Mohon tunggu...
Aulia Bintang
Aulia Bintang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa ilmu komunikasi di Universitas bhayangkara jakarta raya

Aspiring writer from universitas bhayangkara jakarta raya(fakultas ilmu komunikasi/dosen pengantar saeful mujab) love history and games

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah dan Punahnya Wayang Kulit: Budaya Indonesia yang Mulai Terlupakan

25 Desember 2022   06:03 Diperbarui: 25 Desember 2022   06:15 2827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:https://www.britannica.com/art/wayang

Siapa sih yang tidak mengenal kultur budaya dari zaman dahulu kala yang satu ini, saya sangat yakin semua mengenalnya, entah dari diri sendiri atau lewat dari perkataan orang lain seperti keluarga dan teman teman. Tapi Seperti yang kita tahu, di Era zaman sekarang kultur ini sudah hampir punah bahkan banyak dalang yang sudah sepi penonton. Sebelum penjelasan tentang kenapa wayang mulai punah di Indonesia alangkah baiknya untuk mengetahui sejarah wayang kulit

Wayang kulit merupakan bentuk teater tradisional Indonesia yang telah ada selama berabad-abad. Wayang kulit menampilkan boneka-boneka yang sangat unik yang terbuat dari kulit, yang dikenal sebagai wayang, wayang digunakan untuk menceritakan kisah-kisah epik dan legenda dari mitologi Hindu. Yang digunakan oleh orang dikenal sebagai dalang, tugas dalang memanipulasi wayang dan menyediakan suara untuk semua karakter, sementara ada orkestra bernama gamelan menyediakan musik pengiring.

Wayang kulit berasal dari Indonesia kuno, di mana wayang kulit pada awalnya digunakan sebagai sarana untuk melestarikan dan berbagi tradisi dan nilai-nilai budaya. Di masa lalu, pertunjukan wayang sering diadakan pada acara-acara khusus, seperti pernikahan dan festival keagamaan, dan merupakan bentuk hiburan yang populer baik untuk istana kerajaan maupun masyarakat umum.

Asal-usul wayang kulit dapat ditelusuri kembali ke kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha yang memerintah Indonesia dari abad ke-7 hingga ke-14. Selama masa ini, wayang kulit adalah pertunjukan yang sangat populer di kalangan istana dan masyarakat umum. Selama masa ini, wayang kulit digunakan sebagai alat untuk pengajaran agama dan untuk menyebarkan ajaran Hindu dan Budha. Wayang kulit digunakan untuk menggambarkan cerita dan ajaran dewa-dewi Hindu, dan pertunjukannya sering diadakan di kuil atau ruang suci lainnya.

Ketika Islam menyebar ke seluruh Indonesia, wayang kulit mulai memasukkan tema dan cerita Islam ke dalam pertunjukannya. Dalang, atau dalang wayang kulit, juga menjadi tokoh penting dalam komunitas Muslim, karena ia bertanggung jawab untuk mengajarkan masyarakat tentang Islam melalui cerita-cerita yang ia ceritakan melalui wayang.

Seiring berjalannya waktu, wayang kulit telah berevolusi dan beradaptasi dengan perubahan konteks budaya dan sejarah. Saat ini, wayang kulit masih merupakan bentuk hiburan yang populer di Indonesia, dan juga telah mendapatkan pengikut di dunia internasional.

Salah satu fitur utama dari wayang kulit adalah wayang itu sendiri, yang merupakan boneka yang diukir dengan rumit yang terbuat dari kulit. Wayang ini biasanya sangat bergaya, dengan fitur wajah yang berlebihan dan kostum hiasan. Wayang wayang ini digunakan untuk menggambarkan berbagai macam karakter, termasuk dewa-dewi, dewi, pahlawan, penjahat, dan orang biasa.

Dalang adalah bagian integral dari pertunjukan wayang kulit. Mereka bertanggung jawab untuk memanipulasi wayang dan memberikan suara untuk semua karakter, serta menceritakan cerita dan menambahkan komentar dan interpretasi. Dalang harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang mitologi dan tradisi budaya yang digambarkan dalam pertunjukan, serta rasa teater dan bercerita yang kuat.

Selain wayang dan dalang, sebuah orkestra gamelan menyediakan musik pengiring untuk pertunjukan wayang kulit. Gamelan adalah ansambel tradisional Indonesia yang menampilkan berbagai instrumen perkusi, termasuk gong, metalofon, dan drum. Musik gamelan merupakan bagian integral dari pengalaman wayang kulit, dan membantu mengatur suasana hati dan suasana untuk pertunjukan.

Sepanjang sejarahnya, wayang kulit telah memainkan peran sentral dalam budaya Indonesia dan telah menjadi sarana penting untuk melestarikan dan berbagi cerita dan nilai-nilai tradisional. Tetapi pada saat ini, wayang kulit menjadi kultur budaya yang hampir terlupakan oleh waktu.

Ada sekitar 75 jenis wayang yang kita tahu menjadi kekayaan budaya Indonesia kini telah punah karena kurang lestari. Hanya ada sekitar 25 jenis wayang saat ini yang masih bertahan dengan jumlah komunitas dan penonton cukup banyak. Seharusnya, dengan diakuinya wayang oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB ( UNESCO ) sebagai mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ) pada 2003, wayang seharusnya bisa berkembang di Tanah Air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun