Hubungan kita dimulai dengan sebuah perbedaan telak. Tentang cara berfikir, kebiasaan berinteraksi, emosi, ambisi, dan keyakinan tentang Tuhan. Dan sejak awal juga kita sudah sama-sama berfikir ending hubungan ini. Kita terlalu saling mengenal satu sama lain, hingga begitu pedih untuk saling melukai. Terlalu takut untuk memiliki sepenuhnya. Dan kaki kita terantuk batu 'ketidakpastian'.
Sampai saat semalam...
Motor ku pacu menuju kost mu. Untung baru jam 7 malem. Dan perbincangan kita terjadi di atas motor, di depan rumah kost mu.
'Yakin kamu mau sama dia??' Tanya ku memulai. Kamu tak bergeming. Benar-benar tak bergeming...
Tipe manusia yang sudah kekeuh..
Kamu bilang aku egois, kamu bilang aku terlalu sibuk dengan diriku. Kamu bilang aku terlalu terlalu dan terlalu..
Aku tidak pernah meminta mu mengikuti kemana otak q berlari, kemana cara berfikir ku terbang. Aku menerima mu apa adanya. Dan ternyata, kamu masih menganggapku terlalu tinggi. Terlalu sulit mengejar ego ku.
Baiklah, sebuah keberanian yang harus kuambil. Melepas mu sahabaaaattt....
Karena aku pun lebih mencintai mu sebagai sahabat, bukan pasangan. Dan kurelakan posisiku digantikan gadis lulusan SMP, 16 tahun. Aku yakin dia punya nilai lebih. Kesederhanaan berfikir yang tidak ku miliki. Saat semua logika ku berkejaran mencari pembuktian dan kesempatan untuk maju, maka mungkin gadis ini akan stay di sampingmu. Menunggu dan menjadi partnermu. Untuk kau bimbing. Sedang aku??
Aku terlalu tangguh dan sudah terlalu kokoh untuk sebuah 'pacaran'.
KIsah lalu ku membentuk aku sebagai wanita modern, yang berharap menjadi istri yang baik secara agama, dan partner yang hebat di dunia. I needed to be some one...