Mohon tunggu...
Aulia Manaf
Aulia Manaf Mohon Tunggu... -

Terlahir di Pasuruan. Seorang pembelajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ceritaku Memotivasi si Kecil Untuk Menulis

6 Mei 2014   21:35 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:48 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terus terang saya tidak pernah menyuruh anak saya untuk menulis. Saya hanya memotivasi anak saya untuk suka membaca. Apapun. Majalah anak, buku cerita yang saya belikan, baca koran minggu (ada cerita anak), atau komik anak-anak. Sampai suatu saat, saya berkata "Bunda pengen banget lho, nulis cerita anak dan pasti ada nama Bunda di sini (sambil menunjuk nama penulis di bawah judul cerita). Wow, keren sekali". Saya berkata sambil bersemangat empat lima dengan mata berbinar-binar. Tentu membuat si kecil ikut bersemangat. "Benar nama Bunda akan di tulis di sini?". "Iya dong. Kan ini nama penulisnya". Dia manggut-manggut mengerti.

Saya agak lupa, mulai usia berapa saya membelikan buku cerita pertamanya. Mungkin dua tahunan. Sejak hamil , saya berkeinginan mulai si kecil  bisa berjalan sendiri , saya akan mengajak dia ke toko buku. Dan memang benar moment yang exited mengajak dia ke Tobuk. Sampai sekarangpun, pergi ke Tobuk adalah saat-saat yang sangat menggembirakan buat dia. Maklum, saya harus pergi ke Malang, Surabaya atau Mojokerto untuk membeli buku. Karena di kota kecil kami di Pandaan, tidak ada toko buku yang lengkap.

Bersyukur saat ini sudah ada buku bantal atau baby book flanel untuk batita. 6 tahun yang lalu, saya masih belum mendengar ada buku bantal. Jadinya saya harus membeli buku cerita yang tulisannya besar dan gambarnya juga besar. Beberapa waktu lalu, waktu merapikan tumpukan buku cerita si kecil (sekarang sudah kelas dua SD ,saya menenukan buku bersejarah Visi, anak saya. Taraaaa ! Buku pertamanya yang sangat menentukan dan pebuh kenangan indah. Bagaimana penampakannya? Sudah lecek pastinya, sobek-sobek (sudah saya selotip kanan kiri),  dan penuh dengan coretan.

Bagaimana pendapat Visi waktu buku itu saya tunjukkan? "Buku siapa ini? Masih ingat?". Dia histeris dan memeluk buku itu yang berjudul "Thank You Allah. Alhamdulillah, Allah Menciptakan Binatang", yang ditulis oleh : Nia Kurniawati. Ada beberapa alasan mengapa saya memberikan buku ini sebagai buku pertamanya. Pertama, untuk mengenalkan bahwa Allah yang menciptakan makhluk hidup. Kedua, gambarnya lucu-lucu. Waktu saya bacakan cerita ini, pasti Visi tertawa-tawa gembira. Ketiga, ada gambar biantang ayam (dulu ada ayam di rumah), kucing yang lucu, dan sapi (binatang ajaib) yang memberikan penghidupan untuk anak-anak. Dan sekarang, sejak sudah bisa membaca sendiri, sudah jarang si kecil mendengar saya bercerita. Dia membaca buku cerita sendiri sebelum tidur.

Beberapa hari yang lalu, keajaiban terjadi. Dua hari saya tinggal ke luar kota, nampaknya biasa saja. Si kecil hanya telpon dan sms. Sampai saya pulang, semua biasa saja. Dan betapa saya kaget, kemarin ada suami saya yang menyodorkan buku tulis dengan tulisan Visi satu halaman penuh. Tulisan itu semacam Diary. Mencurahkan isi hatinya sewaktu saya tinggal ke luar kota. Terharu rasanya. Sungguh saya tidak menyangka, dia sudah bisa menuliskan perasaannya. Meskipun tidak ada alinea atau paragraf di sana, meskipun jarang ada huruf besar di awal kalimat, (Karena saya tahu dia masih belum mengerti apa itu paragraf/alinea) saya tidak peduli. Yang saya tahu bahwa Visi sudah mau menulis. Titik. Tanpa ada yang menyuruh.

13993616231221661445
13993616231221661445

Bahkan yang menggembirakan hati saya, beberapa waktu yang lalu, dia mempunyai ide cerita misteri. Bla-bla-bla. Dan saya langsung mengeksekusi ceritanya, menyusun alur dan endingnya. Hasilnya langsung saya ketik dan saya kirim ke media. Saya beri judul "Misteri hantu Nenek Salma". Dan , tak disangka di muat ! Ini bukti bahwa dia sudah bisa berimajinasi. Meskipun belum bisa menuliskan ide ceritanya dengan runtut. Tapi suatu saat, saya yakin dia mampu menuliskan apa yang ada dalam imajinya.

Menulislah terus, anakku. Jangan bosan mencorat-coret apapun yang kamu mau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun