memakai warna yang persis seperti warna kulit. Miris sekali melihat pemandangan yang seperti itu. Apa artinya memakai kerudung, kalau bagian tubuh yang lain terbuka?
Kasus Pencurian Foto yang marak
Jangan salah, kejahatan memang terjadi di mana saja. Bisa di dunia nyata atau dunia maya. Bagaimana perasaan kita para perempuan, ketika anak-anak kita berpose di sebuah halaman yang menyajikan situs porno dan halaman yang berbau pornografi? Atau kita tidak sadar bahwa foto-foto kita sendiri ada di sana? Wow ! Menyenangkan hati? Atau sebaliknya mengiris nurani? Kalau kita malah bangga foto-foto kita di mana-mana dan menjadi terkenal, seharusnya otak kita perlu di periksakan ke dokter kejiwaan atau psikolog.
Kasus pencurian foto memang sedang marak, dan pelakunya gampang-gampang susah untuk di ciduk. Karena mereka (pasti) tidak memperlihatkan foto pribadi, bahkan alamat dan identitas asli. Mengapa perempuan dengan memakai jilbab sebagai sasaran? Bukankah perempuan cantik dan seksi masih banyak ? Alasan saya pribadi, justru para lelaki suka dengan perempuan yang kelihatannya malu-malu, tapi ternyata tidak malu mempertotonkan bagian tubuhnya yang lain kepada public. Dengan enjoynya berfoto dengan beberapa teman atau foto selfie dengan pose yang menantang. Itulah yang membuat orang tertarik dan penasaran dengan sosoknya. Membuat para mata-mata lelaki menjadi liar.
Lalu, apa yang selanjutnya terjadi , bisa di tebak ketika foto-foto tersebut tersebar di dunia maya. Banyak komentar-komentar yang bermunculan.. Mulai komentar biasa sampai yang luar biasa (seronok). Akankah kita rela anak-anak perempuan kita yang seharusnya kita jaga auratnya , menjadi santapan mata-mata liar di dunia maya? Menjadi magnet penarik untuk mata-mata jahat yang akan terjerumus ke lembah dosa?
Tanggungjawab Orangtua
Dunia maya memang menghanyutkan. Pemilik Akun Facebook di Indonesia naik tajam dari tahun ke tahun.Saat ini sudah menduduki peringkat ke dua dunia jumlah pengguna facebook. Lebih dari 35 juta orang memiliki akun social media tersebut. Di Inggris dan Amerika rata-rata pengguna Facebook berusia 31 tahun, namun di negara seperti India, Filipina, dan Indonesia rata-rata usia 20 tahunan. Bahkan anak-anak SD dan SMP sudah bermain facebook. Dan parahnya, banyak dari orangtua yang tidak peduli dengan mainan mereka ini yang berorientasi dengan media social, artinya berhubungan dengan orang lain (orang yang tidak di kenal sekalipun). Tidak jarang muncul kasus pencurian anak dan pemerkosaan karena facebook. Dampak-dampak tersebut sangat sulit dikendalikan. Kecuali dengan benteng dan prinsip yang kuat oleh anak-anak. Jiwa labil remaja dan anak-anak sangat rentan untuk menjadi korban penipuan. Bahkan para ibu muda juga sering menjadi korban penipuan berkedok seorang tentara bule. Apakah kasus tersebut kurang menjadi bukti kejahatan yang marak di internet?
Perhatian orangtua sangat di butuhkan dalam hal ini. Sebaiknya memang orangtua punya juga akun facebook untuk memantau segala aktivitas anak-anaknya. Bukan untuk mengomentari segala bentuk update status anaknya. Tapi hanya untuk mengikuti trend yang sedang terjadi pada anak-anak. Dan trend itu bisa menjadi satu topic diskusi yang menarik untuk orangtau dan anak. Ini positif sekali untuk saling mendekatkan hubungan antara anak dan orangtua yang gaul. Dan tentu saja akan bisa mengingatkan dengan baik segala bentuk sikap, tingkah laku , maupun penampilan anak kita yang kurang sopan dan kurang baik. Bahwa mereka berada dalam media social yang rentan penipuan dan penyalahgunaan foto. Kita berikan info yang membuat mereka lebih menghargai diri sendiri dan respect kepada orang lain . Jangan sampai anak-anak kita menjadi korban segala bentuk penyalahgunaan foto dan informasi pribadinya.
Berjilbablah yang benar
Kerudung dan jilbab adalah alat untuk menutup aurat perempuan muslim. Apakah warna warni yang menarik dan model yang up to date akan menjamin penampilan kita sesuai agama? Sama sekali tidak menjamin. Lalu apa yang menjamin penampilan kita baik di pandang menurut manusia dan menurut agama? Tak lain adalah ilmu pengetahuan. Ilmu tentang berjilbab yang benar, sudah sering kita dengar dalam pengajian- pengajian, kita baca dalam buku-buku populer. Tapi masih saja kita melanggarnya dengan mudah dan tidak punya malu. Padahal “Malu adalahsebagian dari iman”. Tanamkan perasaan malu kepada anak-anak, ketika mereka tidak berpakaian yang sesuai dengan tuntunan agama. Perasaan malu tersebut harus di tanamkan sesuai porsinya , sesuai situasi dan kondisi yang benar. Anak-anak yang punya prinsip kuat sejak dini, akan mempunyai pegangan hingga dewasa. Terutama pergaulan yang benar dan gaya hidup mereka yang terjaga.
Semoga anak-anak kita bisa menjaga diri ketika jauh dari orangtua. Dan masih terus mempunya malu dengan memakai jilbabnya untuk meraih surgaNya. Aaminn.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H